VIAN: Lemas!
Aku tidak punya tenaga lagi. Bahkan untuk bergerak sedikit pun aku tak mampu. Seolah seluruh tulang ku telah remuk oleh kenikmatan yang semalam Niar berikan untuk ku.
Astaga!
Hemp... Ternyata seperti itu ya rasanya. Seperti mengawang ke udara setelah ku sebar benih ku ini di rahim Niar. Bahkan suara erangannya pun masih terngiang di telinga ku. Hingga membuatku tertawa sendiri membayangkan wajah istri ku yang.... Emp... Hahaha... Jadi malu sendiri aku.
"Dokter! Dokter Vian!" Panggil Niar membuyarkan imajinasi ku.
"Hemp?" Jawab ku lemas.
"Sudah setengah tujuh. Ayo!" Katanya.
Oh! Ayo? Mau lagi ya istri ku ini.
"Mau tambah lagi? Tapi aku lemas. Besok lagi saja ya?" Jawab ku yang masih setengah sadar.
"Hah? Mau tambah apa? Ini sudah hampir jam tujuh. Sudah waktunya ke rumah sakit. Kita jaga pagi lagi hari ini"
Oh... Ku pikir!
Bukan aku langsung turun dari ranjang dan lekas bersiap. Aku justru kembali melingkar di atas bantal empuk ini. Lalu bersembunyi di balik selimut.
"Yeee! Dokter Vian! Iiiighhh! Bangun! Kita hampir terlambat ini. Dokter!" Tegur Niar sambil berusaha membuka selimut yang menutupi seluruh tubuh ku.
"Hey! Jangan di buka donk! Malu aku tidak pakai baju" Jawab ku meraih ujung selimut itu dari Niar.
"Malu? Kenapa jadi dokter Vian yang malu? Harusnya saya yang malu! Lagi pula... Terlambat sekali malunya baru pagi ini. Semalam juga tidak ada malu-malunya" Jawabnya yang hendak menggoda ku.
"Hey! Jangan berkata begitu ya! Kamu sendiri semalam juga tidak ada malunya. Hahaha" Kataku balik menggodanya.
Memerah sudah wajah Niar. Menahan malu juga senang. Sembari sedikit ia mencoba mencubit perut ku.
"Au!"
"Hahahaha"
Selesai kami dengan drama bercanda pagi tadi. Berangkat sudah aku dan Niar menuju rumah sakit. Terlambat. Tentu saja. Bahkan aku lihat Niar berlari terbirit-birit hingga tersengal napasnya. Ketika ia baru sampai di IGD.
"Terlambat sih, Niar!" Keluh seorang perawat senior pada Niar.
"Maaf, Kak. Maaf... Tadi... Eee supir angkutnya telat bangun!" Jawabnya sembari sekali melihat ke arah ku.
Berarti aku supir angkut donk? Haish!
"Hah? Memang supir angkutnya tidur dengan mu apa!" Jawab perawat senior Niar itu.
"Hehehe? Iya!" Jawab Niar lagi dengan asal namun benar.
Berarti aku benar-benar supir angkut donk!
"Vian!" Panggil Arthur mengejutkan ku.
"Haaa! Astaga!"
"Kebiasaan yaa! Baru datang! Ini data pasien!" Katanya.
"Heeee!"
Waktu berlalu pasien silih berganti di IGD ini. Beberapa ada yang hanya keluhan ringan hingga bisa langsung pulang. Namun beberapa lainnya ada yang terpaksa harus rawat inap (ri). Teriakan, tangis, drama bahagia dan sedih sudah biasa di tempat ini.
Lelah? Agh! Tentu saja. Apa lagi jam kerja di IGD yang seperti tiada henti. Sudah seperti olahraga jantung rasanya.
"Aku istirahat sebentar ya. Jika ada pasien lagi, panggil saja. Aku di ruang istirahat" Pinta ku pada semua perawat.
"Baik, Dokter" Jawab mereka semua termasuk istri ku.
Apa lagi, ditambah aku yang semalam baru saja berolahraga ranjang. Makin lelah saja rasanya. Ingin tidur tapi tidak mungkin.
Jadilah aku hanya merebahkan sejenak kepala ku di atas meja. Astaga! Nikmatnya. Padahal hanya meletakkan kepala di atas meja. Hingga kedua bola mataku ini serasa ingin terpejam dan pergi tidur.
Namun, selang beberapa menit. Tiba-tiba saja ku rasakan seseorang membelai rambut dan kepala ku.
"Sayang!" Panggilnya membuat ku makin terkejut.
"Astaga, Niar! Ku pikir siapa!"
"Terkejut ya?"
"Ya iyalah. Ada orang di IGD ini berani membelai kepala ku. Memanggil sayang lagi"
"Saya berani. Hehehe" Jawabnya sembari membuka lemari brangkasnya.
Lalu kembali duduk di depan ku.
"Dokter Vian kenapa? Dari tadi saya perhatikan Anda terlihat tidak bersemangat"
"Ya iyalah... Semua tenaga ku sudah terkuras habis karena mu" Jawab ku menggoda istri ku ini.
"Igh! Kenapa saya? Saya tidak berbuat apa-apa. Hanya diam"
"Ya karena kamu hanya diam. Akhirnya kan aku yang harus banyak menyerang"
"Lha saya mau serang balik tidak dokter Vian beri celah. Yasudah saya pasrah saja. Hihihi" Jawabnya dengan wajah memerah.
Iya sih! Aku memang tidak memberinya celah sedikit pun. Terlalu bernafsu mungkin diriku setelah ku tahan selama hampir dua bulan lamanya. Alkhinya semalam aku menjadi orang yang berbeda. Bahkan aku tak percaya aku bisa seganas itu pada istriku. Wal hasil hari ini benar-benar kehabisan tenaga.
"Nanti sampai di rumah saya pijit deh" Tawar Niar mencoba menyenangkan ku. "Mau kan? Ya memang saya tidak pandai memijit juga sih sebenarnya. Tapi jika hanya untuk menekan-nekan sedikit saja. Saya masih bisa kok" Tambahnya.
Pijit? Hem... Seketika aku jadi berfantasi lagi. Membayangkan Niar memijit ku di atas ranjang kami. Lalu dengan seragam dinas perawatnya.
Haduh... Jadi terbang kemana-mana pikiran ku kan!
"Dokter Vian! Kenapa seperti itu sih wajahnya. Geli tau" Tegur Niar padaku.
"Kamu tadi bilang mau memijit aku kan?" Balik aku bertanya.
"Iya"
"Kalau begitu nanti kamu pijit aku pakai baju dinas perawat mu ya!" Benar-benar aku meminta hal itu pada Niar.
Adapun saat ini dia terbelalak dan tercengang mendengar permintaan ku. Mungkin juga tengah ia membayangkan dirinya. Melayani ku lagi nanti malam.
"Anda ingin meniduri saya lagi?"
"Iyalah..." Jawabku dengan tenang.
Makin ia terbelalak lalu bangkit dan hendak menghindar. Berlari meninggalkan ruang istirahat ini. Namun dengan cepat aku meraih pergelangan tangannya. Lalu menghentikannya tepat di daun pintu ruangan ini.
"Mau kemana? Kenapa malah mau kabur? Tidak mau melayani ku lagi nanti malam?"
"Kan baru semalam, Dokter. Masa iya Anda sudah ingin lagi" Jawabnya.
"Iya donk... Kenapa sih? Hemp? Tidak mau?" Tanya hendak menggoda istri ku. "Semalam saja kedua bola mata mu berkedap-kedip lalu mendesah tak karuan" Tambah ku menggodanya lagi.
Sejenak Niar terdiam. Memperhatikan ku dengan senyum nakal dan manisnya. Dilihatnya bibirku ini lalu lekas berganti ia melihat kedua bola mataku. Seolah hendak mencium ku yang kini begitu dekat dengan wajahnya.
"Jika ingin meniduri saya lagi. Lelah Anda langsung hilang ya" Katanya menggoda ku.
Hahaha.
Jadilah aku mengecup bibirnya saat itu. Menekan sebagian wajahnya ke pintu. Namun lekas pula aku melepasnya.
Selesai kecupan tadi. Niar lantas menahan malu lalu berlalu meninggalkan ruang istirahat ini.
Agh! Iya. Kami masih di IGD.
Lekas pula aku keluar dari ruangan ini. Setelah ku jinakkan ia tadi sempat terjaga. Oleh karena sejenak menggoda istri ku.
Lalu tiba-tiba, ku dengar beberapa perawat bercakap-cakap. Yang membuatku begitu tertarik untuk mendengar. Juga membuat ku tak berkutik.
"Egh, cctv di ruang istirahat itu sudah aktif ya?"
"Iya! Kemarin sore anak teknisi baru memasang cctv nya. Sepertinya juga langsung di aktifkan"