Chapter 28 - SEKAMAR, BERDUA

Beberapa jam kemudian, akhirnya mereka berdua pun berangkat untuk perjalanan bisnis yang sama sekali tak Annchi ketahui, padahal dia adalah sekretaris pribadi Fengying. Namun, wanita manis itu sama sekali tak tahu apa yang terjadi sebenarnya.

"Pasti semua ini hanyalah alasan pria ini saja agar dia bisa membuat hidupku seperti berada dalam neraka. Aku sama sekali tak percaya pada pria plin-plan yang suka marah-marah ini. Cih, menyebalkan!"

Sepanjang perjalanan dengan mobil yang saat itu sedang Fengying kemudikan sendiri, tak henti-hentinya mata Annchi menatap tajam kearah pria yang saat itu mengemudi dengan santai seakan-akan tidak terjadi sesuatu apapun kepadanya. Bahkan saking santainya dia, pria tampan itu pun bersiul dengan indahnya.

"Cih, siulan yang sangat buruk," gumam Annchi, sambil memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil.

Fengying sebenarnya bisa mendengarkan dengan jelas apa yang telah dikatakan oleh wanita yang saat itu duduk di sampingnya. Namun, Fengying sama sekali tidak mau ambil pusing karena saat itu mood-nya sedang sangat bagus.

"Hahaha, kau, jika kau ingin bermain-main denganku, maka lihatlah nanti. Kita akan segera bermain bersama. Permainan yang sangat panas," batinnya, sambil melanjutkan siulan sambil mengendarai mobilnya itu ke tempat yang mereka tuju.

***

Tak lewat beberapa jam kemudian, akhirnya mereka pun sampai ke hotel yang telah dipersiapkan oleh perusahaan untuk mereka tinggali.

Namun, sekarang masalahnya hanya satu.

"Apa?" Annchi meninggikan suaranya dihadapan pegawai hotel, yang saat itu mengatakan bahwa tidak ada kamar lain selain sebuah kamar yang hanya memiliki satu kasur.

"Maafkan kami, Nona. Tapi, kamu hanya menjalankan prosedur yang berlaku. Kami ..." Terlihat Fengying memainkan matanya kepada salah seorang dari pegawai hotel yang saat itu sedang menjawab pertanyaan menggebu-gebu dari Annchi.

"Kenapa? Apakah benar-benar tidak ada kamar lainnya?" Tanya wanita cantik itu sekali lagi, untuk memastikan bahwa dia tidak akan melewati malam dengan pria psikopat yang ada di sampingnya itu.

Kedua pegawai hotel yang saat itu sedang berbicara kepada Annchi, saling melihat satu sama lain dengan perasaan gugup dan juga canggung.

Mereka sama sekali tidak tahu lagi harus menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Annchi dengan jawaban seperti apa.

Sebenarnya saat itu masih ada kamar, akan tetapi tentu saja dengan kekuasaan Fengying, bahkan kamar yang sama sekali tidak ada penghuninya itu, menjadi penuh.

"Pfft."

Annchi pun berbalik ke arah pria yang sedang menahan tawa di sampingnya itu.

"Kau, kau yang sudah merencanakan semua ini, bukan? Jawab!" Annchi berbisik dengan suara lirih, namun terdengar sangat jelas oleh kedua orang pegawai yang saat itu berdiri tepat dihadapannya.

"Apa? Kenapa aku? Aku sama sekali tidak melakukan apapun. Kau jangan hanya asal menuduh!" Bantah Fengying, sambil menatap ke arah wanita yang saat itu masih saja bermandikan rasa kesal, dengan wajahnya yang mulai memerah.

"Benarkah? Apakah kau sama sekali tidak bohong?" Tanya wanita itu sekali lagi kepada pria yang ada di sampingnya.

"Iya, benar! Untuk apa juga aku harus merencanakan semua skenario ini hanya untuk bermalam berdua saja denganmu? Jangan berpikir terlalu panjang dan langsung saja tidur dengan nyenyak! Ingat, besok kita ada rapat yang sangat penting!"

Fengying pun berjalan ke arah kedua pegawai hotel, kemudian langsung mengambil kunci yang ada di atas mejanya itu sambil tersenyum.

Pada saat yang sama, Annchi sama sekali tidak mempunyai pilihan lain selain mengikuti ke arah mana bos psikopatnya itu pergi.

"Tunggu saja kau, aku benar-benar akan memukul wajahmu hingga babak belur, jika kau berani macam-macam! Aku bersumpah!" Ucapan itu lagi dengan suara lirih, yang masih saja bisa didengar oleh pegawai yang berada di belakangnya saat itu.

Fengying pun mengangguk, sambil terus berjalan ke arah depan. "Iya, iya, kau tenang saja. Aku berjanji bahwa aku sama sekali tidak akan menyentuhmu," balasnya, sambil membawakan koper yang ada di tangan wanita itu secara tiba-tiba.

"Cih, dasar!"

Akhirnya mereka berdua pun memutuskan tidur di kamar yang telah dipersiapkan oleh perusahaan.

***

Krieet!

Baru saja pintu kamar yang mereka ingin tiduri itu dibuka secara perlahan, entah kenapa perasaan Annchi sama sekali tidak mendukung situasi yang sedang terjadi.

"Kenapa firasatku sama sekali tidak enak sejak tadi, yah? Apakah ini semua pertanda bahwa sesuatu akan terjadi malam ini? Aish, sebaiknya jangan banyak bicara dan langsung saja masuk ke dalam." Wanita cantik itu pun kemudian menghentikan pikiran buruknya itu, dan langsung saja masuk ke dalam kamar mengikuti langkah Fengying.

Sebuah kamar dengan satu kasur dan juga satu sofa yang berada tepat di samping tempat tidurnya.

Annchi pun memutar bola matanya, berusaha untuk mengamati apa saja yang bisa dilakukan di kamar itu.

Wanita manis itu pun kemudian menaruh tasnya di atas meja, dan langsung membanting tubuhnya di sofa.

"Hey, apa yang sedang kau lakukan di atas sana? Kenapa kau tidak tidur saja di kasur yang luas ini?" tanya Fengying, sambil melonggarkan dasi yang melingkar di lehernya, kemudian duduk di atas kasur sambil menatap ke arah wanita yang berada tepat di hadapannya itu.

"Aku? Apakah kau berharap bahwa kita berdua akan tidur bersama di atas kasur itu?" Annchi tersenyum penuh makna. "Aku, sama sekali tidak akan pernah melakukan itu dan hal itu benar-benar tidak akan pernah terjadi walaupun dunia ini kiamat," lanjutnya, sambil menyermik ria.

"Pfft, apakah yang kau katakan itu benar-benar bisa kau pertanggungjawabkan nanti?" Fengying menyermik, seakan pria itu telah merencanakan sesuatu yang segera akan terjadi malam itu juga.

"Te-tentu saja. Aku pasti akan ... Aaaaa, apa yang ka-kau lakukan? Apakah kau benar-benar sudah gila?" Wanita itu sama sekali tidak bisa melanjutkan perkataan yang ingin diucapkan lagi, saat dia melihat pria yang ada di hadapannya itu tiba-tiba saja melepaskan pakaian bagian atasnya yang menampilkan tubuh berotot indahnya itu, dengan jelas.

"Haha, apa yang kau takutkan? Tentu saja aku melepaskan pakaian saat aku mau mandi. Apakah kau pernah melihat orang yang mandi menggunakan pakaian dengan lengkap? Tidak, kan? Haha," godanya.

Annchi yang saat itu sedang menutup kedua bola matanya itu rapat-rapat dengan telapak tangannya, hanya bisa menahan malu dengan wajahnya yang memerah saat ia melihat tubuh atletis dari pria yang ada di hadapannya itu, terbuka lebar dan terpampang nyata di hadapannya.

Dia tidak pernah menyangka bahwa hal seperti itu akan terjadi padanya. Namun, tiba-tiba saja pria itu pun berjalan mendekati Annchi, dan langsung membanting tubuhnya ke atas tubuh Annchi.

"Heyyyyy! Apa yang kau lakukan?"

"Menurutmu ... Apa yang mau aku lakukan?" tanyanya kembali, sambil membelai lembut rambut Annchi, dengan senyuman nakalnya.