Dua puluh tahun kemudian di dunia fana…
Sepasang mata terbuka dan seperti yang biasa ia lakukan pertama kali bangun tidur adalah merenggangkan tubuhnya sambil menguap lebar.
"Hoaaaaammm… Sekarang jam berapa? Kenapa alarmku tidak berbunyi?" sang gadis merentangkan tangannya ke meja nakas disebelah ranjangnya untuk mengambil ponselnya, hanya menemukan udara disebelahnya.
Sang gadis menoleh kearah samping dan mengernyit bingung mengetahui tidak ada meja nakas disebelah ranjangnya dan dia… tidak mengenali tempat ini!
Dengan gerakan cepat, sang gadis duduk tegak dan merasakan sesuatu yang membelai bahunya seperti semut yang sedang berjalan diatas kulitnya.
Gadis itu menepuk bahunya untuk membunuh semut tersebut sesuai reflek orang pada umumnya, namun merasakan sesuatu yang halus dan panjang membuatnya menarik sesuatu itu ke depan.
Tangannya memegang sesuatu itu dengan mata terkejut dan bertanya-tanya.
Sejak kapan rambutnya seperti sadako?
Dia beranjak turun dari ranjangnya untuk memastikan dia tidak salah lihat. Dan ternyata benar, rambutnya yang seharusnya hanya sebahu, kini menjadi super panjang hingga menutupi bokongnya!
"Apa yang terjadi? Ini dimana? Mama?" si gadis memutuskan untuk mencari ibunya dan berjalan keluar rumah dan mulutnya terbuka lebar akan apa yang dilihatnya.
Dia berada di atas balkon dengan pemandangan hutan yang sangat indah dan udara yang sangat segar membuat suasana hatinya terasa damai dan bahagia.
Tempat apa ini? Tempat ini bagaikan surga! Atau apakah dia sedang bermimpi?
Burung-burung mulai mendatanginya satu per satu seakan hendak menyapanya membuat si gadis terpana. Secara refleks, tangannya terangkat dan membiarkan salah satu burung tersebut menghinggap pada tangannya.
[Selamat pagi, Cheryl.]
Cheryl menoleh ke belakang untuk mencari seseorang yang baru saja bicara. Dia tidak tahu orang bernama Cheryl ini, tapi dia ingin bertemu dengan orang yang memanggil nama itu agar dia bisa bertanya mengenai tempat ini.
[Apa yang kau cari?]
Suara itu lagi!
Cheryl mengerling ke segala arah dan berjalan untuk menengok ke balik pilar namun tidak menemukan siapa-siapa disana.
Siapa itu Cheryl? Dan siapa yang berbicara?
Pat! Pat! Burung yang menghinggap di tangannya mengepakkan sayapnya beberapa kali seakan protes karena Cheryl tidak memperhatikannya.
"Hai, burung kecil. Apakah kau tahu dimana aku bisa menemukan seseorang?" karena merasa frustrasi tidak ada yang bisa ditanyai, Cheryl memutuskan untuk bertanya pada burung, satu-satunya makhluk hidup yang dilihatnya saat ini.
[Aku yakin kakakmu belum bangun, tapi ibumu sudah ada didapur seperti biasa. Ayo, ikut aku.]
Si burung terbang dan masuk kedalam kamarnya, sementara Cheryl terpaku pada tempatnya hingga tak sanggup berkata-kata.
Apa dia tidak salah dengar? Suara itu… berasal dari burung tadi??
Si burung merasa heran karena Cheryl tiba-tiba menjadi patung dan memutuskan untuk terbang memutar di atas kepalanya.
[Ada apa? Apakah kau sakit? Tabib bilang kau harus banyak istirahat. Sebaiknya kau kembali tidur saja dan tunggu pelayanmu datang menjemputmu.]
Pelayan? Tabib? Apa? Sejak kapan dia punya pelayan pribadi??
"Tu… Tunggu dulu." Cheryl mengangkat kepalanya dan memandang ke arah burung tersebut dengan tatapan tak percaya. "Barusan… kau yang bicara denganku?"
Si burung menelengkan kepalanya dengan heran seakan tidak mengerti apa yang diucapkannya.
"Suara itu… suara yang mengajakku bicara… itu kau kan? Kau yang memanggilku Cheryl, kan? Apakah yang kau panggil itu memang aku?
[Memang kau] jawab si burung seraya berhenti terbang memutar dan hanya terbang berhadapan dengan Cheryl.
"HA!" Cheryl terkesiap dan mendekap mulutnya seakan apa yang dialaminya adalah kejadian yang paling mengejutkan didalam kehidupannya. "Aku benar-benar bicara dengan burung? Kau benar-benar berbicara denganku?"
Si burung terdiam dan kini mengghinggap di atas pagar balkon dan menatap Cheryl dengan tatapan tertarik.
[Kau bisa mendengar apa yang aku ucapkan?] nada suaranya terdengar antusias.
"Tentu saja. Aku bisa mendengar suaramu dalam pikiranku dan… tunggu!" Cheryl membungkukkan tubuhnya untuk mensejajarkan matanya dengan si burung. "Jadi benar kau yang bicara."
[Tentu saja. Tapi kenapa selama ini kau tidak pernah mendengar suaraku? Apakah jatuh ke jurang membuatmu memiliki talenta?]
"Jatuh ke jurang? Talenta? Apa yang kau bicarakan?"
[Kau tidak ingat kau menjatuhkan diri ke jurang?]
'APA? Untuk apa aku menjatuhkan diri ke jurang? Aku tidak ingin mati.' teriak Cheryl dalam hati.
"Nona keempat?"
Cheryl langsung berputar kearah kamarnya saat mendengar suara seseorang dibalik pintu kamarnya.
"Apakah anda sudah bangun?" terdengar suara yang sama dari balik pintu kamarnya.
[Dia pasti adalah Rina, pelayanmu.] seakan si burung bisa mengerti apa yang ingin ditanyakan Cheryl, si burung memberitahu nama orang yang berada dibalik pintu itu.
"Rina? Aku punya pelayan?" ini pasti mimpi.
Benar. Dia pasti sedang bermimpi menjadi seorang anak dari orang kaya dari kerajaan antah berantah dan kini dia memiliki kehidupan bagaikan seorang putri.
Kalau memang hanya mimpi, dia akan menikmatinya selagi bisa.
"Ngomong-ngomong, kenapa dari tadi kau memanggilku Cheryl?"
[Karena itu adalah namamu.]
"Tidak. Itu bukan namaku. Namaku adalah…" Cheryl memegangi kepalanya sambil berusaha mengingat kembali namanya. "Namaku adalah…" aneh sekali. Dia tidak bisa mengingat namanya sendiri.
"Nona keempat, apakah anda sudah bangun? Yang mulia telah datang menjenguk anda."
Yang mulia? Siapa?
[Jangan! Jangan buka pintu itu! Dia adalah orang yang kau benci!] teriak si burung sambil mengepakkan sayapnya dengan keras.
"Kenapa aku membencinya?"
[Kau sering bilang dia akan memakanmu.]
Makan? Memangnya dia adalah kudapan ringan?
Cheryl tidak mempercayainya…, yah, dia bahkan tidak percaya akan semua yang dialaminya saat ini. Sebaliknya dia merasa yakin apa yang dialaminya saat ini adalah mimpi.
Toh, kalaupun orang yang dipanggil 'Yang Mulia' ini seorang kanibal dan hendak memakannya, dia pasti akan terbangun sebelum dimakan.
Tapi… kalau memang ini adalah mimpi, kenapa terasa begitu nyata?
Cheryl memutuskan untuk keluar dari kamar ini untuk mencari tahu apa yang terjadi. Orang yang pertama kali yang ia lihat adalah seorang gadis muda yang terlihat seperti seusianya menyapanya dengan senyuman ramah.
Tidak jauh dari gadis muda itu, berdirilah seorang pria berpakaian hitam gelap dengan wajah yang tampan bagaikan dewa yunani kuno.
Rahangnya tajam menunjukkan wibawa serta otoriternya, matanya yang hitam menunjukkan sinar mata yang tegas dan penuh aura berbahaya namun menunjukkan kelembutan saat memandangnya.
Secara keseluruhan kehadiran pria itu sanggup menggetarkan sesuatu didalam dirinya yang dia tidak pernah tahu dia memilikinya.
Apakah ini adalah cinta pada pandangan pertama?
"Aku merindukanmu, istriku."
Deg!
Jantung Cheryl berdegup dengan kencang mendengar suara asing tersebut namun terrasa tidak asing di hatinya. Dan tanpa ia sadari, air mata menetes dari ujung matanya.