Chereads / SEASON 2 TERANG DALAM GELAPKU / Chapter 21 - PERNIKAHAN KE-2

Chapter 21 - PERNIKAHAN KE-2

Pagi ini adalah pagi yang sangat bersejarah bagi Harun. Pagi ini dia akan menikahi wanita yang selama ini selalu ada dalm do'a-do'anya. Wanita yang selama ini telah membuat dirinya rela sendiri dan tidak menikah. Wanita yang selalu membuat dirinya kuat dalam beribadah dan berikhtiar hingga dia sampai pada titik sekarang ini.

" Wahhhh, wajah Kakak Ceria sekali! Tampak berbeda dengan sebelum-sebelumnya!" goda Nurul, adik semata wayangnya.

" Kamu bisa saja!" balas Harun tersipu.

" Cieeeeee, pipinya merah!" goda Nurul lagi.

" Nurul! Sudah! Jangan ganggu kakakmu!" Zahra masuk ke dalam kamar putra kebanggaannya.

" Assalamu'alaikum Ummi!" sapa Harun dan Nurul.

" Wa'alaikumsalam!" balas Zahra.

" Kakak sangat tampan dan gagah!" puji Zahra tersenyum bangga.

" Masya Allah! Mana ada kecap no. 2, semua kecap no. 1, Ummi!" teriak Nurul sambil berlari keluar kamar Harun.

" Eh, ni anak!..."

Zahra hanya bisa tersenyum melihat tingkah anak-anaknya.

" Akhirnya, anak sulung Ummi menikah!" kata Zahra dengan mata berkaca-kaca.

" Ummi! Maafkan Harun kalo Harun selama ini membuat hati Ummi sakit karena sikap Harun yang tidak mau menikah!" kata Harun ikut berkaca-kaca.

" Ummi bangga sama Kakak!" kata Zahra lagi.

" Harun sayang Ummi!" balas Harun memeluk erat Umminya.

" Sudah! Nanti make up Ummi luntur!" kata Zahra menghapus sedikit airmatanya.

" Bagi Harun, Ummi selalu cantik dalam keadaan apapun!" kata Harun.

" Shh! Nanti istrimu bisa cemburu kalo kamu bilang begitu!" goda Zahra.

" Zahirah bukan tipe wanita pencemburu, Ummi!" kata Harun.

" Memang kamu sudah tahu sifatnya?" tanya Zahra.

" Belum, tapi Harun sangat yakin!" jawab Harun.

" Nak! Apa kamu benar-benar yakin dia adalah jodohmu?" tanya Zahra ragu, karena dia bisa melihat malam itu jika Fatma seperti tidak menyukai Harun.

" Ins Yaa Allah, Ummi! Dengan niat ibadah karena Allah dan sesuai dengan hasil shalat istikhoroh Harun, Harun bener-bener yakin jika Zahirah adalah bidadari dari surga yang dipilih Allah untuk Harun!" tutur Harun.

" Masya Allah! Ummi benar-benar bangga memiliki putra saperti kamu!" kata Zahra memeluk sekali lagi putranya.

Harun dan keluarga menuju ke kediaman Fatma tepat jam 7 pagi, karena akad nikah akan dimulai pada jam 8 pagi.

" Putri Ummi cantik sekali!" kata Salma saat masuk ke dalam kamar Fatma untuk melihat persiapan putrinya yang sedang dirias oleh perias pengantin.

" Fatma sudah tua, Ummi!" sahut Fatma datar.

Salma merasakan nada bicara Fatma berbeda dengan calon pengantin- calon pengantin yang akan menikah. Biasanya mereka akan merasa bahagia, deg-degan dan gemetar. Tapi putrinya ini seperti...kecewa dan sedih menjadi calon pengantin.

" Fatma, sebelum semuanya terlambat, kamu bisa membatalkan semua ini. Abi dan Ummi dengan ikhlas akan menerima semua resikonya!" kata Salma yang berdiri di belakang tubuh Fatma.

" Fatma hanya ingin anak-anak merasa bahagia dan memiliki sosok ayah yang sebenarnya!" kata Fatma.

" Jika seperti itu, senyumlah dan beri putramu kebahagiaan itu!" kata Salma.

" Ummi! Rombongan pengantin akan segera datang!" kata Rania.

" Temani Fatma disini, Ran!" suruh Ummi.

" Iya, Ummi!"

Ummi keluar dari kamar Fatma dan menuju ke teras depan untuk bersiap-siap menyambut kedatangan calon pengantin pria. Rumah yang biasanya sepi itu hari ini terlihat sangat ramai dengan adanya dekorasi pernikahan.

Setelah kedatangan keluarga Harun, semua sudah siap untuk melakukan acara akad nikah. Azzam kembali akan menikahkan sendiri putrinya. Setelah Penghulu membuka acara dan memberikan nasehat pernikahan, dia memberikan kode pada Azzam untuk melangsungkan akad nikah putrinya dan Harun. Azzam menggenggam tangan Harun di atas meja dengan hati penuh haru dan bahagia.

" Ankahtuka wa Zawwajtuka Makhtubataka Binti Zahirah Fatimah Fayyad alal mahri Jauharoh The Perfect Pink "

Dengan penuh keyakinan dan memohon ridho dari Allah, Harun menjawab.

" Qobiltu Nikahaha wa Tazwijaha Zahirah Fatimah Fayyad binti Abi Azzam Fayyad alal Mahril Madzkuur wa Radhiitu bihi, Wallahu Waliyut Taufiq"

" Alhamduliallah!" ucap penghulu dan diikuti seluruh yang hadir di ruangan itu. Kemudian penghulu membacakan do'a pernikahan.

Didalam kamarnya Fatma mendengar dengan jelas suara Harun. Hatinya terasa begitu sakit dan wajah Brian bermain di pikirannya. Saat mereka melakukan akad nikah dulu dan semua kebahagiaan yang mereka lalui. Kenapa kamu tidak percaya padaku, Habib? Dimana rasa cintamu yang dulu begitu besar padaku? batin Fatma. Airmatanya tidak dapat lagi dibendung. Rania terkejut melihat adik iparnya yang menangis.

" Selamat, ya, Fat! Aku harap ini adalah pernikahanmu yang terakhir!" ucap Rania tulus.

" Tapi aku membencinya, Kak! Aku sangat membencinya!" kata Fatma memeluk Rania.

Tubuh Rania bergetar mendengar curahan hati adik iparnya.

" Apa maksudmu? Harun sudah menjadikanmu istrinya, Fat!" kata Rania.

" Kenapa Brian harus meninggalkan aku? Kenapa dia tidak percaya jika Sarah itu pembohong?" kata Fatma lagi.

" Aku tidak tahu, Fat! Tapi aku harap kamu menghapus nama Brian dari..."

" Maaf, Kak! Aku tidak bisa!" jawab Fatma pelan.

Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pada pintu kamar Fatma terdengar.

" Hapus airmatamu!" kata Rania memberikan selembar tissue pada Fatma dan memperbaiki sedikit riasan adik iparnya itu.

" Fatma!"

" Itu Kak Arkan!"

" Kenapa tidak keluar?" tanya Ummi yang tiba-tiba membuka pintu kamar Fatma.

" Iya, Ummi!" kata Rania.

Fatma keluar didampingi oleh Ummi dan kakak iparnya untuk menuju kepanggung kecil yang telah ada di ditu. Harun menatap takjub pada fatma, dia seperti melihat bidadari yang turun dari langit. Fatma duduk bersanding dengan Harun, jantung Harun berdetak sangat kencang karena baru kali ini dia duduk berdekatan dengan seorang perempuan.

" Bisa melihat kearah kamera?" tanya fotografer yang di sewa Harun.

Dengan terpaksa Fatma mengikuti semua arahan fotografer itu, walau hatinya menjerit marah dan tidak menyukai semua ini.

" Aku senang akhirnya kita bisa bersaudara!" kata Nurul pada Fatma yang sedang duduk sambil makan setelah para tamu pulang dan keadaan sedikit sepi.

" Saya juga, Us!" jawab Fatma.

" Kok, Us! Sekarang kamu kakak iparku!" kata Nurul.

" Ah, iya!" sahut Fatma.

" Aku harap kalian akan selamanya bersama!" kata Nurul.

" Ins Yaa Allah!" jawab Fatma masam.

Malam harinya Fatma harus kembali bersandiwara di acara resepsi pernikahannya dengan Harun. Dia memasang senyum lebar saat para undangan datang memberikan selamat. Keluarga Harun benar-benar membuat pesta pernikahan yang sangat besar dan meriah malam ini. Banyak sekali tamu dari pihak keluarga Harun, sedangkan dari pihak keluarga Fatma hanya keluarga dan teman dekat saja yang diundang.

" Kamu lelah?" tanya Harun.

" Tidak!" jawab fatma singkat.

Harun menatap istri barunya yang duduk di sebelahnya itu. Wajah Harun terlihat bahagia sekaligus sedih melihat Fatma. Akhirnya acara malam itu telah selesai dan semua pulang ke rumah masing-masing. Acara resepsi pernikahan itu dilangsungkan di Hotel JW Marriot dan pihak Hotel memberikan hadiah sebuah kamar President Suite pada Harun dan Fatma. Fatma sebenarnya ingin menolak, tapi dia harus melakukan semua ini seperti rencananya.

" Tas kamu dan Harun sudah dimasukkan ke dalam kamar!" kata Salma.

" Iya, Ummi! Trima kasih!" balas Fatma.

" Mau dengar nasehat wanita tua ini?" tanya Salma.

" Ummi bicara apa'sih? Ummi adalah ibu Fatma dan Fatma pasti mendengar semua nasehat Ummi!" kata Fatma memeluk Salma.