Rea mengingat kembali apa yang dilihatnya dalam mimpinya. Dosen tampannya itulah yang ada di dalam alam bawah sadarnya kala itu. Memadu kasih dengannya selayaknya pasangan suami istri yang sangat mesra. Bercumbu rayu tanpa sekat sama sekali.
Mimpi itu begitu nyata.
Sampai detik ini, Rea masih belum mengerti, apa arti dari mimpinya itu. Apa hubungannya dengan dosennya tersebut? Kenapa dia bisa memimpikan Pak Allail menjadi kekasihnya, atau bahkan seperti suaminya sendiri. Rea tak bisa mencari jawabannya.
Yang jelas, dengan kepergian Pak Allail yang tanpa kabar berita itu, hati Rea sudah terlanjur kecewa.
Menganggap semua perkataan yang keluar dari mulut sang dosen hanya omong kosong belaka. Rea merasa sangat kesal dan marah.