Chereads / SENJA TERAKHIR / Chapter 9 - SEBUAH PILIHAN

Chapter 9 - SEBUAH PILIHAN

Sakti berniat untuk mengikuti Zidan ke kantin. Dia tidak bisa membiarkan ketuanya sendirian menghadapi ini. Alhasil, Sakti dan Zidan berjalan menuju ke arah perempuan yang memanggil mereka tadi. Perempuan yang duduk di dekat pintu masuk.

Ratu, perempuan yang memanggil nama Zidan tadi adalah Ratu, mahasiswi akutansi yang baru saja diselingkuhin pacarnya yang bernama Wahyu. Sudah pasti maksud dan tujuannya memanggil Zidan adalah untuk melaporkan kasus ini. Zidan dan Sakti duduk di depan Ratu dan temannya yang bernama Gina. Mereka duduk di samping meja Senja dan Rina. Mau tidak mau, Senja dan Rina mendengar apa saja yang mereka bicarakan.

"Hai, Dan. Pasti lo sudah denger kan masalah gue" sapa Ratu beberapa saat setelah Zidan duduk di depannya. Zidan hanya menganggukan kepalanya. Dia duduk dengan punggung yang disandarkan pada kursi.

"Wahyu telah menghancurkan kepercayaanku terhadapnya Dan. Dia telah selingkuh dibelakangku dengan perempuan lain" ucap Ratu memandang lurus ke depan. Zidan masih diam. Dia masih menunggu penjelasan lengkap dari Ratu.

"Lo lanjutkan penjelasannya. Biar nanti kami yang menilai. Lo tahu kan, Keris Dewa tidak serta merta bisa membantu masalah kalian" ujar Sakti yang duduk di samping Zidan.

"Wahyu dan selingkuhannya bawa kabur mobil gue" ucap Ratu membuat Senja dan Rina yang berada di meja samping mereka saling berpandangan karena terkejut. Mereka berdua masih diam sambil menguping pembicaraan.

"Satu minggu yang lalu, dia ijin bawa mobil gue ke Semarang. Katanya mau ada penelitian di sana."

"Ternyata kemarin gue dapat kiriman foto kalau Wahyu sedang berada di hotel sama cewek" ujar Senja sedikit parau menahan tangisannya.

"Setelah itu, gue coba hubungin Wahyu sudah gak bisa sampai detik ini".

"Dan gue kesana-kemari nyari tahu tentang keberadaan Wahyu ke teman-temannya gak ada yang tahu. Yang mengejutkan lagi, ternyata enggak ada penelitian ke Semarang" Senja dan Rina lagi-lagi terkejut mendengar cerita Ratu.

"Sekarang lo mau gimana. Mau mobil lo kembali atau mau Wahyu datang ke hadapan lo?" tanya Zidan tiba-tiba.

"Gue mau mobil gue balik. Kalau masalah Wahyu gue sudah tidak berharap ketemu lagi sama dia" ucap Ratu menahan isakannya.

"Kalau itu masalah gampang. Lo tulis aja plat mobil lo. Nanti biar Sakti kabari kalau sudah ketemu" ujar Zidan kemudian dia berdiri hendak meninggalkan tempat.

"Enggak ada yang lain lagi kan. Kalau gitu gue pergi dulu" katanya sebelum benar-benar pergi dari kantin.

"Makasih Dan" kata Ratu ikut berdiri.

Sakti mengikuti Zidan keluar dari kantin. Kini mereka berjalan berdampingan.

"Bos" panggil Sakti sambil melirik ke samping.

"Kenapa lo" tanya Zidan penasaran karena melihat mata Sakti yang seperti memberitahunya jika ada seseorang. Akhirnya Zidan mengikuti kemana arah mata Sakti. Dan yaa, di sana ada Senja.

"Enggak ada niatan buat kenalan baik-baik lagi bos?" tanya Sakti memastikan. Zidan tidak menjawab dan tetap berjalan lurus. Saat tepat berada di depan kantin, Zidan dan Sakti melihat Arga yang berjalan ke arah mereka seorang diri. Arga berjalan masuk ke kantin. Zidan dan Sakti masih tetap berdiri di tempat mereka, melihat Arga yang kini sudah duduk di depan Senja dan Rina.

"Hai, Sen" sapa Arga yang kini sudah duduk di depan mereka.

"Ada dua orang, yang di sapa kok cuma Senja kak" ujar Rina sambil memanyunkan bibirnya.

"Eh iyaa lupa. Maaf Rin. Hai Rin, apa kabar" Senja dan Rina hanya bisa memperhatikan Arga dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Kabar baik kak" jawab Rina.

"Lama gk ketemu kita yaa" Senja dan Rina hanya saling pandang.

"Baru gak ketemu setengah hari kak. Masak udah lama" jawab Rina.

"Kalau menurutku, setengah hari itu sudah lama loh Rin" ujar Arga yang hanya mendapat helaan nafas dari Senja dan Rina. Mengapa Arga sangat berbeda saat pertama kali bertemu. Sekarang seperti sok kenal sok dekat. Kenapa sekarang banyak omong, padahal dulu dia sangat dingin. Atau memang inilah sikap asli Arga. Begitulah isi benak Senja dan Rina saat ini.

"Lo duluan aja ke kelas Sak. Gue ada urusan sebentar" kata Zidan sambil menepuk bahu Sakti.

"Eh bos, urusan apa ?" tanya Sakti yang tidak mendapat jawaban dari Zidan yang telah berlalu.

"Jangan ada lagi perang dunia ke dua" gumam Sakti setelah melihat kemana Zidan pergi. Setelah melihat Arga duduk di meja Senja dan Rina, Zidan memutuskan untuk masuk ke kantin kembali.

Dari arah depan, Senja dan Rina dapat melihat Zidan yang sedang berjalan menuju ke tempat mereka.

Dan detik berikutnya, Zidan mengambil duduk di samping Arga. Dia hanya duduk diam sambil menatap lurus ke depan.

"Lo ngapain duduk di sini?" tanya Arga setelah melihat Zidan duduk tepat di sampingnya.

"Terserah gue dong mau duduk dimana. Lagian kursinya kosong kan" jawab Zidan santai.

"Kursi kosong banyak tuh di sana atau disana" tunjuk Arga pada kursi yang kosong. Arga sangat tidak suka dengan kehadiran Zidan.

"Gue maunya di sini, lo bisa apa?" ujar Zidan membuat Arga naik pitam. Zidan tetap cuek. Seperti menganggap Arga tidak ada di sampingnya.

Kemudian Zidan beralih menatap Senja. Dan berkata.

"Sekarang gue mau kenalan secara baik-baik sama lo" sambil mengulurkan tangannya ke depan. "Gue Zidan, siapa nama lo" tanyanya pada Senja.

Senja hendak mengulurkan tangannya, lagi-lagi, Arga menahannya.

"Aku Senja" ucapnya lirih. Zidan menarik kembali tangannya. Kemudian pandangannya beralih ke Rina.

"Gue Zidan"

"Aku Rina kak" jawab Rina sambil menjabat tangan Zidan.

Detik berikutnya tidak ada percakapan di antara empat orang yang sekarang duduk satu meja. Terlihat Arga merasa sangat tidak nyaman dengan kehadiran Zidan. Senja dan Rina hanya bisa memperhatikan kedua senior mereka dengan pandangan yang sulit diartikan. Senja khawatir bakal ada perang dunia ke dua antara mereka.

"Gue ada urusan sama Senja" ucap Zidan tiba-tiba.

"Ada urusan apa lo sama Senja"

"Urusan penting dan lo enggak perlu tahu" Arga terlihat sangat emosi pada Zidan. Arga sangat tidak suka pada Zidan dan gengnya yang selalu mencampuri urusan orang lain dan suka membuat onar. Sedangkan Zidan sangat tidak menyukai Arga yang selalu merayu-rayu cewek.

"Gue berniat merekrut kalian berdua buat gabung sama kita" Senja dan Rina saling menatap tidak percaya dengan apa yang dikatakan Zidan.

"Gabung sama kita? Maksudnya?" sela Arga.

"Gabung ke Keris Dewa. Kenapa? Ada masalah?" jawab Zidan ketus.

"Enggak. Gue enggak setuju. Gak ada gunanya dan untungnya gabung Keris Dewa. Hanya buang-buang waktu saja" ujar Arga.

"Gue gak ngajak elo. Gue ngajak Senja sama Rina. Gak ada urusannya sama lo Ar" ucap Zidan tegas menatap tajam Arga.

"Ada urusannya sama gue. Gue selaku ketua BEM fakultas berniat merekrut Senja dan Rina buat gabung ke organisasi kami yang jauh lebih bermanfaat bagi mereka" ucap Arga tak kalah tegas. Zidan sangat kesal dengan Arga. Terlihat sekali ada pancaran kebencian di matanya.

Beberapa detik tidak ada percakapan. Hingga...

"Lo mau mereka memilih. Oke, kita dengarkan saja mana pilihan mereka" ucap Zidan pada akhirnya.