Chereads / Sayap Pelengkap / Chapter 24 - Malam Minggu

Chapter 24 - Malam Minggu

Jessica sudah berniat malam minggunya kali ini akan ia habiskan untuk. Menonton drama saja dan mengabaikan orang lain. Namun, ia lupa jika dirinya memiliki kekasih. Jadi, semua niatnya itu batal seketika ketika pintu rumahnya diketuk dan menampilkan perawakan pria berumur 21 tahun dengan jaket levis kesukaannya dan celana pendek selutut dengan tangan membawa bingkisan makanan. 

"Kok lama buka pintunya?" tanya Fauzan kesal. Padahal dirinya menunggu juga tidak sampai sepuluh menit tapi sudah mengeluh saja. Lagipula memangnya dari kamar Jessica menuju ke pintu utama itu dekat apa? 

"Ya maaf kan aku jalan gak pake ojek," jawab Jessica kemudian menerima bingkisan itu dan mempersilahkan Fauzan untuk masuk. 

Jeno yang tadinya sedang makan malam di meja makan, setelah melihat Fauzan langsung cepat menyelesaikan makannha dan segera beranjak menuju ke kamarnya. Padahal Fauzan saja tidak menghampirinya dan langsung duduk di sofa ruang tamu yang sepi. 

"Kak Jeno kayaknya masih belum bisa yah nerima aku?" tanya Fauzan lirih menatap kepergian Jeno. 

Jessi juga mengikuti arah pandang kekasihnya itu, bibirnya tersungging sinis terlebih lagi mendengar pertanyaan dari Fauzan. 

"Yaudahlah gak usah dipikirin. Aku ambilin kamu minum dulu sebentar," kata Jessi kemudian melenggang menuju ke dapur untuk mengambilkan Fauzan segelas air minum dan piring untuk menyajikan makanan yang tadi Fauzan bawa. 

Rumahnya sepi karena sudah dua hari Surya tidak pulang ke rumah dan Alin juga sedang ada di rumah orang tuanya tanpa berniat untuk mengabari. Entahlah, sepertinya mereka lupa jika masih memiliki dua orang anak. Biarkanlah toh Jessi dan Jeno juga tidak peduli. 

***

"Kamu masih belum mau izinin temen-temen kamu buat datang ke rumah ini?" tanya Fauzan sambil memperhatikan Jessi memakan martabak telur yang ia bawakan tadi. 

Jessi tampak berpikir sejenak. Alasan mengapa ia tidak pernah mengizinkan teman-temannya siapa pun itu datang ke rumahnya adalah karena Jessi tidak mau membuat mereka menyaksikan drama gratis yang tersedia di rumah ini, hanya itu saja. 

"Gak usah bahas lah. Aku pusing," kata Jessi malas berpikir. Ia lupa jika dirinya belum meminum obat yang dokternya berikan. 

"Aku pamit ke kamar dulu yah! Kamu tunggu disini aja."

Fauzan menganggukkan kepalanya kemudian membiarkan Jessi meninggalkan dirinya. 

Tatapan mata Fauzan mengelilingi melihat keadaan rumah Jessi secara jelas. Berkali-kali ia keluar masuk rumah ini, tapi belum sekali pun ia benar-benar memperhatikan detail setiap sudut yang ada di sini. 

Banyak sekali foto keluarga yang bisa dirinya baca jika kebahagiaan yang ditampilkan foto itu hanyalah kebutuhan fotografer. Keluarganya dengan keluarga Jessi tidak jauh berbeda dalam masalah keadaan. Keluarga mereka benar-benar hancur tak tertolong lagi. 

Terlebih semenjak kejadian pemerkosaan yang dilakukan ayahnya beberapa tahun silam itu terungkap. Tapi, sayangnya siapa wanita yang menjadi korbannya belum terungkap sama sekali. Bahkan tidak ada jejak yang tertinggal sedikit pun. Hal itu yang membuat Veve semakin membenci Argan dan membuat keadaan keluarganya semakin dingin. 

Fauzan mengambil foto Jessi yang terpajang cantik di dalam bingkai sederhana yang tidak terlalu kecil. Foto itu diambil sepertinya ketika ulang tahun tahun lalu karena ada kado pemberian darinya tahun lalu. Kedua sudut bibir Fauzan terangkat sembari mengelus foto itu. 

"Cantik banget cewek gue," pujinya terus tersenyum mengelus foto Jessi yang tampak ceria tulus. 

Pikirannya melayang tentang beberapa kejadian yang terjadi di dalam hubungan asmaranya dengan Jessica selama ini. Ia mengaku salah atas perselingkuhan pertama dan keduanya. Ya, Fauzan mengaku bukan hanya pernah sekali atau dua kali menduakan Jessica, dia bodoh karena mengulangnya terus menerus. 

Ia sudah berjanji pada diri sendiri jika Jessi tidak akan pernah dirinya kecewakan kembali, tapi memang tabiat Argan yang menurun kepadanya membuat ia mudah terpancing. Teman kuliahnya, satu fakultas, satu kelas dan selalu disatukan dalam satu kelompok. 

Namanya Vanesha, tidak bisa menyalahkan wanita itu sepenuhnya karena memang pria juga lah yang membuka peluang. Mereka hanya bertahan tiga bulan sebelum kemudian Jessi kembali mengetahui kelakuannya dan memberinya kesempatan untuk yang terakhir kali, dan semenjak dirinya memilih untuk cepat menyelesaikan program kuliah, Vanesh sudah tidak pernah lagi terlihat oleh mata kepalanya. Pernah sekali Jessi malah menyuruh dirinya untuk makan cari keberadaan Lyn dan kembali pada wanita itu. Namun dengan tegas Fauzan menolak. Dan sekarang, tanpa ada yang menyuruhnya Fauzan malah kembali membuat kesalahan. 

"Gue sayang sama lo, Jes. Gue gak mau kehilangan lo, jangan pernah tinggalin gue. Tapi, kadang gue juga ngerasa lo bodoh karena selalu kasih gue kesempatan."   

Bayangan wajah Disha, Evelyn dan Vanesha memenuhi pikirannya. Tak terkecuali bayangan ketika dirinya melihat Jessica menangis karena mengetahui perbuatannya. 

"Tapi gue juga sayang sama Evelyn, Jess. Gue harus gimana sekarang?" tanyanya lirih entah pada siapa. Ia tidak mau menyangkal jika ada wanita lain juga yang masuk ke dalam hati dan pikirannya. 

Tanpa Fauzan sadari jika Jessica ada di belakangnya, mendengarkan semua ceritanya. Sesak tentu saja Jessi rasakan, namun dirinya harus ingat jika inilah yang ia inginkan. Fauzan melepaskannya dan mencari cinta yang baru. Semua itu ada alasannya bukan? 

Semua usaha telah Jessi lakukan agar Fauzan berhenti mengejarnya dan melepaskan dirinya dari sebuah hubungan yang menyakitkan ini. Dari kuliah jurusan hukum untuk menghindari Fauzan yang saat itu akan masuk kelas bisnis tapi nyatanya pria itu malah melepaskan impiannya dan mengikuti Jessi. 

Jessica berusaha lulus cepat juga untuk menghindari Fauzan tapi pria itu kembali mengikutinya. Mereka ini dua orang yang sama-sama cerdas, jadi tidak sulit untuk Fauzan mengejar semua persyaratan agar dirinya bisa lulus bersamaan dengan Jessi. Sampai menyuruh laki-laki itu untuk mencari wanita lain pun sudah Jessica lakukan. Tapi, tetap saja Fauzan tidak mau melepaskannya. 

Jessi tidak pernah mau meninggalkan Fauzan lebih dulu karena takut akan kehilangan. Hanya Fauzan yang selama ini mampu menjadi segala aspek yang Jessi butuhkan meskipun memang dengan rasa kecewa yang tak pernah usai. Jessi membiarkan waktu saja yang akan melepaskan pria itu. Persiapan diri juga sudah Jessi lakukan agar tidak lagi terkejut dan patah hati jika sewaktu-waktu Fauzan memutuskan untuk berhenti mengejarnya. Berhenti untuk terus mengelilinginya. 

"Gak perlu bingung. Aku akan kasih kamu kesempatan untuk memikirkan ulang," kata Jessi mengejutkan Fauzan yang masih menggenggam fotonya. 

Fauzan berbalik badan hampir saja menjatuhkan foto cantik kekasihnya itu. 

"Kamu daritadi disini?" tanyanya menghapus setetes air mata yang jatuh di pipinya. 

"Enggak lama kok. Baru aja," jawab Jessi lembut. 

Fauzan menatap sebentar fotonya sebelum kemudian kembali menempatkannya di posisinya yang benar. 

"Kamu cantik banget pake gaun itu," kata Fauzan terkekeh setelah menaruh kembali bingkai foto itu dan menatap Jessi yang sesungguhnya di hadapannya. 

Jessi terkekeh mendengar pujian halus dari kekasihnya itu. "Kan kamu yang kasih gaunnya. Lagian kamu itu udah berkali-kali tahu puji foto aku yang itu," jawab Jessi salah tingkah. 

"Ulang tahun kali ini masih sama aku, kan?" tanya Fauzan pelan dan terdengar seperti permohonan.