Chereads / SEASON 2 TERANG DALAM GELAPKU / Chapter 20 - APA MAUMU

Chapter 20 - APA MAUMU

Fatma sangat ingin berbicara dengan Harun sebelum acara malam ini berlangsung, tapi dia tidak tahu bagaimana caranya. Dia tidak memiliki nomor ponsel Harun karena sudah dia hapus sejak menikah dengan Brian. Untuk bertanya pada Nurul, Fatma tidak enak hati karena permasalahannya dengan Harun sebagai kakak Nurul.

Akhirnya Fatma pasrah saja dengan semua ini. Dia keluar dari persembunyiannya, dia berjalan pelan menahan gemuruh amarah di dadanya.

" Ini dia calon pengantinnya!" ucap Emir yang melihat Fatma.

" Assalamu'alaikum!" sapa Fatma.

" Wa'alaikumsalam Wr. Wb!" sahut Harun dan semua yang duduk di situ.

Harun terpana melihat keanggunan Fatma, dia bagai tersihir oleh wajah cantik janda muda beranak 3 itu.

" Ehm!" deheman Emir seakan menyadarkan Harun.

Astaughfirullah! batin Harun yang menyadari kesalahannya. Segera Harun mengalihkan pandangannya pada Zabran yang sedang duduk di pangkuannya. Fatma tidak suka melihat keakraban Zabran dan Harun.

" Om! Tante! Apa kabar?" sapa Fatma lalu menyalami Zahra dan mencium punggung tangan wanita itu. Zahra tersenyum lalu menangkup wajah Fatma.

" Cantik! Soleha! Harun sangat beruntung mendapatkan wanita seperti kamu!" ujar Zahra bahagia. Fatma bisa melihat pancaran kebahagiaan di mata wanita di depannya itu. Lalu Fatma menangkup tangannya di depan dada tanda memberikan salam pada Emir. Emirpun membalas dengan senyuman dan anggukan.

" Tentu saja putri kami yang beruntung mendapatkan nak Harun, Mbak!" kata Salma terharu.

" Bisa kita mulai?" tanya Emir saat melihat Fatma yang duduk di dekat Salma.

" Silahkan!" kata Azzam.

" Harun!" panggil Emir.

" Ya, Abi!" sahut Harun.

" Bismillahirrohmanirrohim...Saya Ahmad Harun Basyar bin Emir Al Basyar, dengan niat ibadah karena Allah dan kemantapan hati bermaksud untuk meminang Fatimah Zahirah Fayyad binti bapak Azzam Fayyad!" tutur Harun lembut.

Fatma mengepalkan kedua tangannya dan Harun bisa melihat itu.

" Fatma!" tegur Azzam.

" Ehmm! Saya Fatima Zahirah Fayyad binti Fayyad dengan niat ibadah dan kemantapan hati juga...

Fatma diam sejenak, kata yang akan dia keluarkan seakan tertinggal di tenggorokannya.

" Fatma?" kembali Azzam menegur putrinya.

Fatma melihat ke arah abinya lalu umminya. Kedua orang tua Harun dapat melihat keraguan di wajah Fatma. Melihat wajah calon menantunya, mereka mrasa khawatir akan hal baik yang akan terjadi ini.

" Saya menerima pinangan...Harun...Ahmad Harun Basyar bin Emir Basyar..."

" Emir Al Basyar!" Azzam membetulkan ucapan Fatma saat menyebut nama abi Harun.

" ...Emir Al Basyar!" kata Fatma membeo.

Kedua orang tua Harun menghela nafas panjang melihat semua itu.

" Mungkin Zahirah sedang gugup!" bela Harun yang tidak ingin orang tuanya kecewa dengan calon istrinya.

Fatma hanya diam saja mendengar pembelaan Harun.

" Bagaimana Mas Emir?" tanya Azzam memecah ketegangan.

" Sebenarnya..."

" Bi!" panggil Harun.

Emir menatap kedua mata putra sulungnya yang terlihat begitu mendambakan wanita yang duduk di dekat umminya itu.

" Bismillah! Ada sebuah Hadist Riwayat Tirmidzi mengatakan " Apabila datang kepadamu seorang yang akan menyukai agama dan akhlaknya untuk mengkhitbah, terimalah! Kalau itu tidak engkau lakukan, akan terjadi fitnah dan kerusakan besar di muka bumi"

Saya sebagai orang tua hanya bisa mendo'akan anak saya agar semua yang diharapkannya bisa terkabul, Aamiin!" tutur Emir dengan suara sedikit kecewa.

" Dan saya sebagai oang tua pihak wanita, telah menerima khitbahan dari nak Harun dengan senang hati!" balas Azzam.

" Bagaimana Nak Zahirah? Apa sudah benar-benar mantap?" tanya Emir sekali lagi.

Fatma menatap kedua orang tuanya, lalu anak-anaknya dan beralih pada kedua mertuanya dan terakhir pada Harun. Lalu dengan berat hati dia menganggukkan kepalanya tanda menerima.

" Barakallahu!" ucap semua yang ada disitu.

" Dan untuk pernikahannya saya harap bisa secepatnya dilakukan menghindari ghibahan dari banyak orang!" kata Emir.

" Saya terserah nak Harun saja!" kata Azzam memberikan jawabannya.

" Bagaimana jika minggu depan, Abi!" ucap Harun tegas.

" Tabarakallahu! Jika memang kamu sudah mantap dan nak Zahirah bersedia, kami hanya bisa mendukung dan berdo'a agar semuanya berjalan dengan lancar!" kata Emir senang.

Sesaat Fatma tertegun dengan perkataan Harun, dia ingin sekali menatap tajam pada calon suaminya itu, tapi dia tidak mau membuat malu kedua orang tuanya. Kedua tangan Fatma perlahan mengepal dibalik kerudung panjangnya. Hatinya menahan amarah yang teramat sangat pada Harun yang seakan-akan mengambil alih hidupnya hanya sekejap mata.

" Bagimana, sayang? Apa kamu bersedia?" tanya Salma mengusap kepala putrinya.

" Fatma terserah pada Abi dan Ummi!" jawab Fatma datar.

" Alhamdulillah! Jika seperti itu, saya dan istri setuju dengan nak Harun!" kata Azzam tersenyum bahagia.

Kemudian mereka sedikit berbincang-bincang dan Zabran sangat senang berada di pangkuan Harun. Zibran yang awalnya takut, karena melihat kedekatan kakaknya dengan Harun, perlahan berjalan mendekat dan berdiri di dekat Harun. Harun yang menyadari ada Zibran di dekatnya, langsung tersenyum dan melihat anak kecil itu.

" Zib mau ikutan lihat?" tanya Harun lembut.

Zibran menganggukkan kepalanya berkali-kali sebagai tanda jika dia sangat ingin melihat seperti kakaknya.

" Zab ajak adik kamu ikuta menonton, ya!" kata Harun.

" Iya, Ustadz!" jawab Zabran.

Lalu mereka bertiga melihat ke arah Ipad Harun yang memperlihatkan sebuah tayangan tentang anak-anak di sebuah pondok tahfidz sedang belajar menghafal Al Qur'an. Fatma yang melihat itu merasa hatinya sakit, di satu sisi dia sedih karena sebagai ayah mereka, Brian tidak pernah punya waktu dengan kedua putranya, di sisi lain dia bertambah benci kepada Harun karena menurutnya semua sikap dekatnya itu hanya sebuah usaha untuk mendapatkan restu dari kedua orang tuanya. Entah kenapa dia masih saja mengingat Brian jika melihat pria lain. Dalam hatinya dia masih berharap suatu saat Brian akan sadar jika apa yang dipikirkan Brian tentang Fatma adalah salah.

" Ayo, kita makan dulu!" ajak Azzam.

" Iya! Ayo kita ke ruang makan!" kata Salma.

Merekapun berpindah tempat ke ruang makan dan menikmati hidangan yang disediakan oleh Salma dan Fatma. Sesekali Harun melirik ke arah Fatma walau hal itu tidak dibenarkan dalam agama Islam. Harun begitu bahagia karena Fatma mau menerima Khitbahnya dan mereka akan menjadi suami istri dalam seminggu ini. Harun tidak tahu jika dalam hatinya Fatma sangat membenci pria itu dan masih mencintai suaminya walaupun Brian sudah menceraikan dia.

Kabar pernikahan Fatma dan Harun sampai juga ke telinga Brian. Dalam hati kecilnya Brian tidak terima jika Fatma harus menikah dengan musuh besarnya, tapi sekali lagi, ego mengalahkan segalanya. Begitu dia mengingat kejadian di toilet itu, dia merasa jijik terhadap Fatma.

" Orang kotor mendapatkan orang kotor juga!" ucap Brian ambigu.

" Kamu bicara sesuatu, sayang?" tanya Vero.

Saat itu mereka berempat sedang duduk santai di rumah sambil menikmati udara sore hari.

" Mantan istriku akan menikah!" kata Brian datar.

" O, ya? Apa kita akan kesana?" tanya Vero mendekati Brian dan memeluk suaminya itu.

" Entahlah! Apa kamu mau kesana?" tanya Brian.

" Jika kamu kesana, aku juga akan ikut denganmu!" kata Vero.

" Tapi kamu sedang hamil muda, Vero! Aku tidak mau bayi kita akan kenapa-kenapa!" kata Brian lagi.

" Kalo begitu nggak usah kesana! Gak penting juga!" kata Vero sinis.

" Kamu benar! Untuk apa kesana! Lagi pula kakiku masih sedikit sakit jika terlalu jauh bepergian!" kata Brian.

" Karena itu aku tidak mau kamu kelelahan!" kata Vero mengusap dada Brian.

" Kau selalu membuatku kelelahan di ranjang, Ver!" bisik Brian.

" Kalo itu aku jagonya!" balas Vero tertawa.