Di tempat lain, Zidan dan anggota Keris Dewa sedang berkumpul di warung pak Sabar yang terletak di belakang fakultasnya. Kebanyakan dari mereka berasal dari fakultas hukum yang terdiri dari berbagai angkatan. Keris Dewa sendiri berdiri sejak dua tahun yang lalu. Alasan berdirinya adalah karena marak terjadi pelecehan seksual pada perempuan di kampus saat itu. Dan kebanyakan dari mereka yang menjadi korban tidak mau menyuarakan atau diam saja karena malu. Oleh karena itu, Jordi seniornya yang telah lulus membentuk Keris Dewa yang pada saat itu tugasnya untuk melindungi para korban pelecehan dan memberikan bantuan hukum kepada para korban.
Seiring berjalannya waktu tugas mereka semakin banyak. Tidak hanya pelecehan, Keris Dewa juga melindungi perempuan dari kekerasan fisik dan batin yang dilakukan oleh pacar atau kekasih mereka. Kebanyakan dari mereka menjadi korban goshting dan korban perselingkuhan. Hal ini yang tidak disukai oleh Zidan. Sebenarnya, para perempuan bisa saja menghindari goshting dan perselingkuhan caranya dengan tidak pacaran atau mencari cowok yang setia, jangan asal dapat. Apalagi pacaran sama cowok yang sok keren dan ternyata suka ngegoshting, sana sini mampir, sana sini punya gebetan dan selingkuhan. Nanti nangis-nangis nyari Keris Dewa. Itu adalah hal yang sangat tidak disukai Zidan.
Namun sayang, masih saja banyak yang menjadi korban. Setiap harinya para perempuan yang datang ke markas Keris Dewa hanya untuk mengadu dia menjadi korban goshting si A, si B dan si C. Namun, Keris Dewa tidak serta merta membantu mereka. Keris Dewa akan menginvestigasi terlebih dahulu. Jika memang cowoknya yang salah baru mereka akan bertidak. Oleh karena itu banyak para lelaki yang tidak suka dengan keberadaan Keris Dewa. Menurut mereka, Keris Dewa hanyalah sekumpulan anak muda yang suka mencampuri urusan orang lain.
Meski banyak yang tidak suka dengan keberadaan mereka, namun jauh lebih banyak yang mendukung Keris Dewa. Mereka sangat terkenal, di kampus maupun di luar kampus. Dengan adanya Keris Dewa diharapkan para perempuan merasa lebih terlindungi, namun sampai detik ini masih saja ditemukan kasus kekerasan bahkan pelecehan pada perempuan. Hal ini membuat ketua mereka, Zidan sangat murka. Zidan bukanlah lelaki sempurna yang selalu menjunjung tinggi adab dan sunah Rasul, tetapi percayalah bahwa dia adalah lelaki yang sangat peduli dengan perempuan. Dia terkenal tegas yang terkadang menjurus ke kekerasan.
"Woi, gue denger Ratu diselingkuhi sama si Wahyu" ujar Karjok yang baru saja datang dan memilih duduk di depan Sakti.
"Ratu siapa Jok? Ratu dari kerajaan mana?" tanya Sakti bercanda.
"Ratu, mahasiswi jurusan akutansi Sak" jawab Ganden yang sedang meniup-niup kuah mienya.
"Ohh..gue kira Ratu dari kerajaan Majapahit" jawab Sakti sekenanya.
"Ratu, mahasiswi akutansi? tanya Septa.
"Iya, anak akutansi angkatannya kita" ucap Ganden.
"Ohh..itu. Cantik sih anaknya. Gila si Wahyu, sudah punya pacar cantik kayak gitu tetep aja selingkuh" ujar Septa salah satu anggota perempuan Keris Dewa.
"Kalau lelaki kayak gitu, satu perempuan mana cukup Sep" kata Vivi menimpali.
"Enggak cuma si Wahyu aja ges. Kemarin pas ospek Arga juga mulai melancarkan aksinya buat adik tingkatnya" kata Ganden yang sudah menghabiskan kuah mie ayamnya. "Untung kemarin bos kita lihat" lanjutnya membuat semua orang yang hadir di perkumpulan ini menengok kepada Zidan yang sedang merokok di pojok warung.
"Adik kelasnya? Siapa Den" tanya Septa.
"Senja namanya. Gila emang si Arga. Kita harus mewanti-wanti adik tingkat nih buat jaga diri" lanjut Ganden yang sekarang memilih duduk di samping Zidan.
"Benar tuh kata Ganden. Kita harus menjaga para mahasiswi baru biar kejadian dua tahun lalu tidak terulang lagi" kata Vivi menimpali.
"Arga tuh pinter banget menutupi kelakuannya yaa. Kalau orang yang baru kenal ngiranya dia sopan dan taat agama. Kemarin aja dia sok-sokan ngebela Senja sampai adu jotos sama bos Zidan" ujar Sakti. Semua orang kembali menengok kepada Zidan yang masih duduk santai di pojokan.
"Adu jotos?? Kok gue gak tahu sih?? Adu jotos dimana Sak? tanya Septa.
"Iya, waktu lo semua di kelas. Cuma ada gue, Ganden, sama bos Zidan di sini. Arga nyamperin bos ke sini. Terus ketahuan sama bang Bagas"
"Terus terus?" tanya Vivi dan Septa barengan.
"Yaa..terus di sidang lah. Di bawa ke ruang BEM. Gak tahu gimana kelanjutannya. Tanya aja sama Zidan" terang Sakti.
Septa, Vivi, Karjok, dan yang lainnya menengok ke Zidan meminta penjelasan lebih lanjut. Zidan berdiri kemudian duduk di tengah-tengah mereka.
"Kelanjutannya enggak ada" ucap Zidan santai membuat teman-temannya hanya bisa menghela nafas penasaran.
"Lagian emang salah gue. Enggak seharusnya gue ngomong kayak gitu pas di kantin. Gue mengakui gue salah" lanjut Zidan. Bagaimana pun Zidan tipikal cowok gentlemen, berani mengakui salah jika memang dia salah.
"Emang lo ngomong apaan ke dia Dan" tanya Vivi.
"Bos Zidan mau kenalan sama Senja. Tapi baru nanya nama udah salah ngomongnya" kata Sakti sambil tertawa dan membuat Zidan memelototinya. Semua yang hadir spontan tertawa.
"Elo Sak, kayak gak tau bos kita aja. Mana bisa dia nanya-nanya kayak gitu. Tampang aja ganteng, tapi sorry untuk pengalaman masih kalah sama gue" ujar Karjok sambil membusungkan dadanya, menyombongkan diri.
"Bener tuh kata Karjok. Lo sih Sak, enggak ngebrefing bos dulu. Kasih tau kek gimana caranya pdkt ke cewek" sahut Vivi.
Gelak tawa memenuhi warung pak Sabar. Mereka menertawakan ketua Keris Dewa yang gagal lagi untuk mendekati cewek.
"Udah yok, ke kelas. Pak Mahmud sudah masuk tuh dari tadi" ajak Zidan pada teman-temannya.
"Ehh..ada yang mengalihkan pembicaraan nihh" ujar Karjok yang mendapat satu pukulan dari Zidan.
Akhirnya mereka tetap mengikuti Zidan yang sudah berdiri dan menjauh dari warung pak Sabar menuju ke kelas. Zidan, Karjok, Ganden, Sakti, Septa, dan Vivi adalah enam orang pengurus inti Keris Dewa. Masih banyak anggota yang mereka miliki. Ada lebih dari 250 mahasiswa yang tergabung dalam Keris Dewa.
Zidan Alfathan Nugraha, ketua Keris Dewa yang banyak dielu-elukan oleh perempuan di kampusnya. Jago berantem, mudah tersulut emosi, dan sangat peduli dengan perempuan. Namun siapa sangka, di balik wajah tampan dan sikapnya yang gentlemen dia belum pernah merasakan apa itu yang dinamakan cinta. Oleh karena itu, temen-temennya selalu mengolok-ngoloknya. Banyak sebenarnya perempuan yang mau dekat dengan Zidan. Tetapi selama ini, belum ada yang pas di hatinya.
"Tuh bos ada Senja di kantin. Mau kenalan lagi enggak?" tanya Sakti membuat enam orang yang sedang menuju ke kelas ini berhenti. Zidan dan teman-temannya memandang ke arah kantin. Di sana ada Senja dan Rina yang sedang menyantap makanannya.
"Enggak lah. Salah lagi nanti gue" kata Zidan tetap melanjutkan jalannya.
"Yaelah bos. Salah tuh coba lagi. Masak langsung berhenti. Gimana mau dapat cewek kalau kayak gini" ujar Ganden yang dicuekin Zidan.
Saat mereka berjalan melewati kantin, ada seseorang yang memanggil nama Zidan dari dalam kantin. Semua menoleh ke arah sumber suara. Ternyata ada seorang perempuan yang memanggilnya. Zidan dan teman-temannya menghentikan langkah mereka. Zidan menyuruh yang lain untuk tetap masuk ke kelas sedangkan dia berjalan menuju kantin. Sakti berniat untuk mengikuti Zidan ke kantin. Dia tidak bisa membiarkan ketuanya sendirian menghadapi ini. Alhasil, Sakti dan Zidan berjalan menuju ke arah perempuan yang memanggil mereka tadi. Perempuan yang duduk di dekat pintu masuk.