Fenying yang kala itu baru saja mau bersatu dengan wanita yang ada di depannya itu, langsung bangkit dari atas kasur kemudian berjalan ke arah pintu.
Terlihat wanita yang masih ada di atas kasur itu pun bangkit dan duduk karena mendengar suara gedoran pintu juga saat itu.
"Fengying..." Dia melihat Fengying yang pergi dengan kesal. "Selalu saja."
Sementara itu, Fengying sudah sampai di depan pintu dan membukanya dengan kasar.
Brak!
"Apa yang kau-" dia tak bisa melanjutkan apa yang kala itu ingin dia katakan lagi saat matanya melihat sosok wanita yang serang berpakaian olahraga di depannya itu.
"Hai, hehe." Annchi mengangkat tangannya dengan ragu, sambil tersenyum tipis penuh rasa gugup. Dalam hatinya, dia seperti tak mau hidup lagi karena malu.
Fengying menatapnya tajam, "untuk apa kau ada di sini?" tanya Fengying sambil bersandar pada pintu yang kala itu telah terbuka setengahnya, sehingga Annchi bisa melihat sosok wanita tanpa busana yang kala itu tengah menyembunyikan separuh badannya dibalik selimut itu.
"Aku, aku, itu, aku mau. Um, ituu...hehe, itu." Annchi memainkan jarinya bagai anak kecil yang tak bisa apa-apa saat ketahuan tertangkap mencuri permen oleh Mamanya.
Fengying pun tersenyum penuh maksud. "Apa kau datang ke sini karena permintaanku tadi?" Fengying mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Annchi sambil tersenyum bagaikan iblis jahat yang baru saja menemukan mainan baru.
"Apa!?"
"Jadi...bukan?" Fenying mengerutkan dahinya.
"Um, itu..." Annchi nampak menjeda perkataannya kala itu. Entah apa lagi yang harus dia lakukan? Bagaimana caranya agar dia bisa mengatakan hal itu pada Fengying tanpa rasa malu. "Cih, aku harus bagaimana?" gumam Annchi sambil melihat ke arah lain.
"Baiklah kalau begitu, sekarang juga, kalau kau bisa mengusir wanita yang ada di sana, maka kau boleh tidur denganku," tawar Fengying sambil berbisik dengan mesum di telinga Annchi.
"Apa!?" Annchi pun menutup telinganya yang terasa geli itu sambil memelototkan matanya pada Fengying.
"Aku bisa pastikan, wanita ini masih perawan. Biarkan aku bermain dengannya sebentar," pikir Fengying dalam hatinya.
Annchi pun tak punya pilihan lain. Dia sudah datang ke sana, tentu saja dia sudah siap dengan segala macam hal yang akan menimpanya itu.
Fengying melipat tangannya sambil mengisyaratkan padanya agar cepat lakukan apa yang dia inginkan itu.
Annchi pun menggenggam tangannya dengan erat, dia membuang rasa malunya itu jauh-jauh dan langsung melangkah maju ke wanita yang ada di atas kasur itu bagaikan istri yang menangkap selingkuhan suaminya di atas kasur.
Wanita yang kala itu ada di atas kasur, sangat terkejut saat dia melihat wajah Annchi yang menatap dirinya dengan tajam.
"Ada apa ini? Kenapa ada wanita lain di sini, Fengying?" tanya wanita itu dengan perasaan kesal.
Annchi pun melihat ke arah Fengying yang masih berdiri sambil melipat tangannya di depan pintu masuk hotel itu.
"Hei, kau jangan ganggu pria itu," kata Annchi dengan nada yang biasa saja, bahkan wanita yang ada di depannya itu tak bisa mendengarnya dengan baik.
"Apa yang kau katakan?" Wanita itu tersenyum seolah mengolok Annchi kala itu.
"Aku bilang...JANGAN GANGGU PRIA ITU KARENA DIA ADALAH KEKASIHKU!" Annchi berteriak sekuat tenaganya kala itu sampai membuat Fengying yang ada di belakangnya tak bisa menahan tawanya lagi.
"Pfft, hahahahaha."
Annchi pun langsung berbalik menatap Fengying yang kala itu tengah tertawa. "Kurang ajar kau, Fengying. Apakah kau sedang mempermainkan aku? Kau lihat saja, aku sudah berjanji akan menjatuhkan dirimu suatu saat nanti," batin Annchi.
Dia pun berbalik lagi pada wanita yang ada di depannya itu, "jadi-"
Plak!
Satu tamparan, Annchi terima kala itu. Dia memegang pipinya yang kala itu baru saja ditampar sambil tersenyum. "Apa yang kau lakukan? Makan ini!"
Plak. Plak!
Dua tamparan sudah Annchi balas pada wanita yang ada di depannya itu. "Jangan pernah kau berani menaikkan tangan kotormu itu padaku. Kau tahu siapa aku, hah!?"
"Hah? Siapa kau?"
Tiba-tiba Annchi pun teringat bahwa kala itu dia sedang berada dalam proses penyamaran, tentu saja dia tak bisa mengatakan bahwa dia itu adalah putri tunggal keluarga Liu. Kalau sampai Fengying tahu, maka tamatlah sudah semua kerja keras yang dia lakukan itu.
"Aku? Aku...tentu saja..." Annchi melihat ke arah Fengying yang kala itu masih saja ada di depan pintu sambil memperhatikan semua yang terjadi dengan tawa di wajahnya.
"Aku bukan siapa-siapa. Pokoknya kau juga bukan siapa-siapa. Memangnya siapa kau?"
Wanita itu langsung mengatakan kartu AS-nya.
"Aku adalah anak dari manager di perusahaan keluarga Liu."
"Hah? Apa? Hahah, kalau hanya-"
Tiba-tiba saja, Fengying langsung melangkah masuk saat dia mendengar nama keluarga Liu disebutkan.
Dengan wajah yang sangat kesal kala itu, dia pun menarik wnaita yang ada di atas kasur itu turun dan mengatakan padanya agar cepat pergi dari situ.
"Sekarang juga, kita sudah tak menjadi sex partner lagi. Kau pergi dari sini!" seru Fengying yang mantapnya dengan tatapan dingin.
Wanita yang baru saja dilempar Fengying ke lantai itu, benar-benar tak bisa berkata-kata lagi. Dia pun menangis sambil memohon pada Fengying untuk memberikan dia kesempatan sekali lagi.
"Fengying, tolong berikan aku kesempatan sekali lagi. Apakah kau tak bisa menerimaku? Apa salahku sebenarnya?" tanya wanita itu sambil memohon di kaki Fengying.
"Kau sudah melakukan satu kesalahan fatal yang amat aku benci. Sebaiknya, sekarang juga kau pergi dari sini! CEPAT!" teriak Fengying dengan kasar. Bahkan Annchi yang kala itu ada di samping dirinya merasa takut dan terintimidasi.
"Oh astaga, dia sedang marah. Aku tak pernah melihat wajahnya seperti ini. Padahal dia dulu sangat jarang marah." Annchi hanya bisa menutup mulutnya sambil melihat perlakuan kasar Fengying pada wanita yang ada di depannya itu. Padahal, baru saja mereka bersama di atas kasur, tapi sekarang mereka bagaikan orang asing. Hal itu membuat Annchi menelan ludahnya ketakutan.
Kembali pada Fengying yang masih dalam posisi memelototkan matanya itu pada wanita yang bahkan belum memakai baju itu.
"Tu...maksudku, Fengying, tolong hentikan! Dia bisa terluka. Berikan dia pakaian!"
Mendengar apa yang dikatakan oleh Annchi kala itu membuat Fengying berbalik pada Annchi dan tersenyum. "Kau khawatir dengan dia? Itu bukan cara seorang kekasih yang menangkap kekasihnya tengah bercinta dengan wanita lain. Kau harus menariknya bahkan kau harus membuat dia menangis saat itu juga," jelas Fengying sambil tersenyum jahat seakan dia tak salah.
Wanita yang ada di sana kala itu langsung bangun dan melemparkan tamparan pada Fengying dengan keras.
"Kau pria brengsek! Mati saja kau!" Setelah mengatakan itu, dia pun pergi dari kamar itu as ambil memakai jaketnya.
"Hahaha, kalau aku bisa mati, maka aku akan memilih itu. Sialnya, aku bahkan tak bisa mati dengan tenang," gumam Fengying sambil melemparkan tubuhnya di atas kasur.