Chereads / Melting The Dragon King's Heart / Chapter 5 - Bab 5 Berbicara Dengan Panda

Chapter 5 - Bab 5 Berbicara Dengan Panda

Dengan susah payah, Cheryl menghindari pendekatan Raja Keryth yang tampaknya ingin menempel seperti perangko kepadanya. Sang raja tidak mau jauh-jauh darinya sebelum mendapatkan jawaban yang ia inginkan.

Pada akhirnya… demi menjauhkan diri sementara waktu, Cheryl bersedia pindah ke istana mulai hari ini. Dia bahkan tidak protes saat melihat para pelayan ayahnya mulai mengemasi barang-barangnya.

Toh, itu semua bukan barangnya, tapi barang milik tubuh ini. Yang penting sekarang, Raja Keryth tidak lagi berada disisinya, sehingga dia bisa menenangkan diri terlebih dulu.

Cheryl berdiri di tepi kolam bunga teratai dan melihat pantulan wajahnya sendiri melalui air yang jernih bagaikan kaca.

Wajah itu… memang adalah wajahnya, tapi… rambut coklat karamel yang sangat panjang ini bukan miliknya.

Mata hazel yang dilihatnya juga bukan miliknya.

Secara keseluruhan, selain wajah dan postur tubuhnya, penampilannya yang sekarang ini bukanlah dirinya.

Cheryl berusaha memikirkan kemungkinan akan apa yang telah terjadi pada dirinya, dan satu-satunya kemungkinan yang ada dalam pikirannya adalah… dia telah bertransmigrasi ke dunia lain.

Setidaknya itulah yang ia ketahui melalui membaca novel.

Tiap novel transmigrasi selalu menceritakan tokoh utama memiliki ingatan akan pemilik tubuhnya. Lalu, kenapa ia tidak mengingat apa-apa?

Ia bahkan tidak ingat namanya sendiri di dunia asalnya!

Cheryl memegang kepalanya dengan kedua tangannya sambil memejamkan matanya. Dia mencoba menggali apapun yang ada didalam memori otaknya berharap dia bisa mengingat sesuatu mengenai dunia ini.

Sayangnya… tidak peduli seberapa keras usahanya untuk mencari ingatan pemilik tubuh ini, Cheryl tidak mendapatkan apa-apa.

Namun dia bisa mendengar suara yang berbisik didalam kepalanya. Apakah mungkin suara si burung?

Cheryl meneggakkan tubuhnya dan berputar untuk mencari sosok si burung yang ia kenal tadi pagi. Karena tidak bisa menemukannya di halaman ini, Cheryl memutuskan untuk mengikuti sumber suara tersebut.

Dia terlalu fokus untuk mencari tahu sumber suara bisikan didalam kepalanya hingga tidak menyadari dia keluar melalui pintu belakang dan berjalan terus hingga berjalan menuju ke dalam hutan.

Langkah Cheryl berhenti saat menyadari pencahayaan disekitarnya semakin berkurang. Dedaunan pohon-pohon menghambat sinar matahari sehingga lingkungan disekitarnya semakin gelap.

Cheryl tidak mengenali dunia asing ini, dan tidak berani mengeksplor lebih dalam karena dia tidak memiliki jiwa petualang. Dia memutuskan untuk kembali dan tidak memperdulikan suara itu.

Detik berikutnya, suara alunan musik terdengar dari arah belakang dan melodinya sanggup membuat Cheryl tertarik.

Dia memang tidak ingat siapa dirinya di dunia asalnya, tapi dia ingat, dia merupakan seorang pemain flute di dunia asalnya.

Tapi… kenapa suara alunan flute ini terdengar begitu sedih? Rasanya sangat menyayat hati membuat Cheryl merasa dia turut merasakan apa yang sedang dirasakan pemain suling ini.

Cheryl berjalan secara perlahan-lahan sambil memicingkan matanya karena harus membiasakan diri dengan pemandangan yang semakin gelap. Untungnya, masih ada sisa cahaya matahari yang menembus ke celah-celah kecil daun, sehingga Cheryl tidak terlalu kesulitan melihat sekitar.

Krak!

Cheryl tidak sengaja menginjak sebuah ranting dan mematahkannya membuat suara alunan musik terhenti dan Cheryl mematung pada tempatnya.

Srek! Srek!

Cheryl menelan ludah gugup saat mendengar sebuah suara gemerisik dan melihat semak-semak yang tidak jauh darinya bergerak-gerak.

Tidak lama kemudian, muncul sesuatu yang besar dan sangat tinggi seperti monster membuat lutut Cheryl lemas dan terjatuh ke belakang.

Sosok monster menakutkan itu mendekat diikuti dengan irama debaran jantungnya yang semakin cepat.

Terlalu takut akan apa yang dihadapinya, Cheryl tidak bisa menemukan tenaga untuk bangkit berlari dan melarikan diri. Dia hanya bisa memejamkan mata berharap dengan sangat apa yang dialaminya saat ini hanyalah mimpi belaka.

Dia tahu ini bukanlah mimpi karena dia bisa merasakan masakan yang enak, dan debaran jantungnya saat mendengarkan ungkapan perasaan sang raja sangat terasa nyata.

Tapi, Cheryl sungguh berharap dia sedang bermimpi dan segera kembali pulang ke dunia nyata.

Tidak peduli seberapa indahnya tempat ini, atau betapa antusiasnya dia memiliki calon suami seorang raja, Cheryl lebih suka tinggal di dunianya dan bersama dengan keluarganya yang sebenarnya.

'Kumohon, jangan bunuh aku. Aku tidak ingin mati.' Teriak Cheryl dalam pikirannya.

"Cheryl?"

Anehnya, telinganya menangkap sebuah suara yang imut seperti anak-anak sedang memanggilnya.

Cheryl memberanikan diri membuka matanya secara perlahan dan mengerjap beberapa kali saat melihat seekor panda gemuk yang besar tengah memandangnya dengan tatapan heran.

Panda ini… dia seperti pernah melihatnya di suatu tempat? Dimana ia pernah melihatnya?

Tiba-tiba dia teringat akan salah satu film kartun favoritnya di dunianya dimana ada seekor panda yang menjadi kungfu master bersama dengan para binatang lainnya.

"Pho?!" secara refleks, Cheryl menyebut nama karakter tersebut terhadap panda itu.

"Cheryl!!" seketika panda tersebut bangkit berdiri yang tubuhnya dua kali lebih besar darinya.

Cheryl kembali memejamkan matanya karena tidak berani melihat apa yang akan dilakukan panda ini. Detik berikutnya, dia merasa tubuhnya diangkat dan diputar dengan kecepatan tinggi membuatnya berteriak panik.

Mendengar suara teriakannya, sang panda segera menghentikannya dan menaruh kembali Cheryl berdiri di hadapannya. Namun lutut Cheryl terasa lemas dan tak bertenaga hingga membuatnya kembali jatuh dan terduduk di tanah.

Terlebih lagi, kepalanya terasa pusing dan perutnya kini merasa mual seakan segala isi perutnya telah diputar-putar bagaikan naik roller coaster.

"Cheryl? Apakah kau baik-baik saja?"

Cheryl mengangkat kepalanya ke atas untuk melihat binatang hitam putih yang besar itu dengan tatapan tak percaya.

Dia tahu dia bisa berkomunikasi dengan burung. Seharusnya dia tidak perlu terkejut bila dia bisa berkomunikasi dengan binatang lainnya. Tapi anehnya, kenapa dia mendengar suara panda itu di telinganya, alih-alih didalam kepalanya?

"Kau… bicara denganku?"

Si panda duduk bersila di hadapannya dan melipatkan kedua kaki depannya seperti seorang manusia yang melipat kedua tangannya didepan dadanya.

Meskipun Cheryl merasa sangat bingung dengan situasinya yang sekarang, dia tidak kuasa menahan senyuman geli melihat pose si panda yang menurutnya sangat menggemaskan.

"Aku dengar kau jatuh dari jurang, tapi detik berikutnya, aku dengar kau sakit demam dan tidak sadarkan diri di kamarmu. Apakah mungkin kau masih sakit hingga tidak mengenaliku?"

Baiklah. Sepertinya panda ini sama seperti burung tadi yang mengenalinya secara pribadi.

Cheryl masih tidak tahu apa-apa akan dunia ini dan dia tidak tahu seberapa dekatnya hubungan pandan ini dengan pemilik tubuhnya yang sebenarnya.

"Uhm… sebenarnya… aku tidak begitu mengingat apa yang terjadi. Sepertinya…" Cheryl memukul ringan sebelah kepalanya sebanyak dua kali, "Kepalaku terbentur sesuatu dan kini aku melupakan sebagian besar kehidupanku."

"…" tidak ada komentar dari sang panda selain sepasang mata hitam yang bulat menatapnya dengan penuh menyelidik. "Atau… kau bukanlah Cheryl yang kukenal."

Sepasang mata bulat Cheryl membulat mendengar ini. Darimana panda ini mengetahuinya??