Chereads / Percaya Padaku! / Chapter 13 - VIAN: Tidur Di Luar!

Chapter 13 - VIAN: Tidur Di Luar!

VIAN: Tidur Di Luar!

"Permisi! Dokter Vian ada?" Ku dengar lirih seseorang memanggil ku dari balik tirai pasien yang sedang ku tangani.

Sedang aku masih sibuk dengan seorang pasien. Jelas sekali aku mengenali siapa pemilik suara itu. Adalah seorang wanita yang telah menolak lamaran ku. Dua bulan yang lalu. Nastya! Yang nampaknya, kini ia sedang berhadapan dengan istri ku.

"Ada!" Jawab Niar singkat.

"Bisa tolong di panggilkan! Saya ingin bertemu" Pintanya.

"Maaf! Dokter Vian masih menangani pasien!" Jawab Niar lagi dengan nada ketusnya.

Lalu dari intonasinya jawaban Niar itu. Walau aku tidak melihat wajahnya saat ini. Dia pasti sedang menahan kesal.

Haduh!

"Kamu selesaikan sisanya ya, Dwi!" Ucap ku pada perawat.

"Baik, Dokter!"

Keluarlah aku dari tirai ini. Dan benar seperti dugaan ku. Nastya kali ini seperti sedang beradu argumen dengan Niar.

Haish! Tenang, Vian! Tenang!

"Dokter Vian masih menangani pasien! Anda tunggu saja dulu lobby! Nanti saya panggil" Ucap Niar dengan ketusnya.

"Kamu pikir aku pasien apa! Lagi pula ini IGD rumah sakit bukan tempat praktik. Aku hanya ingin bertemu Vian. Kenapa aku harus mengantre bak seorang pasie? Sebentar pula aku ingin bertemu dengannya!"

"Seperti yang Anda bilang! Ini IGD! Jadi, tolong pahami bahwa pasien kami tiada henti. Juga otomatis dokter Vian terlalu sibuk dengan pasian" Tambah Niar yang nampaknya makin emosi.

Lekas aku menemui mereka sebelum perdebatan itu semakin menjadi.

"Ada apa ini?" Tanya ku mencoba tenang.

"Oh! Akhirnya kamu datang, Vian! Perawat ini, tidak sopan!" Jawab Nastya seraya menunjuk Niar.

Sementara ku lihat Niar menghela napas panjang. Menahan kesal dan amarahnya yang kini ku yakini menumpuk penuh di dada dan ubun-ubun kepalanya.

Haduh! Aku berada di posisi yang sulit saat ini. Jelas sebenarnya aku harus membela istri ku. Tapi keadaan membuat ku tidak mungkin membelanya saat ini. Jadilah Niar makin kesal dan itu tergambar jelas di wajahnya.

Harus segera di akhiri! Walau harus membuat Niar kesal. Tapi aku harus melakukan hal ini.

"Ada apa? Kenapa tiba-tiba datang ke sini?" Tanya ku pada Nastya.

"Aku ingin bicara dengan mu. Sebentar. Sedang tidak ada pasien kan" Jawab Nastya.

Kali ini aku yang menghela napas panjang. Sekali ku lihat Niar yang kali ini telah memalingkan wajahnya. Yang masih pula menahan kesal. Namun nampaknya aku akan makin membuatnya kesal.

"Baiklah! Ada yang ingin ku sampaikan pada mu juga!" Jawab ku mengiyai permintaan Nastya. "Telpon aku jika ada pasien!" Tambah ku pada Niar.

"Ya!" Jawabnya singkat dan masih juga tak mau memandang ku.

Nanti biar ku jelaskan pada Niar. Alasan ku mau bicara dengan mantan kekasih ku ini. Adalah aku hanya akan mengatakan pada Nastya bahwa aku telah menikah. Lalu pergi dari hidup ku! Itu saja!

Namun, belum aku mengatakan apapun. Nastya langsung saja berkata pada ku.

"Lamaran mu dua bulan lalu masih berlaku kan? Aku merubah jawaban ku. Kali ini aku menerima lamaran mu"

Hah! Apa katanya? Waaa! Mudah sekali dia berkata seperti itu.

Ku hela napas panjang. Lalu tanpa pikir panjang pula aku mengatakan padanya bahwa.

"Kali ini aku yang menolak permintaan mu untuk kembali menjalin hubungan lagi" Jawab ku membuat Nastya terkejut.

"Oh! Kamu pasti masih marah pada ku karena aku menolak lamaran mu kan. Sedang sudah banyak hal yang kita lalui. Bukan kah waktu itu sudah ku katakan bahwa aku belum siap untuk menikah. Kali ini aku sudah siap. Aku tahu aku bodoh waktu itu. Harusnya aku menerima lamaran mu sejak awal" Katanya membela diri.

"Tapi itu sudah tidak berlalu!"

"Vian!" Tegurnya yang tidak terima.

"Aku sudah menikah, Nastya! Aku tidak bisa kembali lagi padamu!"

"Hah! Tidak mungkin! Tidak mungkin kamu sudah menikah, Vian! Bagaimana bisa? Belum tiga bulan kita berpisah dan kamu sudah menikah dengan orang lain?"

"Ya" Jawab ku singkat.

Setelah aku menjawab semua pertanyaan panjangnya. Lalu membuatnya terkejut dengan semua jawaban ku. Nastya lantas makin terkejut setelah tahu siapa wanita yang ku nikahi.

"Ya! Dia! Perawat yang tadi katamu katakan tidak sopan! Dia istri ku. Adapun dia bersikap seperti itu padamu. Karena dia kesal kamu datang mencari suaminya. Aku!"

Cukup! Tepat setelah aku memberitahunya. Nastya tak lagi dapat berkata apapun. Sekali ku lihat air mata penyesalannya jatuh satu persatu. Namun tentu aku tidak melakukan apapun. Kecuali hanya melihatnya untuk kemudian lekas berlalu.

Saatnya menghadapi Niar.

Kembali aku ke IGD. Kedua bola mata ku lantas mencari keberadaan istri ku itu. Yang nampaknya ia tak berada si ruang perawat. Atau di salah satu tirai pasien.

Agh! Mungkin dia sedang berada di ruang istirahat bersama perawat yang lain. Setelah ku sadari bahwa memang tak ada satu pun perawat di ruang perawat depan.

Hendak aku memasuki ruangan itu untuk memastikan keberadaannya. Juga tentu untuk memastikan bagaimana istri ku saat ini. Masihkah ia marah padaku.

Namun, tepat ketika aku hendak membuka pintu ruang istirahat.

"Kamu itu masih ingat tidak sih dua bulan yang lalu kamu membuat keonaran di IGD dengan mantan tunangan mu. Kemarin kamu dengan lancangnya memeluk dokter Vian! Lalu baru saja kau melawan dokter Nastya! Berani sekali!"

"Kamu itu sadar tidak sih yang sudah kamu lakukan, Niar!"

"Heh! Jangan menunduk seperti orang bodoh begitu. Dengarkan jika senior sedang bicara padamu!"

Niar!

Ya Tuhan!

Berani sekali mereka berkata seperti itu pada istri ku. Jujur saja aku kesal mendengarnya. Hingga berkumpul niatan dalam diriku untuk melawan para perawat itu.

Namun sayangnya, belum sempat aku membela. Bahkan belum sempat pula aku memasuki ruang istirahat ini. Niar keluar dari dalam ruangan itu masih dengan wajah kesalnya.

Berubahlah sudah niat ku tadi. Oleh karena kali ini aku makin mengkhawatirkan istriku yang nampaknya kesal dalam dirinya bertambah. Setelah beberapa perawat senior menegurnya pula.

Hingga tiba jam pulang. Hingga pula kami sampai di rumah. Niar masih dengan kesal dan marahnya. Bahkan setelah aku meminta dan memohon agar ia mau mendengarkan aku.

"Dengarkan aku lah, Niar! Dengarkan dulu penjelasan ku! Aku tahu aku salah tapi aku mohon dengarkan aku dulu! Niar!" Pintaku sembari mengikuti langkahnya yang hendak menuju ke kamar. "Niar! Ayolah! Jangan seperti ini! Aku ingin bicara dengan mu" Tambah ku memelas.

"Dengan ku? Harusnya Nastya! Bukan dengan ku!"

BRAKK!

Di tutupnya pintu kamar ini dengan keras. Tepat di hadapan wajah ku. Namun tak lama ia membuka pintu ini lagi. Telah di bawahnya sepasang baju ku yang kemudian ia lempar begitu saja. Kemudian berkata lagi dengan begitu tega.

"Tidur di luar!"

BRAKK!

Pintu tertutup lagi!