Chapter 14 - MAKAN SIANG

Deg!

Deg!

Deg!

Jantung Annchi sama sekali tak bisa berhenti berdebar kala itu. Dia sangat takut kalau sampai Fengying menyadari bahwa dia itu adalah Annch-mantan pacarnya itu.

Fengying pun semakin mendekat pada Annchi. "Aku akan lihat apakah semua yang aku lihat ini hanyalah ilusi atau jangan-jangan wanita ini benar-benar adalah dia?" Fengying bertanya dalam hatinya.

Dia adalah salah satu pria yang sama sekali tak percaya dengan kebetulan, tapi dia juga tak percaya dengan takdir. Semua yang ada di dalam dunia ini, tak ada satupun yang bisa dia percayai.

Mungkin, Bai Jiming-sahabatnya itu adalah satu-satunya yang bisa dia percaya dengan baik.

"Tuan? Tuan? TU-AN!!!" panggil Annchi dengan suara yang lantang di akhir, langsung membuat Fengying terperanjat.

"Apa yang sedang kau lakukan? Apakah kau mau membuatku tuli, hah?" Fengying menutup telingannya rapat-rapat.

"Maafkan saya, Tuan. tapi, kenapa Tuan sama sekali tak mendengarkan saya? Apakah Tuan pikir saya ini adalah-" baru saja Annchi mau mengomel padanya, dia langsung mendorong Annchi menjauh dari pangkuannya.

"Pergi sana! Kau berat!"

"A-a-apa?" Annchi memerah malu, dia yang kala itu terjatuh langsung bangun dan mengebas rok bagian bokongnya dengan kesal. "Saya ini sama sekali tak berat. Say sudah diet sampai turun seratus dua puluh kilo- hmmp!" Annchi yang kala itu tak sengaja membongkar rahasianya pada Fengying, seketika langsung memutup mulutnya.

"Apa yang kau katakan?" kala itu Fengying tak terlalu mendengarkan apa yang dikatakan oleh Annchi.

"Hahaha, Bu-bukan apa-apa. Kalau begitu, aku akan kembali bekerja. Sebentar lagi akan ada meeting penting. Kalau begitu aku permisi dulu, Tuan muda," kata Annchi yang langsung berlari segesit tikus yang sedang dikejar kucing, menjauh dari Fengying yang bias itu.

"Astaga, larinya cepat sekali. Aku bahkan tak bisa percaya dengan apa yang aku lihat ini. Dia pasti sudah gila." Fengying pun tersenyum tipis. Itu adalah waktu pertamanya tersenyum seperti itu sendirian. Padahal selama ini, tak pernah ada yang bisa membuat dia tersenyum.

Dia juga tak ada hal apapun yang pantas untuk membuatnya merasa senang sampai ke titik tersenyum sendiri.

Fengying pun membuyarkan pikirannya kala itu kemudian kembali pada kenyataan. "Sudahlah, jangan pikirkan hal bodoh seperti itu, lag!"

Dia pun kembali bekerja saat itu.

***

Waktu makan siang.

Sekarang adalah waktu makan siang.

Annchi yang selalu diet dan hanya makan salad saat sarapan di pagi hari tadi, mulai merasa lapar.

"Hei, apakah kau mau makan?" tanya salah seorang dari karyawan yang ada di sana.

"Iya, ayo kita pergi makan bersama," ajaknya salah satu dari mereka.

"Aa?, itu ... Aku ..." Annchi sangat sulit menolak orang yang mengajak dia makan, tapi kalau dia memaka makanan yang enak-enak bahkan sekali saja, maka berat badan yang sudah dia turunkan selama tujuh tahun itu, pasti akan kembali. "Aduh, bagaimana ini. Aku tak bisa menolak tapi aku juga tak bisa ikut, bagaimana, yah?" Annchi yang tengah kebingungan kala itu, tak lama didatangi oleh manager yang tadi membantunya mendapatkan kotak P3K.

"Halo, selamat siang semua," sapanya pada semua yang ada di sana.

Saat dia datang, mereka semua yang ada di sana langsung tersenyum dengan manis. Seperti orang yang melihat makanan terbaik atau melihat sesuatu yang sangat mereka sukai.

"Ada apa ini? Apakah mereka suka dengan Manager ini? Haha," pikir Annchi dalam hatinya sambil tersenyum sendiri.

Tak lama kemudian, Manager itu pun melihat ke arah Annchi. "Annchi, apakah kau mau makan siang denganku?" tawarnya.

"Aku?" Annchi merasa tak enak pada karyawan wanita yang tadi sudah menawarkannya untuk makan siang bersama terlebih dahulu. "Ah, begini saja, kita makam siang bersama semua, bagaimana?" Tawar Annchi dengan polosnya.

"Hah?" Si manager itu terpaksa tersenyum. Itu benar-benar bisa dirasakan oleh karyawan yang lainnya.

"Astaga, apa yang dia katakan? Apakah dia sama sekali tak tahu bahwa Pak manager sama sekali tak ada niatan untuk mengajar kita berdua," bisiknya pada temannya.

"Kalau begitu, kita pergi saja. Nanti suasananya jadi aneh kalau kita ikut," balasnya berbisik pada temannya juga kala itu.

"Ah, begini saja. Aku dan temanku ini akan pergi. Jadi Pak manager dan juga Annchi pergi saja makan berdua, yah! Permisi." Mereka berdua pun langsung pergi dari sana dengan gesitnya.

"Hei, kemana kalian pergi-" batu saja Annchi mau menghentikan mereka berdua, tapi mereka berlari dengan sangat cepat kala itu. Sampai teriakan Annchi pasti sudah tak mereka dengar lagi. "Yaah, mereka sudah pergi."

"Jadi, bagaimana? Kita pergi?" Pria itu tersenyum sambil melihat ke arah pintu keluar.

"Apa, bagaiman yah? Apakah kita benar-benar harus pergi?" Annchi yang kala itu sangat tak merasa enak, terus melirik ke kiri dan kanan. Padahal saat itu dia ingin melihat apa yang sedang dilakukan oleh Fengying saat istirahat makan siang. "Dengan tangannya yang seperti itu, apakah dia bisa makan sendiri?" tanya Annchi dalam hati.

"Apakah kau tak mau? Kalau begitu, aku juga tak bisa apa-apa lagi," kata si manager dengan nada yang terdengar sedih dan juga kasihan.

Annchi yang merasa kasihan itu, akhirnya mengiayakan ajakannya dengan terpaksa.

"Baikalh, kalau begitu." Annchi pun mengambil tasnya dan pergi bersama dengan manager itu.

"Baiklah, ayo kita pergi ke tempat yang makanannya sangat enak," kata si manager sambil tersenyum.

"Ahaha, iya, ke mana saja boleh," balas Annchi sambil memaksakan senyuman di wajahnya.

Pada saat yang sama, Fengying baru saja menyelesaikan sebuah berkas dan memcari dimana Annchi berada.

Dia keluar dari ruangannya yang langsung tersambung dengan ruangan Sekretaris priabadinya.

Krieet!

"Annchi, kau bisa selesaikan in-" dia sama sekali tak melihat Annchi. Kursinya kosong. "Dimana wanita itu?"

Salah satu karyawan yang melihat Annchi pergi dengan Manager itu, langsung datang menghampiri Fengying.

"Tuan Ji, Apakah Tuan mencari Sekretaris Annchi?"

"Iya, dimana dia? Apakah dia sedang istirahat makan siang?"

"Iya, Tuan. Dia pergi dengan Manager Jianying."

"Jianying?" Fengying mengerutkan dahinya kesal. "Baiklah kalau begitu. Saya akan menunggunya disini saja," balas Fengying sambil duduk di atas meja Annchi.

"Kalau begitu, saya permisi Tuan Ji." Si karyawan itu pun pergi.

"Apa yang sedang dia lakukan?" Fengying menggertakkan giginya kesal.

***

Dia menunggu dan terus menunggu di sana, sampai satu jam kemudian, saat jam masuk kantor sudah berbunyi, barulah saat itu Annchi kembali ke tempatnya.

"Hadeeh. Aku sangat kekenyangan. Pulang nanti aku harus pergi ke gym, kalau tidak aku pasti akan mati," gumam Annchi sambil menangis dalam hatinya.

"Kau sudah kembali?" tanya Fengying dengan kesal.

"Tuan Ji? Ada apa?"