Chereads / SEASON 2 TERANG DALAM GELAPKU / Chapter 18 - KEMARAHAN

Chapter 18 - KEMARAHAN

" Iya! Dia suami saya! Mas, ini temanku saat ngajar di sekolah dulu!" kata Nurul dengan senyum di bibirnya.

" Iy...iya! Sudah kenal, Umma!" kata Adi dengan wajah takut.

" O, ya? Kenal dimana? Kok...apa yang selama ini Mas Harun ceritakan itu Ustadzah Zahirah?" tebak Nurul.

" Apa? Apa maksud semua ini?" tanya Fatma yang merasa sudah dibohongi selama ini.

" Dimana Ustadz Harun sekarang?" tanya Fatma geram.

" Dia ada di..."

" Beliau sedang keluar kota! Ya, kan, Bude?" potong Adi sambil melihat ke arah Senja.

" Eh...itu...iy...iya!" jawab Senja gugup.

" Abi apa'an, sih? Orang Mas Harun ada di kantornya!" kata Nurul sebel.

Dengan cepat Fatma pergi meninggalkan mereka bertiga dan berjalan keluar restoran. Fatma masuk ke dalam mobilnya dan membatalkan pertemuan dengan pelanggannya.

Pelanggan! Cih! Apa memang mereka semua benar-benar pelangganku? batin Fatma marah.

Siapa dia berani-berani mengasihaniku? Apa dia pikir aku ini wanita lemah yang hanya bisa menerima uang dari seorang pria? batin Fatma lagi.

Fatma menginjak pedal gas dalam-dalam, dia begitu marah karena merasa Harun terlalu jauh mencampuri hidupnya. Fatma memasukkan mobilnya ke perusahaan Harun dengan sedikit kasar. Dia menghentikan mobilnya dan langsung keluar untuk menemui Harun.

" Apa Bosmu ada?" tanya Fatma dengan sejuta amarah di dadanya.

Fatma telah sampai di lantai 3 dan bertemu dengan wanita yang dia temui saat ketemu Harun hari itu.

" Bos? Ustadz Harun maksud Bu Zahirah?" tanya wanita itu.

" Iy...tunggu! Darimana kamu tahu nama saya?" tanya Fatma terkejut.

" Eh, itu, anu...Ustadz Harun ada di dalam, Bu! Silahkan masuk saja!" kata wanita itu gugup.

Fatma menatap tajam wanita berhijab itu, dia ingin sekali melanjutkan percakapan itu, tapi dia memiliki urusan yang lebih penting dengan Harun.

Fatma melangkah ke arah pintu ruangan Harun dengan cepat, dia berdiri di depan pintu dan menghela nafas panjang.

" Apa yang Ustadz lakukan?" tiba-tiba tanpa mengucap salam, Fatma membuka pintu dan langsung bertanya pada Harun.

Harun yang sedang ada tamu 2 orang wanita menjadi kaget dan melihat ke arah Fatma dengan wajah yang dihiasi senyuman. 2 orang wanita yang sedang duduk di sofa menatap Fatma dengan tatapan tidak suka.

" Apa Kak Harun hanya akan diam saja melihat ketidak sopanan dia?" tanya salah seorang wanita yang ada di situ, memecah keheningan suasana di ruangan itu.

" Kak!" panggil wanita itu lagi.

Harun yang terdiam karena merasa bahagia melihat kedatangan Fatma, tidak mendengar panggilan wanita itu.

" Berhenti mencampuri kehidupan saya! Saya tidak selemah yang Ustadz pikirkan!" ucap Fatma tegas.

Harun tahu alasan kenapa Fatma bisa marah, pasti Fatma sudah mengetahui rencananya, walau tidak seluruhnya.

" Kak! Apa Kakak hanya akan diam saja?" tanya wanita itu dengan nada suara tinggi.

" Siren! Tolong!" bentak Harun pada wanita itu.

" Kak Harun!" ucap Siren terkejut mendengar bentakan Harun yang tidak pernah dia dengarkan seumur hidupnya.

" Kalian pergi dulu, kita ketemu nanti malam saja!" ucap Harun tanpa melihat Siren.

" Tapi, Kak..."

" Jasmin! Bawa Kakakmu pergi!" kata Harun lagi.

" Tidak perlu! Biar saya yang pergi!" sahut Fatma melihat ke arah 2 wanita yang menatapnya dengan kesal.

" Tolong berhenti mencampuri hidup saya!" Fatma mengucapkan kalimat tersebut dengan penuh penekanan.

" Assalamu'alaikum!" ucap Fatma lagi lalu berjalan keluar dari ruangan Harun.

" Zahirah!" panggil Harun, tapi Fatma mengabaikan semua itu.

Sejak saat itu Zahirah benar-benar menyeleksi pelanggan-pelanggannya. Dan setelah diselidiki, 60% pelanggannya adalah orang-orang Harun. Zahirah mengepalkan tangannya mengetahui semua itu. Secara otomatis nilai penjualan barangnya menjadi turun akibat dia menolak beberapa pesanan dari semua relasi Harun. Fatma menutup wajahnya dengan kedua tangannya, dia berpikir keras bagaimana cara meningkatkan kembali penjualannya.

Drrttt..drrtttt...drrtttt...ddrrttt...Ponsel Fatma bergetar di atas meja kerjanya, tapi wanita itu mengabaikannya. Kemudian ponsel itu berhenti setelah beberapa menit berdering.

" Ustadzah!" panggil Widi pelan.

" Ya, Wid?" balas Fatma tanpa merubah posisinya.

" Ada Umi Alba diluar pengen ketemu!" ucap Widi.

" Suruh pergi saja! Aku nggak mau berurusan dengan orangnya Harun!" kata Fatma marah.

" Baik, Us!" sahut Widi lalu pergi meninggalkan Fatma.

Drrttt..drrtttt...ponsel itu kembali bergetar. Fatma meraih benda pipih itu lalu menempelkannya ke telinganya.

" Assalamu'alaikum, Fatma!" sapa orang yang menelpon.

Astaughfirullah...Ummi! batin Fatma lalu membuka kedua matanya.

" Wa'alaikumsalam, Ummi!" sahut Fatma pelan.

" Apa kamu bisa ke rumah besok?" tanya ummi Fatma.

" Apa Abi baik-baik saja?" tanya Fatma cemas.

" Alhamdulillah Abi kamu baik-baik saja!" jawab Ummi Fatma.

" Lalu ada apa, Ummi?" tanya Fatma.

" Ummi tidak bisa bicara di telpon, kalo kamu tidak sibuk, pulanglah besok!" kata Ummi Fatma.

" Baik, Ummi! Ins Yaa Allah besok Fatma akan pulang!" jawab Fatma yang masih penasaran ada masalah apa sampai orang tuanya menyuruhnya pulang.

Fatma mengajak pulang kedua anaknya dan membawa serta babysitter putranya. Kota yang ditinggali Fatma saat ini dengan kota kelahirannya berjarak 5 jam. Fatma berangkat pagi-pagi sekali agar tidak terjebak macet.

" Assalamu'alaikum!" sapa Fatma yang tiba di depan pintu rumah.

" Wa'alaikumsalam!" sahut ummi dan abi Fatma.

" Abi! Ummi!" sapa Fatma lalu mencium pipi dan punggung tangan mereka berdua.

" Apa kabar, nak?" tanya Abi yang menatap sedih putri satu-satunya itu.

" Alhamdulillah baik, Abi! Berkat do'a Abi dan Ummi!" jawab Fatma.

" Cucu Abi?" tanya Abi.

" Kakekkkkk! Nenekkkkk!" panggil Zabran yang berlari dari luar.

" Masya Allahhhhh! Jagoan Kakek!" ucap Abi Fatma memeluk Zabran.

" Assalamu'alaikum Kakek! Nenek!" sapa Zabran lalu mencium pipi dan tangan kakek dan neneknya.

" Anak soleh!" ucap Abi dan Ummi bergantian.

" Zibran! Ayo masuk!" panggil Abi Fatma yang melihat Zibran terdiam di pintu rumah.

Zibran lalu tersenyum dan berlari ke arah Abi Fatma.

" Anak soleh! Semoga kalian selalu diberkahi Allah SWT, Aamiin!" do'a Abi Fatma.

Fatma dan kedua putranya tiba saat makan siang, mereka makan bersama di meja makan. Fatma menjadi wanita yang pendiam sejak perceraiannya dengan Brian. Dan itu membuat kedua orang tuanya bersedih karena mereka merindukan putrinya yang ceria. Abi dan Umminya selalu berupaya membuat putrinya itu melupakan perihal perceraiannya karena Fatma merasa bersalah telah berbuat hal yang dibenci Allah SWT.

Setelah makan siang, Fatma dan kedua putranya istirahat di kamar miliknya dulu. Semua kenangan tentang Brian telah dia singkirkan agar dia tidak lagi mengingat rasa sakit hati dan kecewanya pada mantan suaminya itu.

" Apa anak-anak tidur?" tanya Ummi Fatma saat mereka duduk di teras belakang.

" Zib yang tidur, Zab masih nonton TV!" kata Fatma.

" Bagaimana kabar usahamu?" tanya Abi.

" Alhamdulillah lancar, Bi!" jawab Fatma.

Sejenak suasana menjadi hening, Fatma menyesap tehnya sedangkan Abinya memeletakkan buku yang dibacanya ke atas meja yang ada dihadapan mereka.

" Fatma! Abi ingin bilang ke kamu bahwa 3 hari yang lalu, ada yang mengkhitbahmu!" ucap Abi Fatma.

" Apa? Fatma... dikhitbah?" tanya Fatma terkejut.