Chapter 5 - TAWARKAN TUBUHMU!

Annchi benar-benar sudah tak paham lagi dengan perlakuan Fengying ini. Dia terlihat seperti pria depresi. Sangat jauh berbeda dengan dirinya yang dulu.

Dulu, dia itu adalah pria yang punya berjuta mimpi dan harapan, pria baik yang amat menjunjung tinggi martabat dan juga rasa kemanusiaan. Dia pria kaya tampan yang paling sopan dan paling menghargai orang yang pernah Annchi kenal.

Tapi apa? Sekarang, dia berubah menjadi pria yang bisa dilihat dengan jelas bahwa dia penuh dengan ribuan luka yang sekarang telah menembus dadanya.

Apakah itu adalah luka lama?

Ataukah luka baru?

Siapa yang sudah menorehkan luka sedalam itu padanya?

Wajah tampan yang biasanya tersenyum dengan indah, sekarang hanya ada senyuman merendahkan yang bisa wajahnya tampilnya.

Itu semua, perlahan membuat hati kecil Annchi terluka. Di lain sisi, walaupun dia ingin Fengying turut menderita dan merasakan semua yang sudah dia rasakan itu, tapi, ada perasaan asing yang tumbuh dan menghalangi perasaan senang melihat Fengying sedih.

"Perasaan apa ini? Apakah bahkan setelah tujuh tahun, aku masih merasakan perasaan semua yang menjengkelkan ini? Tidak mungkin, aku tak bisa menerimanya, aku harus menghancurkan perasaan ini menjadi berkeping-keping. Karena, pada akhirnya, hanya aku yang akan tersakiti."

Annchi berpikir dalam-dalam, dia sudah memutuskan bahwa, sekarang ini dia tak akan pernah mau merasakan rasanya cinta. Apalagi, cinta kepada pria yang dia benci itu.

"Sadarkan dirimu, Annchi! Kau datang ke sini untuk membalaskan dendam, bukannya-" tiba-tiba saja pikiran Annchi berhenti seketika saat dia melihat sapu tangan Bai Jiming yang dibalutkan pada luka Fengying itu jatuh.

Tangan pria yang amat kekar itu, tergores dan berdarah. Rasanya sungguh sakit.

"T-Tuan, tangan tuan..." Annchi berusaha menggapai tangan Fengying yang masih dalam keadaan kesalnya kala itu.

"Apa? Sekarang kau bahkan melihat tanganku? Apakah ini yang diajarkan orang yang mengirimmu padaku? Agar bisa menarik perhatianku?" Fengying melihat ke arah Ibu tirinya sambil menyermik.

Padahal, semua itu sama sekali bukan keinginan Annchi. Dia sama sekali tak ada maksud untuk membuat Fengying merasa seperti itu.

"Hah, sudah cukup. Sekarang aku hanya mau mengatakan bahwa calon tunanganmu akan segera datang dari Paris. Kita akan mengadakan makan malam di akhir pekan bersama dengan keluarganya. Aku harap, kau tak berbuat ulah lagi seperti tahun-tahun yang lalu. Karena kalau ku berbuat ulah lagi, maka." Nyonya Ji mendekatkan mulutnya di telinga Fenying dan berbisik. "Kau tak akan mendapatkan apa-apa saat putraku mengambil alih perusahaan Ji nanti," lanjutnya sambil tersenyum.

Fengying menggertakkan giginya kesal. Ya, semua yang dia lakukan selama ini hanya untuk menjadi anak yang sempurna seperti yang Ayahnya inginkan.

Pria sempurna yang memiliki keluarga sempurna tapi hancur di dalamnya.

Fengying tak ada pilihan lain lagi. Dia harus mengikuti semua yang dikatakan Nyonya Ji, agar Ayahnya tak memandangnya rendah padanya dan juga almarhum ibunya.

"Kalau begitu, aku pulang dulu," katanya Nyonya Ji kemudian langsung berbalik dan pergi meninggalkan ruangan Fengying.

Brak!

"Sial. Dia sudah mulai lagi membawa wanita lain untuk menjadi tunanganku. Wanita licik itu."

Annchi tak tahu harus berbuat apa. Dia yang sudah mendengar semua yang dikatakan oleh Nyonya Ji perlahan menggingit bibirnya.

Dalam hati kecilnya, dia masih memikirkan kata-kata Nyonya Ji tentang calon tunangan itu.

Tak lama kemudian, Fengying pun berbalik pada Annchi yang masih terdiam di sana bagaikan patung.

"Hei, kau! Apakah kau masih mau menjadi Sekretarisku?" tanya Fengying sambil duduk di sofa yang ada di dalam ruangannya itu.

Annchi amat terkejut dengan apa yang dikatakan Fengying itu. Ternyata dia masih bisa mendapatkan kesempatan untuk membalas dendam pada Fengying. Namun, kata setelahnya yang Fengying ucapkan, membuat Annchi seperti tersambar petir.

"Jika kau masih mau menjadi Sekretarisku, maka malam ini, di Hotel Ji, kamar nomer 345, kau harus datang dan tawarkan tubuhmu!"

Sungguh, Annchi yang sama sekali tak menyangka perkataan yang amat kasar seperti itu akan keluar dari bibir sexy Fengying.

Plak!

"Kurang ajar! Apakah begini caramu memperlakukan orang? Apakah kau menganggap wanita itu sampah? Biarkan aku memberitahukan ini padamu, kau itu adalah sampah yang sesungguhnya, Tuan JI FENG-YING!" Annchi menunjuk dada Fengying sambil memelototkan matanya dengan kesal.

Fenying hanya tersenyum saat dia mendengarkan ocehan Annchi padanya itu.

"Kalau begitu, saya permisi." Annchi pun langsung pergi dari sana dengan perasaan kesal. Kala itu, dia sudah hampir menangis dibuat Fengying.

Fengying tahu bahwa semua yang dia katakan kala itu memang sangat brengsek. Tapi, tak ada kata lain lagi yang bisa dia gunakan.

"Ya, aku memanglah sampah," gumam Fengying sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Jadi, bagaimana? Apakah Tuan akan pergi ke sana?"

Fengying pun teringat sesuatu dan menatap Jiming tanpa berkata sepatah kata pun.

"Ada apa? Kenapa Tuan menatapku seperti itu?" tanya Jiming yang masih dalam posisi berdiri tegap.

"Apakah kau merasa wanita yang tadi..."

"Ya, ada apa dengan wanita yang tadi?"

Fengying hanya menatap Jiming tanpa melanjutkan pertanyaannya tadi.

"Tidak, bukan apa-apa. Baiklah, berikan aku laporan yang harus aku kerjakan."

Fengying tak sanggup menanyakan apa yang hendak dia tanyakan itu.

Lagi-lagi, dia membayangkan wanita lain sebagai Annchi. Dia pun bingung dengan dirinya sendiri.

Kapan dia bisa melupakan Annchi? Apakah hari itu akan benar-benar datang? Ataukah dia malah akan jatuh dalam bayang-bayang Annchi lebih dalam lagi?

Memikirkan semua itu membuat kepala Fengying berdenyut.

***

Sementara Fengying sedang menyelesaikan pekerjaannya itu, Annchi sudah sampai di depan rumahnya.

Dia bahkan tak pulang ke rumah terlebih dahulu hanya karena ingin cepat-cepat menjalankan rencana yang sudah dia pikirkan selama tujuh tahun itu.

Wajah Annchi terlihat sangat kesal dengan air matanya yang hampir keluar.

Brak!

"Kurang ajar, Fengying. Apakah seperti ini sikapnya selama tujuh tahun tak berjumpa? Dia menjadi pria yang makin brengsek. Sial! Dia sudah membuatku naik darah. Padahal dulu itu dia sangat tampan dan selalu berbicara dengan nada yang merdu. Tidak, tidak Annchi. Kau sama sekali tak boleh membayangkan masa lalunya itu. Dia adalah pria brengsek yang sudah mendapatkan hatimu untuk taruhan dengan teman-temannya. Kau sama sekali tak boleh ingat masa lalu lagi."

Annchi berusaha mengembalikan pikiran jernihnya kala itu. Dan tanpa dan sadari, seorang pria baru saja datang dan berada di belakangnya.

"Dor!"

"Eh kodok! Siapa yang-" Annchi pun berbalik dengan kesal sambil mengepalkan tangannya bersiap menghajar siapa saja yang ada di belakangnya itu.

"Kejutan!" Seorang pria tampan yang manis, dengan sebuket cokelat yang lezat baru saja tiba dari Paris.

"Ya ampun, Gong Fai."