Chapter 10 - TERPAKSA MENGGODA

Fengying pun sudah selesai berganti pakaian dan siap pergi ke perusahaan JI CORP.

"Jangan lupa obatnya, Tuan tak bisa melupakan bahkan sehari saja obat itu," ujar Jiming sambil menyodorkan obat dan juga air pada Fengying.

"Thanks. Kau, kenapa selalu saja tak pernah mendengarkan apa yang aku katakan, aku sudah bilang jangan panggil Tuan saat hanya ada kita berdua. Apakah aku juga Boss mu di luar perusahaan?" Fengying menatap Jiming tajam.

"Tidak, tapi aku selalu saja lupa. Mungkin karena sudah kebiasaan." Jiming tersenyum dengan senyuman kerja samanya.

"Cih, dasar. Hahaha, ya sudah, ayo kita pergi. Sekarang aku punya mainan baru yang siap mematuhi semua yang aku katakan, aku rasa itu adalah hal yang menyenangkan," ujarnya sambil tersenyum.

Saat dia mengatakan bahwa dia ada mainan baru, saat itu juga Jiming sudah tahu bahwa dia pasti akan membawa Sekretaris yang kemarin itu.

Jiming pun menatap Fengying. "Aku sudah tahu, dia pasti akan tertarik dengan wanita itu. Vibenya memeng mirip dengan wanita gendut di SMA itu," pikirnya.

"Baiklah, kalau begitu ayo kita pergi. Aku tak sabar ingin melihat bagaimana reaksi Nenek sihir itu saat aku sudah mendapatkan salah satu anak buahnya." Fengying menyermik sekali lagi.

Akhirnya, mereka pun pergi ke kantor.

***

Sesampainya di depan kantor, bisa dilihat dengan jelas Annchi yang sudah berdiri di depan pintu utama perusahaan itu, tengah menunggu Fengying.

Brak!

Sekretaris Bai membukakan pintu mobil yang sedang dinaiki Fenying.

"Selamat pagi, Tuan Ji," ucap semua karyawan yang ada di sana.

Fengying menyermik dengan tatapan yang sama sekali tak dilepaskan dari Ancchi yang kala itu tampil dengan sangat menawan.

"Lihat saja matanya, aku sudah tahu bahwa semua yang aku pelajari di Paris sama sekali tak ada yang- huh?" Annchi sangat terkejut saat itu, karena Fengying yang seharusnya sedang berada di depan pintu mobil itu, malah sudah berada tepat di depan matanya.

"Lima menit lagi, datang ke ruanganku. Aku tak menerima kalau sampai kau terlambat!" bisiknya pada telinga Annchi dengan suara yang terdengar sangat seksual.

"A-apa?" Annchi menutup telinganya yang memerah kala itu dengan kedua tangannya.

"Jawab!"

Annchi menggertakkan giginya dengan mulut yang tertutup rapat. "Baik, Tuan Ji!"

"Haha, sangat manis. Bagus!" Fengying pun berjalan masuk ke dalam ruangannya, sambil tersenyum.

"Tuan, kenapa anda berbisik pada Sekretaris Annchi seperti itu?" tanya Jiming, sambil terus berjalan di belakang Fengying.

Pria yang sedang menggunakan jas biru tua itu pun menyermik. "Kau tak akan pernah tahu siapa yang akan menjadi musuh dan juga teman, semua yang ada di dalam perusahaan ini adalah pembohong, termasuk wanita itu. Saat aku mendekatinya tadi, pasti setelah itu, akan banyak lebah yang datang untuk mendapatkan madu darinya. Cih!"

Saat Fengying sudah sempurna masuk ke dalam perusahaan, seperti yang Fengying katakan, banyak sekali karyawan lainnya yang datang dan mendekati Annchi.

"Apakah kau dekat dengan Tuan Ji?"

"Um, itu ..."

"Hei, apakah kau ..."

"Anu ..."

"Hei, apakah kau ..."

"Aku ... Tidak ... Itu aku ..."

Semua pertanyaan yang datang bertubi-tubi itu, membuat kepala Annchi seperti mau pecah.

"TUNGGU DULU!" teriak Annchi sambil melihat jam tangannya. "Maafkan saya, tapi sekarang saya harus pergi ke ruangan Tuan Ji. Permisi." Annchi pun langsung melarikan diri dari sana.

***

"Huh, huh, huh, huh. Gila, kenapa mereka semua sangat terobsesi dengan psikopat mesum itu? Aku sama sekali tak tahu apa yang ada di dalam pikiran mereka. Cih." Annchi yang kala itu sudah berlari sampai ke depan pintu ruangan Fengying, kemudian melihat jam tangannya. "Sial, aku sudah terlambat tujuh menit. Si iblis itu pasti akan banyak mulut. Huuf~ siap, masuk ke dalam." Annchi pun merapikan pita yang ada di bajunya itu kemudian masuk ke dalam ruangan Fengying.

Tok. Tok.

Krieet!

"Selamat pagi, Tuan. Maaf saya-"

Fengying langsung bangun dari kursi yang sedang dia duduki kala itu. "Kau terlambat tujuh menit, delapan detik." Pria yang sudah melepaskan jasnya di atas kursi itu kemudian mendekat pada Annchi sambil tersenyum bak iblis. "Apa yang akan kau lakukan sebagi gantinya? Kau sudah membuatku menunggu. Kau membuang waktuku."

"Cih, padahal hanya tujuh menit. Apakah dia adalah orang yang perfectionist? Sial, aku benar-benar sial hari Ini." Annchi menunduk sambil bergumam.

"Hei ... Apa yang sedang kau pikirkan? Sekarang juga katakan padaku, apa yang bisa kau lakukan sebagai pengganti waktuku yang sudah hilang ini?" Pria itu kembali ke mejanya dan duduk di atasnya sambil memeriksa apakah ada debu di atas mejanya.

Annchi kelihatan bingung kala itu. "Sial, apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus berlutut padanya? Atau aku harus ..." Annchi pun menatap Fengying sambil menggigit bibir bawahnya sebagai tanda kesal sekaligus bingung.

"Apa? Apakah aku yang harus mengatakannya? Kau kan tahu apa yang harus kau lakukan!" Fenying mengambil berkas tentang latar belakang palsu Annchi yang ada di atas mejanya itu, kemudian membacanya.

"Sudah, kau tak punya pilihan lain lagi Annchi, sekarang juga, kau harus mendapatkan hatinya," batinnya.

Annchi pun datang ke arah Fengying yang masih dalam posisi duduk di atas mejanya itu dan menaiki pangkuannya.

"Haha, aku sangat suka wanita yang pintar." Fengying tersenyum. "Setelah itu, kau akan melakukan apa?"

Annchi ragu-ragu kala itu. Dia ingin melakukan apa yang sudah dia pelajari untuk menggoda pria seperti Fengying itu, tapi, harga dirinya seperti melarangnya melakukan hal seperti itu. Dia pun hanya menunduk dengan wajah yang mulai mengeluarkan keringat dingin.

"Kenapa kau diam saja. Apakah aku harus ajarkan apa yang seharusnya kau lakukan?" tanyanya sekali lagi.

"Cih, aku tak punya pilihan lain lagi." Annchi pun menatap tajam tepat pada mata Fengying yang terlihat berkilau di matanya itu, "sial, kenapa dia tetap saja tampam seperti di SMA? Sadarkan dirimu Annchi, dia adalah iblis pembohong yang sudah membuat kau meninggal dunia." Annchi pun kembali pada kenyataan dan menghempaskan khayalannya itu. Dengan kedua tangannya, dia pun menarik dasi Fengying hingga tubuh Fengying berada tepat di depannya dan bibir mereka hanya berjarak hembusan nafas.

Fengying tersenyum simpul. "Hmm, ini mulai terasa menarik," batinnya.

Annchi pun semakin mendekat pada bibir Fengying, saat bibir mereka hampir saja bersentuhan, tiba-tiba Nyonya Ji datang ke ruangan Fengying tanpa membuat janji terlebih dahulu.

Brak!

Saat Annchi sadar ada yang membuka pintu ruangan itu saat mereka sedang melakukan hal itu, Annchi langsung mendorong Fengying sampai mereka berdua sama-sama jatuh dari atas meja itu.

"Kau ...!!!"

"Apa yang sedang kalian lakukan?"