Pesta dansa telah dimulai Elis menatap sekeliling mencari keberadaan Adinata padahal tadi ia bilang hanya pergi sebentar saja tau-taunya menghilang. Para pelayan pria yang yang berjalan membawa nampan Elis menghadang mengambil satu gelas minuman
"Pria gila itu ke mana sih ah membuatku jadi haus saja." Elis meneguk sampai tandas minumannya ia menahan saliva ketika merasakan air yang masuk rasanya sedikit pahit tak peduli lagi minuman apa itu yang penting dahaganya
"Permisi Nona," ucap Elis.
Para gadis yang berkumpul itu menoleh
"Apa anda melihat pria yang tingginya segini dan putih ia memakai jas hitam dan jam tangan agak coklat."
Wanita itu mengangkat bahunya tidak mengerti. Elis berjalan dengan sangat kesal bebebrapa kali ia harus memutar harus mencari pria yang tega meninggalkan sendirian.
"Cantik berdansa denganku." Seorang pria tampan berbalut jas berwarna call dengan merayu Elis ia dengan sengaja menyentuh tangan Elis wajahnya berubah menggoda dengan nada genit.
"Maaf Tuan, saya tidak mengenal Anda." Elis menepis tangan pria itu dia ketakutan karena tak ada satupun orang yang membelanya apalagi saat mencium bau dari aroma mulut pria di hadapannya seperti tengah meminum Wine
"Ayolah jangan malu-malu begitu."
Elis gemetar ketakutan ya lupa membawa dompetnya Elis segera pergi meninggalkan pria di hadapannya namun pria itu tetap keke menghalang tubuh Elis
"Mau kemana sih buru-buru amat ini kan dansa ayolah pasti kau tidak memiliki pasangan."
"Tolong hentikan aksi gila anda Tuan saya sudah memiliki suami." Elis sendiri harus menghargai dirinya sudah menikah dan memiliki suami ya suaminya itu monster Elis takut apabila nanti berani berhadapan langsung dengan Adinata bisa-bisa kepala pria ini terpenggal
Langkah Elis mundur menghindari tubuh tegap pria dihadpamya ganteng sih cuman kelakuannya tidak seperti yang terlihat
"Jangan macam-macam Tuan atau saya bisa teriak." ancam Elis melihat sekeliling
Pria itu tertawa lalu menengok dengan nada kesal. "Teriak saja kalau bisa lagian aku tak percaya kau sudah menikah."
"Suami saya kalau marah menakutkan saya mohon untuk napas anda jangan menganggu saya."
Pria itu menunjuk dirinya menatap remeh Elis gadis yang masih terlihat muda dan sejak tadi memperhatikan hanya sendirian sekarang mengaku sudah memiliki suami.Ia maju selangkah memegang tangan Elis kuat.
Elis memberontak mencoba melepaskan pergelangan tangannya namun pria di hadapan tenaganya jauh lebih kuat.
"Cantik sekali ..."
Tiba-tiba saja seorang pria dengan tinggi bada dari belakang dan menendang sampai lelaki yang mau ngajak kencan Elis itu terpental ke tembok
"Katakan sekali lagi." Geram kalau kita mengepalkan kedua tangannya lalu menciut pipi pria yang sudah tersungkur kelantai para tamu yang tadinya menikmati pesta dansa mulai heboh dan mengerumuni Adinata belum meredam amarahnya
"Kau bilang apa tadi." Suara berat penuh intiminasi
Adinata masih tak.melepaskan pria yang kini tersungkur di di lantai.
"Aduh bagaimana ini kan tadi aku sudah bilang." Elis menggeram kesal Padahal tadi ya sudah memperingati agar pria itu tidak macam-macam lihat sekarang kena batunya menjadi sangat kebingungan harus memisahkan Adinata yang tubuhnya saja mungil tidak mungkin ia memisahkan kedua pria yang mulai bertarung itu
Pria itu mengusap celananya
Adinata menendang kaki lawannya tak memberi ampun untuk berdiri napasnya naik turun
Nayla datang tepat pada waktunya tergesa-gesa bersama beberapa Bodyguard yang ada di belakang memisahkan Adinata dari pria yang sempat Adinata ingin menghabisinya karena sudah tidak berlaku baik pada Elis
"Katakan sekali lagi!" Adinata berkata keras dadanya naik turun
Pria itu menautkan tangan meminta ampun tetapi Adinata masih belum mau melepaskan.
"Kau apakan Istriku?!" tanya lagi, Adinata menarik kera baju miliki pria itu "Kau berani menyentuhnya?!"
"A ... ampun Tuan."
Suasana menjadi ricu keributan yang terjaid membuat pesta yang tadinya berlangsung membaik semakin kacau apalagi melihat Adinata tamu terhormat marah besar.
"Aaa ... apa yang dilakukan bocah ini." Dewanda mengusar rambutnya kesal ia lalu maju ke depan memisahkan Adinata dan pria yang ternyata karyawannya barunya itu
"Adinata hentikan biar aku yang mengurusnya."
"Siapa di Dewanda." Kali ini Dewanda di buat tergagap bodohnya tadi tak mengawasi karyawan barunya ia pikir dengan mengajak pria ini akan menambah kinerja namun ternyata membuat kacau
"Dia karyawan baruku, hey kau!" Dewanda menampar keras pipi karyawanya.
Dewanda lalu berbalik lagi. "Biar aku yang mengurus dia."
"Beruntung nyawamu kali ini selamat jangan pernah coba-coba lakukan itu lagi."
Elis memegang lengan Adinata ketakutan, tangannya gementar, "Tuan sudahlah tadi dia hanya menyentuh sedikit lenganku."
"Kau bilang apa?!" Adinata mengoreksi kata-kata Elis hanya menyentuh sedikit ia saja belum menyentuh gadis kampungan ini bagaiman bisa kecolongan star
Adinata menyeret paksa Elis keluar dari kerumunan para reporter mulai heboh mengambil rekaman akan menjadi berita sensasional kali ini melihat Adinata marah besar.
"Ahh apa yang kau lakukan." Dewanda abernapas lega ia menyeret karyawannya sementara Nayla mengekori Tuan Muda ia juga kesal melihat lelaki tadi bisa-bisanya meninggalkan Elis mencari Adinata semdirian
Di depan parkiran Nayla seger ra membukakan pintu meninggalkan pesta dua orang yang duduk di belakang saling terdiam. Nayla melajukan mobil membela jalanan cuaca malam yang mulai gerimis
***
"Kau pikir dengan berlagak manis di depan pria lain itu bagus!" Adinata menyeret Elis sampai-sampai kepala gadis itu terpental sudut ranjang Elis menahan sakit di kepalanya.
"Katakan!" Adinata menyorott dengan mata tajamnya lelaki itu tak menggubris sama-sekali melihat istrinya menangis kemarahan adinata tak juga redam
"Aku ... aku ... tadi mencari Tuan." penglihatan Elis mulai berkunang-kuanng kepalanya terasa berat
"Gadis jelek." Adinata mencengkam dagu wanita di hadapannya. "Aku membeli dengan mahal ingat batasan dan posisimu itu."
"Tatap mataku!" Adinata tak menyukai ketikan lawannya melihat lain.
Bibir Elis bergetar wajah pria di hasapanya benar sangat seperti monster.
Kau jelek dan juga kampungan! Cih!" Adinata menghempaskan pegangannya
Lelaki itu mengambil sesuatu dari dalam laci.
"Ambil!" Adinata melemparkannya memperlakukan Elis seperti hewan.Mungkin hewan jauh lebih memiki peasaan.
"Pakai itu"
Seketika rasa pusing di kepala Elis hilang apa ia menyodorkan yang sama sekali belum pernah dilakukan Elis tahu ia bukan wanita yang dicintai Tuan Adinata. Elis juga tidak berharap lelaki monster ini mencintainya.
"Pakai ku bilang!" Adinata tak suka penolakan apapun itu semua hal yang ia inginkan harua terwujud.
Elis melangkah namun ditahan Adinata.
"Pakai di depanku sekarang."
"Aa ... apa ini kumohon bisa melakukan apapun tapi tidak melakukan hal ini," batin Elis
Pikirannya sudah kemana-mana Adinata dari sisi fisik memanglah sempuran tetapi tempramen pria ini sangat sulit dikendalikan dosa apa yang dilakukan di masalalu sampai-sampai menikah dengan pria monster.