Wajahnya berubah menjadi merah padam. Dia sangat kesal sampai urat-urat yang ada di kepalanya itu, tercetak jelas.
Ingin rasanya dia membunuh pria yang sudah menyentuh Annchi dengan tangan kotornya itu.
Bak!
Buk!
Bak!
Tendangan demi tendangan, Fengying berikan sampai pria tua yang sudah terbaring tak berdaya di bawahnya, meringkuk kesakitan.
"Maafkan saya, maafkan saya! Tolong ampuni saya!" Hanya kata-kata maaf sambil berusaha melindungi kepala dengan tangannya yang juga sudah terluka, yang bisa dilakukan oleh Pak tua yang sudah berani menyentuh wanita yang berada di bawah naungan Fengying itu.
Masih dalam keadaan yang pusing karena obat bius dan juga dipukul tadi, Annchi pun berusaha bangkit dan menenangkan Fengying yang sama sekali tak terlihat puas, saat Pak tua gendut itu sudah hampir sekarat.
"Tuan muda, hentikan," kata Annchi sambil memeluk tubuh Fengying dari belakang. Namun, pria yang sudah seperti kerasukan setan itu, sama sekali tak mau berhenti. Annchi-wanita yang sedang menahan rasa sakit kepalanya itu, terus saja berusaha sadar, walaupun kepalanya sangat sakit kala itu.
Dia pun kembali mencoba menahan pria yang seperti kehilangan akal sehatnya itu. "Tuan muda! Dia bisa mati!" Fengying sama sekali tak bergerak, sama seperti sebelumnya. Hingga pada akhirnya, Annchi memanggil namanya. "Fengying, HENTIKAAAAAN!" teriaknya dengan suara yang menggema, sehingga tangan Fengying yang kala itu sudah hampir memukul Pak tua itu sampai pelipisnya pecah, sontak menghentikan kegiatannya.
"Huh, huh, huh."
"Ya, begitu. Aku mohon, jangan pukul lagi! Hiks, hiks, dia bisa mati kalau kau pukul terus! Hiks, hiks." Air mata dari wanita yang kala itu sedang memeluk erat pinggang Fengying, sama sekali tak bisa dia bendung lagi. Dia sangat ketakutan dengan sikap Fengying yang sudah diluar kendali ini.
Fengying bisa merasakan aliran air hangat dan juga deru nafas Annchi yang sedang menempelkan kepalanya pada punggungnya itu.
Dengan perasaan yang agak tenang, dia pun berbalik dan melihat wajah wanita yang sedang menangis ketakutan itu. "Annchi, hey, kenapa kau menangis? Apakah kau takut? Katakan padaku, apakah dia sudah menyentuhmu? Katakan padaku, aku akan membunuhnya sekarang ju-"
Annchi pun langsung memeluk tubuh Fengying dengan erat, sehingga membuat Fengying pun berhenti berbicara dengan matanya yang membulat sempurna, memandang lurus pada wajah Annchi. "Aku tak apa-apa. Hiks, hiks, aku sama sekali tak apa-apa. Kau ... Kau hampir saja membuat orang mati Fengying. Kau membuatku takut, hiks, hiks." Deraian air mata Annchi, terus saja mengalir dengan derasnya saat itu.
Fengying bisa merasakan bahwa, tubuh wanita yang sedang memeluk tubuhnya dengan erat itu, bergetar hebat, ketakutan. Hal itu membuat Fengying semakin kesal. Dia ingin melanjutkan mematahkan tangan dan juga kaki pria yang sudah menyentuh Annchi itu, akan tetapi, saat itu, dia tak bisa tak menyetujui apa yang wanita di depannya itu katakan.
Seakan saat itu, dia sudah terhipnotis oleh perasaan aneh. Perasaan yang sangat kental, perasaan yang membuatnya sama sekali tak menginginkan wanita itu, bersama orang lain. Bahkan kalau bisa, dia ingin mengurung Annchi di suatu tempat, yang sama sekali tak ada orang yang bisa memandangi wajahnya.
Dia sangat tak suka, saat ada pria lain yang datang padanya, bahkan berbicara dengan Annchi saja, dia rasanya ingin menelan orang itu utuh-utuh.
***
Beberapa saat kemudian, mereka berdua masih dalam posisi yang sama. Annchi masih memeluk tubuh Fengying, dia sangat takut kalau sampai dia melepaskan Fengying, maka pria itu akan kembali memukul pria yang sudah sekarat di bawah sana sampai dia mati saat itu juga.
Sambil menarik ingusnya, Annchi pun mulai sadar apa yang sudah dia lakukan saat itu. "Kurang ajar, kenapa aku memeluk pria ini seperti koala? Oh, aku sangat malu." Annchi-wanita yang sudah sadar apa yang dia lakukan saat itu, hanya bisa menutup matanya seerat-eratnya. Ingin rasanya dia tenggelam dalam danau yang dalam agar dia bisa menghindari Fengying.
Pada saat yang sama, dia bisa merasakan tangan Fengying yang mengusap lembut bahunya sedari tadi. "Annchi, apakah ... Kau sudah tenang?" tanya Fengying sambil sedikit mengintip pada wanita yang sedang dia peluk kala itu.
Annchi pun menguatkan dirinya dan menebalkan kulitnya dalam rasa malu yang tak tertahankan itu.
Sambil sedikit mendongakkan kepalanya ke atas, wanita itu pun tersenyum tipis dalam keterpaksaan. "A-aku sudah tak apa-" belum sempat Annchi selesai bicara kala itu, Fengying sudah menggendongnya ala bridal style, hal itu sontak membuat Annchi menjerit dalam keterkejutan. "Aaa!" Matanya sama sekali tak bisa percaya apa yang sedang terjadi saat itu.
"Kau sudah bisa berbicara, sekarang waktunya kita pulang. Aku akan megajarkan padamu, apa itu artinya pertahanan diri. Kau adalah wanita bodoh yang sama sekali tak tahu bedanya daging baru dan daging busuk," gerutunya, dalam ceramah panjang yang dia ucapkan tanpa henti.
Annchi pun hanya bisa menatap pria yang sedang marah-marah dan mengajarkan padanya cara untuk mempertahankan dirinya itu.
Tak sampai disana saja, ceramahnya pun berlanjut saat dia sudah hampir meninggalkan tempat itu, namun pada saat yang sama dia langsung membalikkan badannya kepada pria tua gendut yang baru saja bangkit dan berusaha duduk sambil memegang wajahnya yang memar dan juga berdarah-darah itu.
Saat melihat pria muda yang datang ke arahnya, setelah dia memukul habis dirinya saat itu, pria itu refleks menutup wajahnya dengan tangannya.
"Jadi, aku akan katakan sekali lagi. Kau sudah melakukan hal yang salah dengan menyentuh wanita ini. Katakan pada pria yang sudah membawa wanita ini datang ke sini. Bahwa aku pasti akan membuat perhitungan dengannya, nanti. CAMKAN ITU!"
Dengan suara yang bergetar, pria tua itu pun mnejawab apa yang Fengying perintahkan dengan hormat. "Ma-maaafkan saya Tuan muda. Sa-saya sama sekali ti-tidak tahu bahwa Nona ini a-adalah milik Tuan muda. Ka-kalau saya tahu, maka sa-saya tak akan pernah ber-ani menyentuhnya," jawabnya dengan terbata-bata. Dalam hati pria yang sedang memohon ampunan pada Fengying itu, dia sangat sial bisa menyentuh wanita dari Tuan muda pewaris utama dari keluarga Ji.
Dia bisa selamat seperti itu saja, sudah merupakan keajaiban. Karena biasanya Fengying sama sekali tak pernah memaafkan siapa saja yang sudah mencoba mengambil apapun yang menjadi miliknya.
"Baguslah kalau sekarang kau sudah paham. Aku akan melepaskan kau saat ini, tapi kalau kau sampai muncul kembali di hadapanku, maka saat itu kau akan ...." Fengying menunjukkan gaya ala hewan yang mati terpenggal lehernya. Saat itu, pria yang sedang menunduk sambil terus gemetaran itu, hanya bisa menelan ludahnya ketakutan.
Setelah itu, Fengying pun langsung pergi dari sana sambil membawa wanitanya-Annchi, dalam dekapannya.
Annchi hanya bisa menggelengkan kepalanya, sambil terus berpikir. "Oh god, aku pasti sudah gila ingin membalas dendam pada iblis tampan ini."