Tawanya selalu menjadi candu bagi kaum pria yang melihat, gadis yang tengah duduk wajahnya nampak cantik dan sangat elegan Mawar wanita berusia dua puluh dua tahun anak tunggal dari pria konglemeret ternama
"Kalung kamu cantik banget Mawar cie ini pasti dari pacar kamu, ya," goda temannya para wanita yang menjadi anak orang kaya itu berada di ruangan dengan meja melingkar.
Mawar menanggapi teman-temannya hanya tersenyum pandangannya tak lepas. Tak jauh dari mejanya pria muda yang tengah berbincang dengan Papanya
"Aku ke sana dulu ya gays." Mawar melambaikan tangan gadis berbalut gaun anggun itu melangkah mendekati pria yang tengah asik mengobrol.
"Nona Mawar bisakah kita mengambil sesi foto sebentar saja." Langkah Mawar harus terhenti ketika beberapa orang mengerumuni
"Baiklah, baiklah." Mawar menerima tawaran itu gadis yang selalu menajdi ibncaran para pria siapa yang tak akan mau menjadikan Mawar sebagai kekasih ia cantik dan juga berasal dari keluarga kaya raya.
Dewanda menghampiri Mawar yang masih berpose. Dewanda menarik napas kasar lalu mengembuskannya sebuket bunga di tangan pria itu dan satu buah cokelat batangan.
Saat acara pesta ulang tahun tadi Dewanda tak kebagian tempat untuk mengucapkan langsung pada sang gadis impiannya
"Mawar ...," panggil Dewanda
"Eh udah ya makasih."
Mawar tersenyum matamya menyipit lalu gadis berdarah campuran itu berbalik mendapati Dewanda.
"Eh, Dewanda!" Mawar langsung memeluk Dewanda. "Astaga aku kira tadi kamu nggak datang eh, ternyata."
"Aku dari tadi udah datang cuman kamunya nggak lihat."
"Iya deh iya maaf aku sibuk banget tadi."
Mawar melepaskan pelukannya ia tidak sungkan-sungkan lagi karena Dewanda susah menjadi sahabatnya lama.
"Selamat ulang tahun, Mawar," Dewanda menyodorkan sebuket bunga. Mawar menerimanya senang senyum gadis itu masih terpancar. Membuat Dewanda semakin tergila-gila namun nyali pria itu seperti tak ada bibirnya terkatup untuk mengutarakan isi hatinya.
Mawar menghirup aroma buket bunga, "Makasih bunganya sejak dulu kamu selalu tahu bunga kesukaanku."
Mawar maju selangkah lalu kemudian tanpa malu-malu gadis itu memeluk Dewanda sejak dulu Mawar memang dekat dengan Dewanda persahabatan mereka berlangsung sampai sekarang
***
Adinata menarik napasnya lalu dia mengembuskan menatap para tamu hadirin lalu pria itu kembali berjalan mencari seorang wanita yang masih belum nampak padahal Nayla sudah mengabari bahwa mereka akan datang lebih cepat
Adinata sebenarnya tak mau pergi meninggalkan Elis tetapi karena ada Nayla. Jadi, ia tak risau sudah hampir satu jam Adinata menunggu dan juga sempat berbicara pada rekan bisnisnya
"Tuan." Adinata berbalik saat seseorang menepuk bahunya matanya beralih sedikitpun dari pandangan saat melihat gadis kampungan yang dinikahi berubah 180° dengan make up yang natural serta dress selutut ia sangat cantik
"Tuan bagaimana dengan penampilanku cantik gak?" tanya Elis matanya mengerjap beberapa kali ia saat mencari di antara kerumunan seorang Adinata akhirnya setelah beberapa kali mencari yang menemukan pria ini yang tengah berada di antara kerumunan
"Kau mau make up atau tidak masih terlihat jelek," jawab Adinata acuh
Elis mengerucutkan bibirnya padahal Ia sudah susah-susah dan sekarang mendapati komentar yang tidak mengenakkan hati tapi gadis itu masih tetap tersenyum
"Terima kasih pujiannya Tuan." Elis menunduk gadis itu berdiri di samping Adinata ia sangat malu melihat para gadis-gadis yang lebih cantik dan juga elegan darinya bahkan tinggi tubuh para gadis di sini saja sangat ideal dibandingkan dirinya yang mungil
"Dongakan pandangamu kau tak boleh menunduk pada siapapun."
"Baik Tuan."
Adinata tersenyum simpul kemudian menggandeng tangan Elis. Elis mengernyit kebingungan
"Kau harus menjadi Nyonya terpandang Jangan membuatku malu di acara pesta kali ini."
"Tuan Adinata," sapa pria paru baya
Adinata melepaskan genggaman tangannya lalu berjabat tangan.
"Wah siapa wanita bersamamu ini?" tanya pria itu
Elis tersenyum simpul ia masih kikuk berada di tengah-tengah orang sukses.
"Dia ...." Adinata menyorot Elis dengan ekor matanya tajam.
"Halo Tuan perkenalkan saya Elis Kinanti," ucap Elis memperkenalkan dirinya..
"Wah cantik sekali istrimu, Tuan Adinata."
"Pah kemana saja ayo ke sana Mama mau kenalin sama teman-teman," pinta seorang wanita yang masih terlihat muda bergelanyut manja di lengan suaminya
"Iya, Mah, saya permisi dulu."
Sepasang suami istri itu pergi meninggalkan Adinata dan Elis.
"Tuan bisakah kita pinda tempat ini sangat ramai aku, aku nggak nyaman."
Adinata mengangkat kedua bahunya malas tak acuh. "Itu dirimu aku masih ingin menyapa yang lain."
Adinata menyeret lengan Elis rasanya ia malas sekali meladeni permintaan Elis.
"Wanita beringus." Elis mengerjapkan matanya tak percaya sesekali mengucek demi mempertajam penglihatanya siapa wanita di hadapannya ini.
Wanita yang terbalut gaun sangat cantik
"Kau di sini dulu nanti ada Nayla." Akhirnya Adinata meninggalkan Elis karena salah-satu rekannya menyapa.
"Menyebalkan kenapa dia bisa di sini juga."
"Nona," panggil Nayla
"Mengagetkan saja, Nayla siapa gadis di dekat pria ganteng itu." Tunjuk Elis namun detik kemudian ia menurunkan kembali tangannya jangan sampai mempermalukan Adinata bisa-bisa nanti kena hukuman.
"Namanya Mawar salah-satu anak rekan bisnis Tuan Muda pesta ini perayaan ulang tahunnya," jawab Nayla ia sedikit tertarik dengan Nona Muda yang tiba-tiba saja menanyakan seorang wanita tadinya ia pikir Nona Muda tak mengenal siapapun.
"Apa.kau serius Nayla? Dia." Elis menutupmulutnya secara refleks baru saja kemarin ia terlihat menyala-nyala sangat pemberani sekarang nyalinya menciut.
"Ada apa Nona?" tanya Nayla merasa ada yang tak beres.
"Ah kau serius tidak kalau dia." Elis menatap tajam Nayla.
"Anda bisa lihat poster di depan atau kartu undangan yang anda pegang Nona," ujar Nayla sabar padahal kartu undangan sudah terdapat nama dan juga foto sang gadis
Elis membukanya dengan tidak sabaran bagaimana pedulikan kartu undangan ini.
"Apa!" ucapnya kaget
"Wanita yang sempat hari aku ancam ternyata ah bodohnya aku tidak-tidak kenapa bisa begini tapikan dia sendiri yang salah, eh, kok nyaliku ciut gini!" batin Elis
"Di kartu undangan sudah ada nama, Nona kalau masih penasaran bisa cek laman situs."
Elis menyerahkan kartu undangan itu bagaimana sekarang apa ia harus kabur atau berpura-pura tidak kenal saja gaqal sekali kenapa situasinya berada sangat apes. Elis beringsut dari tempatnya menyusul Adinata karena satu-satunya pria itu yang bisa melindungi.
"Ada apa dengan Nona Muda?"
***
Para pria yang masih lajang berkumpul meneguk minumnnya.
"Wah, wah jadi kau berniat melepas masa lajang kapan?" tanya temannya dengan nada meledek
"Kau meremehkan ya! Sebentar lagi aku akan menikah menyusul yang lain juga."
"Hey tentu saja aku aku melepas masa lajang, meski tak pernah terluhat publik memgandeng tangan wanita. Singkirkan tangan berdosamu dari bahu suci ku!"
Adinata meneguk jusnya sampai tandas pesta malam semakin ramai beberapa pria yang tengah menikmati perbincangan.
"Adinata sejak tadi kau hanya diam ayo ceritakan pada kami rasanya menikah." Seketika gelak tawa memenuhi ruangan para pria
Adinata menatap datar. "Kalian menikah saja dan rasakan sendiri."
"Hahah ... lucu sekali dirimu kami kan masih ingin berkencan banyak wanita ya setidaknya bagikan sedikit rahasiamu."
Adinata hanya menanggapi dengan deheman. Teman-temannya puas sekali melihat wajah masam seorang Adinata.