Chereads / SENJA TERAKHIR / Chapter 3 - SUARA INDAH ARGA

Chapter 3 - SUARA INDAH ARGA

Setelah mengambil wudhu, Senja dan Rina masuk ke dalam masjid untuk segera menunaikan sholat dzuhur berjamaah dengan mahasiswa lainnya. Namun tidak sengaja ujung mata Senja melihat Arga memasuki masjid. Meski di dalam masjid ini terdapat kain putih yang digunakan untuk memisahkan shaf laki-laki dan perempuan tetap saja mata elangnya menemukan sosok Arga.

Bukannya berdiri di barisan shaf laki-laki, Arga malah berjalan ke depan, ke tempat biasanya imam sholat berada. Arga menengok ke belakang sekian detik, mengingatkan untuk merapatkan shafnya. Senja sedikit salah tingkah tatkala kedua pasang mata itu saling beradu. Ada sesuatu yang berdesir di hatinya. Diam-diam ia tersenyum malu. Detik berikutnya ia teringat pesan papanya beberapa hari yang lalu. Papanya berkata, "Nak...jika nanti kamu menemukan seorang lelaki, papa pesan pilihlah laki-laki yang dapat menjaga pandangannya, menjaga lisannya, menjaga perbuatannya, dan yang paling penting menjaga sholatnya, maka ia pun akan mampu menjagamu." Senja sangat tersentuh oleh pesan papanya di hari itu. Ia akan mengingatnya sampai kapanpun.

Ini bukan kali pertama Senja diimami oleh laki-laki selain papanya. Dan selama ini ia merasa biasa-biasa saja, tidak ada yang aneh, tidak ada yang berdesir di hatinya. Namun entah mengapa dengan Arga memberikan reaksi yang berbeda. Sangat istimewa. Senja sudah bersiap mendengar lantunan ayat suci Al Qur'an dari bibir Arga. Senja sedikit penasaran dengan suara Arga saat melantunkan ayat-ayat suci Al Qur'an.

Arga bersiap, ia mengucapkan niat sholat dzuhur dengan penuh keyakinan. Kedua tangannya mulai terangkat dibarengi dengan takbirotul ihram, dilanjutkan dengan surat Al Fatihah, dan surat pendek. Senja terkesima dengan suara Arga. Cara Arga melantunkan ayat-ayat suci membuat Senja berdecak kagum. Apalagi saat Arga membacakan surat Ar-Rahman di rakaat kedua. Andai saja tidak sedang sholat sudah pasti Senja akan jatuh lemah karena mendengar indahnya suara Arga. Ayat demi ayat dilantunkan Arga dengan indah. Entah sudah berapa kali Senja mengucapkan rasa kekagumannya pada Arga di tengah sholatnya dan mengucap istighfar kemudian. Maaf Tuhan, aku menjadi hamba yang lemah di hadapan makhluk terindah ciptaan-Mu, batin Senja.

Empat rakaat sudah terlaksana. Arga lantas membaca doa setelah sholat yang diamini oleh makmum di belakangnya, termasuk Senja.

Selesai sholat, Senja dan Rina bergegas ke kantin kampus untuk makan siang, namun tiba-tiba suara Arga menginterupsi mereka.

"Hey...kamu" panggil Arga dengan menunjuk Senja yang berjalan di depannya.

"Gak lupa kan sama tugas kamu tadi" tanyanya dingin pada Senja. Senja masih terkejut dengan kehadiran Arga yang tiba-tiba. Tapi Arga tidak sendiri. Siapa wanita yang ada di sampingnya? Oh..ya, Senja ingat, wanita yang bersama Arga adalah kak Arum senior di kampusnya, sekretaris BEM fakultas. Mereka terlihat serasi saat berdampingan. Apakah mereka berpacaran? batin Senja dalam hati.

"Hey...malah nglamun kamu !" ujar Arga dengan logat melayunya seraya mengibaskan tangannya di depan wajah Senja.

"Oh..iyaa kak. Ingat kok. Nantikan setelah makan siang ?" tanya Senja setelah sadar.

"Kata siapa setelah makan siang. Kalau bisa sekarang kenapa harus nanti." jawab Arga ketus.

"Rum...kamu urus anak-anak yang lain yaa. Kamu kan bagian pemateri hari ini. Anak-anak yang lain aku serahkan ke kamu sama Dika." perintah Arga ke Arum. Arum yang diperintah hanya mematung tidak tau maksud Arga. Padahal tadi mereka akan makan siang bersama.

"Loh..emang kamu mau kemana? Kita enggak makan siang dulu?" tanya Arum pada Arga.

"Enggak. Aku masih ada urusan sama anak ini (maksudnya Senja)." jawab Arga seadanya.

"Kamu, ikut aku." perintah Arga pada Senja seraya meninggalkan tempat.

Kini tinggal Rina dan Arum yang melongo di tempat masing-masing. Rina merasa kasihan pada sahabatnya itu. Bagaimana bisa hanya Senja yang mendapat hukuman, sementara dirinya tidak. Rina dan Arum kemudian berjalan berlawanan arah. Arum ke ruang rapat untuk makan siang bersama anggota yang lain sedangkan Rina menuju ke kantin.

Senja mengikuti langkah panjang Arga. Dia tidak tau akan di bawa kemana. Hingga dia dan Arga berdiri di depan sebuah kantin yang lebih besar dibanding kantin di dekat masjid tadi. Cukup ramai, karena memang ini adalah jam istirahat dan makan siang.

"Sudah disiapkan alat tulisnya?" tanya Arga. Jantung Senja sudah tidak aman sejak tadi. Ini pertama kalinya ia dan Arga bisa dikatakan berduaan.

Senja yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya lemah. Ia tidak sempat membawa alat tulis. Tasnya ia tinggal di ruang kelas sesaat sebelum ke masjid tadi.

Arga mengeluarkan buku catatannya dan sebuah bolpoint.

"Nih...kurang enak gimana. Sudah aku antar ke tempatnya langsung, buku dan alat tulis juga sudah aku siapkan." ujar Arga seraya memberikan buku catatannya. Senja menerimanya sambil berkata singkat "Makasih kak."

"Kamu bisa mencari anggota BEM di kantin yang ada di sebelah sana." tunjuk Arga pada sebuah kantin di depan mereka.

"Sekarang jamnya makan siang. Mereka pasti lagi kumpul di sana." lanjut Arga. "Berani, tidak?" tanya Arga.

"Berani kok kak." jawab Senja ragu-ragu. Sebenarnya ia agak ragu untuk ke kantin sendirian. Bagaimana tidak, di sana banyak anggota BEM dan senior-senior di kampusnya. Mereka dari berbagai fakultas tidak hanya fakultas kedokteran saja. Senja memberanikan diri untuk ke sana. "Bismillah" lirih Senja sebelum ia beranjak.

Arga hanya diam di tempatnya. Dia mengamati lekat-lekat punggung gadis yang berjalan menjauhinya itu. Senja gadis yang anggun dan juga pemalu jika berada di dekatnya. Sudah sering dia memergoki Senja yang sedang melamun sambil memandanginya. Sebenarnya dia penasaran, apa sebenarnya yang Senja lamunkan. Dari kejauhan Arga mengamati Senja yang sedang bertanya kepada beberapa anggota BEM.

Tiba-tiba dari arah kanan Senja datang Zidan bersama dengan gengnya yang terkenal kejam dan suka membuat onar. Zidan adalah ketua geng tersebut. Mahasiswa fakultas hukum semester 4 ini, beberapa hari yang lalu sempat bersitegang dengan Arga. Hal itu dikarenakan masalah pribadi di antara mereka. Zidan mulai menggoda Senja yang sedang mewawancarai salah satu anggota BEM yang bernama Bagus. Senja merasa risih dengan kehadiran Zidan beserta gengnya. Senja ingin cepat-cepat menyelesaikan misi ini, agar dia bisa segera pergi. Zidan semakin bersemangat menggoda saat melihat raut ketakutan dan cemas di wajah cantik Senja.

Zidan berdiri dari tempat duduknya. Dia berjalan ke arah Senja dan dengan tiba-tiba merebut buku catatan Senja.

"Balikin bukunya kak. Saya harus cepat menyelesaikan ini." kata Senja takut.

"Kenalan dulu dong cantik. Siapa nama kamu ?" tanya Zidan dibarengi dengan seringai yang menakutkan.

"Balikin kak. Aku gak mau buat masalah di sini." jawab Senja. Dia hiraukan godaan Zidan dan berharap orang ini segera pergi dari hadapannya.

"Siapa yang mau buat masalah sama kamu. Aku cuma tanya siapa nama kamu." ucap Zidan dingin.

"Aku yang mau buat masalah sama kamu, kalau kamu gak balikin buku dia" sela seseorang yang berada di belakang Senja, dia adalah Arga. Arga memberikan tatapan tajamnya ke Zidan. Begitu pula dengan Zidan. Semua mata kini tertuju pada Zidan, Arga, dan juga Senja. Kantin yang tadinya ramai seketika berubah menjadi sunyi. Senja yang berdiri diantara kedua laki-laki itu hanya bergidik ngeri.