"Kalau begitu, maukah kau pindah ke istana mulai hari ini?"
Istana? Tentu saja aku mau! Pekik Cheryl dalam hati. Kapan lagi dia bisa tinggal di istana?
Dia sudah tidak peduli apakah situasi membingungkan ini adalah mimpi atau bukan. Kalaupun mimpi, dia tidak ingin bangun cepat-cepat. Kapan lagi dia bisa bertemu dengan seorang pria yang tampan dan ingin menikahinya? Ditambah lagi orang itu adalah seorang raja!
Mulut Cheryl telah terbuka untuk mengiyakan permintaannya, namun suara yang keras dalam kepalanya mencegahnya berbicara.
[JANGAN! Jangan ikuti dia! Dia akan memakanmu!!] burung yang tadinya bertengger dengan tenang, kini mengepakkan sayapnya sambil bercicit panik.
Selain Cheryl, sang raja dan Marion tidak bisa mendengar apa yang ingin diutarakan si burung.
'Aku akan dimakan?' rasanya memang sulit dipercaya, tapi… si burung tidak memiliki alasan untuk membohonginya, kan?
"Apakah… kau akan memakanku?" pertanyaannya yang polos terlontar dari mulutnya begitu saja membuat si burung dan Marion tersentak tak percaya.
"Cheryl, apa yang kau bicarakan?" Marion merasa panik kalau-kalau perkataan adiknya menyinggung perasaan sang raja.
Mereka sedang berhadapan dengan sang raja yang memerintah negeri ini, demi Tuhan. Terlebih lagi, Marion sering mendengar sebuah rumor kesenangan sang raja yang suka mengeksekusi orang yang menyinggungnya.
Tapi, mengingat betapa besarnya cinta sang raja kepada adiknya, dan tidak pernah melihat sisi lain yang sering didengarnya selama berinteraksi dengan adiknya, seharusnya Cheryl baik-baik saja, kan?
Sebuah tawa kecil terdengar dari arah sang raja membuat Marion menelan ludah dengan gugup.
"Aku tidak akan memakanmu, setidaknya… hingga kita resmi menjadi suami istri." jawaban sang raja yang sugestif membuat Marion membelalak dan merasa wajahnya terasa panas.
Dia tahu jawaban itu ditujukan untuk adiknya, tapi Marion yang merasa malu karena mengerti maksud tersembunyi dari sang raja. Sebaliknya, adiknya…
Cheryl malah menelengkan kepalanya dengan bingung. "Jadi kau benar-benar akan memakanku? Apakah kau… hmph!!" sebuah tangan mendekap mulutnya secara tiba-tiba, mencegahnya untuk melanjutkan kalimatnya.
"Maafkan aku, Yang Mulia. Sepertinya dia masih belum sehat. Kau tahu kemarin dia sakit demam, dan…" Marion agak kesulitan memberikan penjelasan yang masuk akal mengenai sikap adiknya yang super aneh ini.
Untungnya, sang raja membantunya dengan berkata, "Aku tahu. Karena itulah aku ada disini karena aku mengkhawatirkan calon ratuku."
Marion bernapas lega dan berbisik kepada adiknya, "Cheryl, jangan berbuat onar lagi. Ini tidak seperti kau yang biasanya."
Memangnya Cheryl yang biasanya seperti apa? Bagaimana mungkin ia mengetahuinya?
"Ingat, bersikaplah baik." tambah sang kakak sebelum menoleh ke arah sang raja naga dengan senyuman penuh hormat. "Kalau begitu, saya permisi dulu dan membiarkan kalian berbicara." untuk yang terakhir kalinya Marion melirik ke arah adik bungsunya dengan tatapan peringatan seakan mengatakan 'bersikaplah yang baik.'
Cheryl sungguh ingin bersikap baik, tapi dia bahkan tidak mengenali satupun orang yang tinggal disini. Dia bahkan tidak tahu standar bersikap baik itu seperti apa!
Pada akhirnya, Cheryl tidak peduli dan mengeluarkan paha ayam yang sedari tadi ia sembunyikan dibelakang punggungnya begitu dia tidak melihat punggung kakaknya.
"Kau keberatan jika aku melanjutkan sarapanku?"
Ada sebuah sinar bahaya yang muncul dari matanya, namun menghilang secepat datangnya. "Tentu saja."
Dengan sikap yang cuek seakan dia berhadapan dengan orang yang sederajat dengannya, Cheryl menggigit paha ayam miliknya.
"Jadi kau adalah seorang raja. Apakah itu berarti aku harus membungkuk atau semacamnya?"
"…"
Cheryl masih menunggu jawaban dari calon suaminya sambil menggigit kemballi paha ayamnya.
Si burung yang dari tadi melihat sikap yang sangat tidak sopan dari Cheryl hanya bisa menggelengkan kepalanya.
[Cheryl, apa yang kau lakukan? Apakah kau mencari mati?]
Mendengar suara didalam kepalanya membuat Cheryl menjadi seperti patung dan sadar dia benar-benar telah kurang ajar dihadapan sang raja.
"Apakah aku menyinggungmu? Apakah kau akan membunuhku?" dia tinggal di negeri yang dipimpin presiden dan belum pernah bertemu dengan presiden ataupun seorang raja.
Secara refleks, Cheryl melupakan identitas lawan bicaranya dan bersikap seenaknya saja.
Untungnya, sang raja tersenyum lembut saat menjawabnya, "Tentu saja tidak. Kau akan menjadi istriku."
Cheryl serta si burung bernapas lega mendengarnya, tanpa mereka ketahui, kedua tangan sang raja mengepal dengan erat hingga ada sebuah bayangan hitam mengumpul pada kedua tinju tangannya.
Mereka tidak tahu, saat ini sang raja menahan emosinya untuk tidak membunuh Cheryl dan melenyapkan keluarga ini detik itu juga.
Dia adalah seorang dewa yang menyamar menjadi seorang raja manusia, meskipun dia sangat membenci manusia. Tapi anak perempuan ini, tidak hanya bersikap tidak sopan terhadapnya, namun caranya melahap semua makanan itu sangat menjijikkan.
Alas, dia harus menahan diri tidak peduli seberapa besar dia ingin membunuh gadis manusia ini. Dia masih membutuhkan energi murni Cheryl, namun dia tidak bisa memakannya sekarang karena potensi energi murni tersebut belum mencapai puncaknya.
Dia baru bisa memakannya disaat gadis itu berulang tahun yang ke dua puluh satu.
Sang raja berjalan mendekatinya dan karena tubuhnya yang sangat besar dan begitu mendominasi, Cheryl melangkah mundur secara refleks.
"Kenapa kau menghindariku?"
"Kenapa kau mendekatiku?"
"Apakah ada yang salah dengan mendekati orang yang aku cintai?"
"Kau mencintaiku?"
"…" ujung bibir sang raja berkedut mendengar ini.
Ada yang aneh dengan kelakuan gadis ini. Dia tidak tahu seperti apa kebiasaan makan gadis itu dan ia tidak peduli. Tapi seharusnya reaksinya tidak seperti ini saat dia mengatakan bahwa dia mencintai gadis itu.
Seharusnya reaksinya…
'Kau mencintaiku? Kau pikir aku mempercayainya?' seharusnya nadanya terdengar sinis dan bukan terdengar bingung.
"Benar. Disaat aku melihatmu pertama kali di pasar kota, aku jatuh cinta padamu pada pandangan pertama. Itu sebabnya aku langsung kemari untuk melamarmu karena khawatir orang lain akan mendahuluiku." sang raja tidak peduli akan keanehan ini dan melanjutkan rencananya untuk mendekati 'mangsanya.'
Cheryl menurunkan tangannya yang membawa paha ayam dan menundukkan kepalanya. Ini pertama kalinya dia mendengar ungkapan cinta dari seseorang dan hatinya tidak bisa tidak merasa senang.
Cit. Cit. Cit.
Si burung yang sama berusaha berbicara dan mengepakkan sayapnya, tapi anehnya kali ini suaranya tak terdengar didalam kepala Cheryl.
Cheryl yang pandangannya kini kearah kakinya, melihat sebuah tangan yang besar menyentuh dagunya. Dia merasa dorongan yang tegas nan lembut dan kepalanya tertuntun mendangak ke atas.
Cheryl tidak tahu apa itu cinta, atau seperti apa rasanya mencintai seseorang. Tapi dia merasa ingin tenggelam kedalam sepasang mata hitam yang indah bagaikan galaxy itu.
Dia merasa terhipnotis dan tahu dirinya tidak akan sanggup berkata 'tidak' akan apapun yang diinginkan sang raja.
"Tinggallah bersamaku, istriku. Aku tidak ingin berpisah denganmu lagi."
"Aku…"
'Dengarkan aku baik-baik Cheryl,' tiba-tiba sebuah bayangan yang tak pernah ia lihat, muncul di kepalanya.
'Kau terlahir dengan energi murni tertanam didalam jiwa prodigialmu. Kau akan menemui ancaman bahaya selama seumur hidupmu karena itulah takdirmu. Aku akan memasang array di sekitar rumahmu untuk melindungimu. Jangan pernah keluar dari rumahmu, dan hindarilah anggota keluarga kerajaan Crafaren, khususnya Raja Keryth.'
"Raja Keryth?"
"Ya?"
Cheryl terkesiap saat mendengar suara diatasnya seakan sang raja menjawab panggilannya.
"Kau… kau adalah Raja Keryth?"
"Kau sudah lama mengetahui namaku. Kenapa kau bersikap seolah tidak mengenaliku?"
'Hindarilah anggota keluarga kerajaan Crafaren, khususnya Raja Keryth.'
Cheryl tidak bisa melihat orang yang memperingatkannya dengan jelas, tapi suara itu terdengar jelas didalam kepalanya.
Siapa? Siapa orang itu? Kenapa dia harus menghindari calon suaminya?
Sungguh! Sebenarnya apa yang terjadi padanya?? Bukankah ini hanyalah mimpi biasa?
Tapi… bagaimana kalau ternyata ini bukan mimpi?