Kisah ini bermula pada masa awal orientasi mahasiswa baru di salah satu kampus terbaik di kota Yogyakarta. Awal pertemuan yang sudah di takdirkan Tuhan dan didukung oleh alam semesta. Pertemuan yang membawa cerita panjang di dalamnya. Baik suka maupun luka yang membersamainya. Inilah yang dinamakan pembelajaran terbaik yang Tuhan berikan kepada hamba-Nya. Pembelajaran tentang pahit dan manisnya kehidupan.
Senja Tsabina, sesuai dengan namanya, gadis yang menyukai sunset dan suasana matahari mulai terbenam ini baru saja menyelesaikan pendidikan tingkat SMA. Senja, begitu akrab ia disapa, terkenal sebagai gadis yang pintar dan cerdas di sekolah. Ia lahir dan dibesarkan dari keluarga berpendidikan. Ayah dan ibunya berprofesi sebagai dokter di salah satu rumah sakit swasta di kota Yogyakarta.
Semenjak mengenyam pendidikan dasar dari SD, SMP, hingga SMA ia selalu meraih peringkat pertama di sekolah. Ia sangat suka belajar. Bahkan saking rajinnya, Senja tidak pernah membuang waktunya untuk hal-hal yang menurutnya tidak penting. Contohnya saat teman-temannya mempunyai kekasih dan hangout di hari weekend, Senja memilih untuk belajar dan belajar. Dia beranggapan memiliki pacar hanya akan membuang waktu saja. Asal kalian tahu bukannya Senja tidak laku tetapi memang itulah pendirian Senja sampai detik ini.
Selain pintar dan cerdas, Senja adalah sosok gadis yang cantik dan anggun. Kulitnya putih bersih, tinggi semampai namun tidak terlalu tinggi juga, mata bulat dan hidung mancung. Saat duduk di bangku SMA dulu, Senja pernah mewakili sekolahnya untuk ajang pencarian Duta Pariwisata Daerah Yogyakarta dan ia berhasil meraih peringkat pertama. Di tengah kesibukannya belajar dan mempersiapkan Ujian Nasional, ia wira-wiri ke berbagai provinsi di Indonesia untuk mempromosikan pariwisata kota kelahirannya.
Semenjak itu, Senja semakin dikenal banyak orang. Banyak pria mencoba untuk mendekati, namun lagi-lagi Senja enggan untuk merespon. Bukannya ia sombong tapi memang itulah pendiriannya, keputusannya. Senja pernah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan merasakan cinta sebenar-benarnya cinta yang tulus sekali seumur hidup dan ia berharap kelak lelaki itu adalah suaminya, pendamping hidupnya.
Namun mengatakan suami untuk saat ini memanglah masih dini. Apalagi Senja baru saja menamatkan pendidikan SMA. Hari ini jauh lebih penting untuk mempersiapkan keperluan masa orientasinya sebagai mahasiswa baru. Iya...mahasiswa, sekarang Senja bukan lagi siswa tetapi mahasiswa. Dimana sebagai mahasiswa kita dituntut untuk berpikir kritis dan kreatif. Banyak mencoba hal baru dan yang pasti memperluas circle pertemanan.
Di kampus, kita akan menemukan mahasiswa dari berbagai latar belakang yang berbeda. Suku yang berbeda, bahasa yang berbeda, adat dan budaya yang berbeda. Oleh karena itu, kita harus pintar menjalin hubungan sosial dari berbagai latar belakang tersebut. Senja patut bersyukur, saat menjadi Duta Pariwisata DIY ia banyak belajar tentang bagaimana cara bersosialisasi dengan berbagai orang di seluruh Indonesia.
Hari ini, 11 Januari 2021, cuaca sangat cerah sedikit berawan. Angin bertiup menyapu dedaunan yang telah gugur. Burung saling beradu berkicau menambah suasana hangat di pagi hari ini. Asap dari kendaraan mulai mengudara berbaur dengan kadar oksigen di udara dan terhirup kembali oleh anak adam dan hawa. Orang-orang sudah bersiap menuju tempat kerjanya. Ada beberapa anak sekolah yang mulai berebut naik angkot untuk menuju tempat sekolah. Beberapa naik bus karena jarak sekolah yang lumayan jauh. Barisan ibu-ibu yang menenteng tas belanjaan. Bapak-bapak gojek yang sedang sarapan pecel lele di warung tenda biru di pinggir jalan. Mereka terlihat lahap atau memang terburu-buru makan untuk kejar setoran? Yang jelas mereka adalah pejuang nafkah keluarga sesungguhnya. Rasa tanggungjawab terhadap keluarga jauh lebih penting dibanding rasa lapar diperutnya. Semoga selalu diberi keselamatan di jalan dan dilancarkan rejekinya. Amin.
Gambaran pagi ini teramati dengan jelas oleh kedua kelopak mata Senja. Ia meresapi setiap bagian dari jalanan ini. Tidak terasa tiga tahun ia memakai seragam putih abu-abu dan sekarang berganti dengan seragam khas mahasiswa baru, hitam putih. Ia sangat senang berada di titik ini, ia sangat bersemangat untuk memulai hari pertama di bangku kuliah.
Ia sedang duduk di bangku panjang halte bus menunggu seorang teman, teman SMAnya dulu. Bisa dibilang, seseorang yang Senja tunggu ini adalah satu-satunya sahabat terdekat dari bangku SMP hingga SMA. Mereka selalu satu kelas bahkan satu bangku sejak jaman SMP. Bahkan hingga sekarang di bangku kuliah. Mengambil jurusan dan kampus yang sama. Hari ini mereka berjanji bertemu di halte untuk berangkat bersama.
"Senjaa", dari kejahuan terlihat seorang perempuan melambaikan tangan dengan senyum sumringah dan sedikit berlari ke arahnya. Perempuan yang beberapa menit lalu ia tunggu kehadirannya sudah muncul di depannya. Penampakan perempuan itu tidak jauh berbeda dengannya. Ia juga mengenakan baju hitam putih dengan rambut yang diikat asal namun tetap terlihat rapi.
"Hai...Rin, bisa-bisanya ya kamu telat di hari pertama sebagai mahasiswi. Ada masalah di jalan?" tanya Senja kepada sahabatnya Rina.
"Maaf yaa Senja, tadi pagi aku telat bangun. Lupa masang alarm. Untung aku masih denger omelan mama ku pagi ini yang jauh lebih berisik dibanding alarm hehe" jawab Rina dengan cengiran khasnya.
Senja hanya menghela nafas melihat kelakuan sahabatnya ini. Ia sudah tidak kaget dengan kebiasaan buruk sahabatnya itu. Untungnya Rina punya otak cukup encer alias pintar. Dari dulu Senja dan Rina selalu bersaing secara sehat di bangku sekolah. Namun sayang, selama sekolah Rina selalu menjadi runner up alias juara dua di bawah Senja.
"Beruntung kamu tadi segera muncul. Kalau enggak sudah aku tinggal Rin" ujar Senja saat mereka duduk di dalam bus.
"Iyaa maaf." jawab Rina merasa bersalah. Senakal-nakalnya Rina ia tidak pernah membawa Senja ke dalam masalahnya. Ia tahu betul Senja adalah anak baik-baik dan berprestasi. Ia tidak mau membawa sahabatnya untuk hal yang tidak baik seperti terlambat. Namun sayang, untuk hari ini mereka berdua sedikit apes.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 20 menit dengan naik bus kota mereka tiba di kampus impian. Kampus Lazuardi, kampus negeri terbaik di kota DIY. Dan mereka beruntung, dapat diterima di jurusan terfavorit di kampus ini yaitu kedokteran umum. Yaa...mereka berdua diterima di jurusan kedokteran umum. Cita-cita yang mereka gaungkan sejak bangku SMA akhirnya terkabulkan. Senja dan Rina pernah berjanji untuk selalu bersama-sama membersamai dalam mencapai cita-cita dan impian mereka, menjadi dokter. Mereka saling mendukung satu sama lain di setiap situasi dan kondisi. Itulah arti pentingnya sahabat.
"Tapi Rin...kok gerbangnya tutup sih? Apa kita salah gerbang masuk yaa? Kata kak Cita kalau kampus besar itu punya banyak gerbang. Mungkin kita salah kali yaak"? tanya polos Senja dengan wajah cengonya pada Rina yang berada di sampingnya yang tak kalah cengo. Kak Cita adalah kakak kandung Senja. Berprofesi sebagai dokter kandungan.
"Kayaknya bener ini deh gerbang utamanya, tadi pak sopirnya juga bilang yang ini gerbang utamanya. Tapi kenapa tutup yaa? Enggak mungkin kan kita salah jadwal?" Bukannya menjawab, Rina malah melontarkan pertanyaan yang sama pada Senja. Mereka berdua seperti patung lilin yang terdapat di Madame Tussauds Singapura, yang diturunkan oleh bapak supir bus kota di depan gerbang kampus terkenal dan besar di kota ini.
"Siapa kalian?" tanya seorang laki-laki yang tiba-tiba muncul di belakang mereka dengan suara berat namun terdengar tegas.