" Iya, nak!" jawab Azzam.
" Fatma!" panggil Salma.
Fatma melihat ke arah umminya. Ditatapnya wajah tua umminya yang terdapat beberapa kerutan di beberapa tempat.
" Ini sudah 4 tahun berlalu, nak!...Apa kamu tidak memiliki keinginan untuk menikah lagi?" tanya Salma.
" Ummi! Fatma hanya ingin menikah sekali dalm seumur hidup!" jawab Fatma tegas.
Azzam dan Salma menghela nafs panjang mendengar ucapan Fatma. Mereka saling memandang lalu sejurus kemudian menatap pada putri semata wayangnya itu.
" Abi tahu, nak! Tapi suamimu tidak dalam keadaan meninggal, nak! Kalian bercerai!" kata Azzam.
" Mungkin kamu merasa tidak membutuhkan seseorang disampingmu, tapi apakah kamu pernah berpikir dan bertanya pada anak-anakmu? Apakah kamu tahu isi hati mereka?" tanya Azzam tenang.
" Mereka sudah terbiasa tanpa seorang ayah, Abi!" jawab Fatma enteng.
" Benarkah?" tanya Azzam sedikit kesal pada putrinya itu.
" Tentu saja, Bi! Zab nggak pernah mencari abinya sejak masuk sekolah, memang sejak abinya pergi dia tidak pernah menanyakan sama sekali. Dan Zib malah nggak tahu bagaimana wajah Abinya, hanya tahunya lewat foto aja!" papar Fatma.
Azzam menghembuskan nafasnya, lalu meraih ponselnya. Dia menyalakan ponsel tersebut dan membuka galeri video.
" Lihatlah!" ucap Azzam sambil memberikan ponselnya pada Fatma.
" Apa ini, Bi?" tanya Fatma menerima ponsel Azzam.
" Lihat saja!" kata Azzam lagi.
Fatma melihat layar ponsel Azzam dan matanya membulat sempurna saat melihat putranya Zab di layar.
" ...Sebenernya Zab kangen punya ayah! Tapi Zab nggak mau membuat ummi sedih! Zabnggak papa kalo nggak punya ayah, asal ummi seneng! Di sekolah ada Ustadz Zab yang sayanggggg banget sama Zab! Kata dia, Zab boleh anggap dia abi Zab!..."
Hati Fatma mencelos mendengar curhatan putra sulungnya. Apakah aku terlalu sibuk sehingga melupakan anak-anakku? batin Fatma meneteskan airmatanya.
" Anak-anak membutuhkan sosok seorang ayah, nak! Dan kalian membutuhkan seorang Imam di rumah!" tutur Salma.
Fatma menundukkan kepalanya sambil menangkup wajahnya, tubuhnya bergetar akibat tangis yang keluar dari mata dan bibirnya.
" Apa Fatma adalah ibu yang buruk untuk mereka, Ummi?" tanya Fatma tanpa merubah posisinya.
" Tidak, nak!" sahut Salma lalu memeluk putrinya.
" Keadaan yang membuat kita terkadang lupa akan titipan Allah dan kamu sedang di uji olehNya saat ini! Keluarkan semua yang kau pendam selama ini!" tutur Salma bijak.
Suasana kembali hening, hanya isak tangis Fatma yang semakin keras yang terdengar. Fatma seakan meluapkan segala perasaannya selama 4 tahun ini yang dia pendam sendiri tanpa mampu dia ungkapkan. Salma mengusap-usap punggung putrinya dengan mata berkaca-kaca.
" Tuntaskan, nak!" bisik Salma.
Beberapa menit kemudian Fatma menghentikan tangisnya setelah merasa dadanya tidak lagi terasa sesak.
" Maafkan Fatma, Abi!...Ummi! Fatma sudah...mengecewakan Abi dan Ummi!" ucap Fatma terbata akibat sisa-sisa tangisnya.
" Sudah! Semua sudah terjadi! Tidak ada yang perlu disesali! Allah telah menentukan takdir kehidupan setiap umat di dunia!" tutur Azzam bijak.
" Apa orang yang mengkhitbah Fatma memiliki iman yang sangat baik?" tanya Fatma ragu.
" Abi yakin dia memiliki iman seperti yang kamu harapkan!" jawab Abi.
" Fatma hanya takut kalo..."
" Serahkan semua padaNya! Kita hanya bisa berdo'a dan berusaha, nak!" kata Azzam lagi.
" Baik, kalo memang menurut Abi dan Ummi dia baik, Fatma akan menerima khitbah itu!" jawab fatma mantap.
" Kamu tidak memikirkannya dulu atau ingin tahu siapa orangnya?" tanya Azzam terkejut.
" Fatma percaya pada keputusan Abi dan Ummi!" kata Fatma lagi.
" Alhamdulillah! Jika seperti itu, Abi akan mengundang keluarga mereka besok malam untuk memastikan harinya!" ucap Azzam senang. Ya Allah, semoga kali ini dia memang benar-benar jodohnya! Aamiin! batin Azzam.
" Apa kamu tidak keberatan?" tanya Salma.
" Tidak, ummi! Fatma menyerahkan semua pada Ummi dan Abi!" kata Fatma lagi.
Keesokan harinya Fatma dan keluarga telah bersiap-siap menyambut kedatangan keluarga dari pria yang mengkhitbah Fatma. Fatma terpaksa sedikit berdandan demi menghormati calon suami dan mertuanya.
" Ummi cantik sekali!" puji Zabran yang melihat Fatma keluar dari kamarnya dengan memakai syar'i berwarna peach dan khimar pink.
" Trima kasih anak gantengnya Ummi!" sahut Fatma tersenyum sambil mencium pipi Zabran.
" Ummi!" panggil Zibran yang berlari ke arah Fatma dan Zabran.
" Awas, hati-hati, sayang!" teriak Fatma.
Zibran memeluk Fatma dan mencium pipinya sambil memberikan jempolnya.
" Trima kasih malaikat-malaikat ummi!" ucap Fatma memandangi kedua putranya.
Sejenak Fatma mengingat putri semata wayangnya, dimana kamu sekarang, nak? Apa kamu bahagia bersama abimu? Apa shalat dan ngajimu masih terjaga? batin Fatma dengan hati sedih dan mata berkaca-kaca.
" Ummi?" panggil Zabran sambil menunjuk matanya karena melihat Fatma berkaca-kaca.
" Ummi bahagia sekali melihat kalian berdua, Ummi hanya ingat adikmu, Iza!" tutur Fatma jujur.
" Iza pasti bahagia karena ada Abi bersamanya! Ummi jangan sedih lagi!" kata Zabran mengusap pipi Fatma yang tanpa bisa ditahan sebutir air mata luruh di pipinya.
" Aamiin! Semoga saja!" jawab Fatma.
Mereka semua telah siap di ruang tamu guna menyambut calon suami Fatma. Sementara Fatma harus menerima panggilan dari Widi, dia berjalan ke ruang tengah. Fatma baru saja menutup panggilan dari Widi, dia berjalan menuju ke ruang tamu.
" Assalamu'alaikum Wr. Wb!"
Deg! Suara itu? Fatma mendengar salam dari seseorang. Sepertinya dia pernah mengenal pemilik suara itu. Fatma menghentikan langkahnya dan bersembunyi di balik dinding. Sebuah nama terlintas dipikirannya. Tapi kalo memang benar itu dia, untuk apa dia datang kesini? Darimana dia tahu jika aku ada disini? batin Fatma penasaran.
" Wa'alaikumsalam! Wr. Wb!" sahut Azzam dan Salma.
" Ayo nak Harun, silahkan masuk!" ucap Azzam.
Bagaikan petir disiang hari, mata Fatma membulat sempurna mendengaar nama orang yang selama ini sangat dibencinya ada di rumahnya. Fatma merasakan kemarahan di dadanya saat mendengar Abinya menyebut nama orang yang dia pikirkan barusan.
" Trima kasih, Om! Tante!" sahut Harun tersenyum sambil menyalami dan mencium tangan Azzam dan Salma bergantian.
" Ustadz Emir!" sapa Azzam.
" Mas Azzam bisa saja! Cukup Emir saja!" ucap Emir lalu mereka saling peluk.
" Ustadzah Zahra!" sapa Salma.
" Zahra saja Mbak Salma!" sahut Zahra.
Mereka berdua tersenyum lalu saling peluk dan cium pipi.
" Ayo, masuk-masuk!" pinta Azzam sambil menepuk-nepuk punggung Harun.
Keluarga Harun masuk dan duduk di kursi tamu setelah dipersilahkan Azzam dan Salma.
" Ustadz Harunnnn!" sapa Zabran saat melihat pria yang duduk di kursi rumah Kakeknya.
" Zabran!" balas Harun tersenyum melihat Zabran.
Deg! Kenapa Zab kenal sama dia? batin Fatma.
" Kalian saling kenal?" tanya Azzam terkejut.
" Iya, Kek! Ustadz Harun ini yang selama ini membimbing Zab di sekolah hingga selalu juara!" tutur Zabran bangga.
" Masya Allah! Syukur Alhamdulillah cucu Kakek ditangani oleh tangan dingin nak Harun!" puji Azzam.
" Saya hanya mengarahkan saja, Om! Zabran memang anak yang cerdas, dia cepat menguasai dan mengerti setiap apa yang saya ajarkan. Dia seperti Abinya, saya masih ingat betapa cerdas dan hebatnya Brian!" puji Harun.
Sejenak wajah kedua orang tua Fatma terlihat sedih mendengar nama bekas menantunya itu. Ternyata cinta dan usaha Brian selama ini tidak mampu mempertahankan mahligai rumah tangga yang baru berjalan seumur jagung.