Chereads / SEASON 2 TERANG DALAM GELAPKU / Chapter 6 - SALAH PAHAM

Chapter 6 - SALAH PAHAM

" Ehm! Jab nggak cuka!" kata Zabran lagi.

" Kenapa?" tanya Fatma.

" Ajunya nggak copan!" kata Zabran dengan wajah cemberut dan terlihat marah.

" Jam berapa abi pulang tadi?" tanya Fatma yang berjongkok menyamakan tingginya dengan Zabran.

Zabran menggelengkan kepalanya tanda Brian belum pulang sejak kemarin. Fatma berdiri dan melihat ke ruang pakaian suaminya. Semua pakaian ada dan hanya satu stel yang tidak ada karena dipakai untuk bekerja.

" Zabran main dulu di bawah, ya! Ummi mau mandi dulu!" kata Fatma dengan senyum lembutnya.

" Iya, Ummi!" jawab laki-laki kecil itu.

Fatma menutup pintu kamarnya lalu bersandar di belakangnya. Perlahan tubuhnya merosot ke lantai dengan airmata yang membasahi kedua pipinya. Apa yang kamu lakukan saat ini, Habib? Atau semalam? Ya Allah, apa hanya sampai disini saja jodoh kami? Astaughfirullah! Kenapa sakit sekali rasanya dadaku? batin Fatma dengan tubuh terguncang menahan isak tangisnya.

" Abiiiii!" teriak Iza saat melihat Brian masuk ke dalam rumah.

" Princess!" sahut Brian menangkap tubuh mungil putrinya yang berlari mendekatinya.

" Abi cemana? Ija angen!" kata Iza dengan suara manja sambil memainkan tangannya di rahang Brian.

" Maaf, sayang! Abi harus bekerja keluar kota!" kata Brian mengusap rambut panjang putrinya.

" Ija au jayan-jayan ma Abi!" kata Iza lagi.

" Iya, nanti kalo Abi sudah nggak sibuk, kita jalan-jalan kemanapun Iza mau, Ok?" kata Brian tersenyum dan mencium pipi Iza.

" Anji?" tanya Iza belum percaya.

" Janji!" kata Brian tegas.

" Hoyeeee, Ija au jayan-jayannnn!" teriak Iza yang sangat senang.

Brian menurunkan putrinya dan berjalan ke kamarnya. Aroma milik Fatma menyeruak ke dalam hidungnya. Brian menghela nafas panjang dan menutup pintu tersebut dengan pelan. Dia mendengar suara gemericik air di kamar mandi. Brian perlahan mendorong pintu kamar mandi yang tidak tertutup dengan sempurna. Tatapannya jatuh pada kamar shower di ujung sebelah kiri kamar mandinya. Tubuh polos Fatma yang berisi terlihat sempurna di mata Brian. Seketika hasrat kelakiannya perlahan timbul dan tidak dapat di tahan. Brian membuka seluruh pakaiannya lalu masuk ke dalam shower dengan diam-diam.

" Astaughfirullah!" teriak Fatma yang terkejut mendapatkan pelukan di perutnya.

" Aku mau kamu!" bisik Brian di telingan istrinya.

Fatma rasanya ingin memberontak dan berteriak pada suaminya, tapi lagi-lagi dia merasa tidak berdaya. Dia hanyalah seorang istri yang memiliki kewajiban pada suaminya.

Dengan perlahan dan penuh kelembutan Brian mencumbu istrinya, hal yang belum pernah dia lakukan selama 2 bulan pasca kelahiran putranya. Fatma mencoba melayani hasrat suaminya, walau airmata mengalir di kedua mata indahnya mengingat ucapan putranya. Brian seakan melupakan semua yang terjadi diantara mereka. Fatma sengaja menyalakan air shower agar airmatanya menyatu dengan aliran air yang keluar dari atas shower.

Sebenarnya Fatma cukup terkejut dan ingin menolak keinginan suaminya yang bercumbu di dalam kamar mandi, karena selama mereka menikah, mereka tidak pernah melakukan hubungan di dalam kamar mandi walaupun agama tidak melarangnya.

Airmata Fatma terus mengalir sejalan dengan cumbuan Brian padanya. Fatma memejamkan kedua matanya saat Brian memutar tubuhnya dan mencumbunya. Dia takut jika harus menatap mata suaminya. Tapi Fatma merasa Brian seakan tidak perduli dengan keadaan dirinya, karena dia merasakan sentuhan Brian yang tiada henti hingga dia merasa suaminya itu beberapa kali mendapatkan kepuasannya.

Brian melepaskan tubuhnya dari penyatuan mereka berdua, lalu meninggalkan Fatma di dalam shower. Pria itu melangkahkan kakinya menuju ke dalam bathtub dan mandi junub disana. Betapa hancurnya perasaan Fatma saat melihat semua itu, dia merasa seperti seorang wanita kotor yang dibuang setelah dipakai.

Tangisan Zibran menyadarkan Fatma dalam tangisan pilunya, dengan cepat dia mandi junub dan keluar dari shower. Diraihnya kimono mandi miliknya dan handuk untuk mengeringkan rambutnya yang panjang. Fatma mengeringkan asal rambutnya lalu memakai daster sekenanya. Zib masih menangis di luar kamarnya, lalu Fatma memakai khimarnya dan membuka pintu kamar.

" Maaf, Ustadzah! Tiba-tiba saja Den Zibran menangis!" kata Nisa dengan wajah panik.

" Nggak papa, Nis! Biar saya yang menggendong!" kata Fatma.

Nisa menyerahkan Zibran pada Fatma, setelah dalam dekapan Fatma, bayi mungil itu terdiam sambil meneguk susu botolnya. Nisa menghela nafas lega, Fatma tersenyum melihat putranya yang semakin terlihat berisi walau tidak meminum asi darinya karena keadaan Zibran saat lahir dulu.

" Iya, Vero kamu sabar, dong!"

Fatma mendengar suara Brian di luar balkon kamar mereka. Hati Fatma terasa sangat sakit saat mendengar suara lembut Brian yang sepertinya sedang menelpon mantan kekasihnya.

Fatma meletakkan Zibran di ranjang dan memberikan guling di sebelah kanan dan kirinya.

" Iya! Semalam kan sudah, apa masih kurang?"

Deg! Pikiran dan perasaan Fatma semakin tidak menentu. Fatma segera berlalu masuk ke dalam walk in closet untuk mengganti pakaiannya daripada dia semakin merasakan sakit mendengarkan kemesraan suaminya dengan mantannya.

Dengan sekuat tenaga Fatma menahan airmatanya agar tidak tumpah. Dia tidak mau terlihat lemah di depan suaminya. Selama ini dia memang selalu dimanjakan Brian, tidak pernah sekalipun selama pernikahan mereka Brian mengabaikan dirinya. Fatma memakai dalamannya lalu pakaian syar'inya, dia membawa khimar yang senada keluar dari dalam walk in closetnya. Tatapan matanya tertegun saat melihat suaminya berdiri di pintu balkon dan menatap putra mereka.

Fatma mengabaikan pria yang telah 5 tahun ini mendampingi dirinya. Fatma duduk di meja rias dan memoled sedikit wajah dan bibirnya. Dia tahu jika suaminya sedang menatap dirinya, tapi dia berusaha untuk mengabaikan semua itu.

" Aku akan menginap di rumah ummi selama seminggu! Anak-anak aku bawa karena mereka sedang libur sekolah!" kata Fatma tanpa melihat pada suaminya.

" Apa kamu sudah lupa cara berbicara dengan suamimu?" sindir Brian yang terlihat marah.

" Suami? Hah! Apa masih pantas kamu disebut suami setelah bersama wanita lain?" balas Fatma tidak mau kalah.

" Zahirahhhh!" teriak Brian dengan wajah menggelap.

" Jangan berteriak padaku! Sekalipun orang tuaku tidak pernah berteriak pada anaknya!" sahut Fatma yang sudah tersulut emosi.

" Oekkkkk! Oekkkk!"

Zibran yang kaget mendengar teriakan, menangis keras, Fatma langsung menggendong putranya itu.

" Kamu pikir aku tidak tahu kemana kamu pergi beberapa hari ini? Kamu pikir aku akan diam saja melihat semua ini?" kata Fatma sambil menyusui Zibran dengan susu botol.

" Kamu memang tidak tahu!" balas Brian mengepalkan kedua tangannya.

" Ok! Katakan! Kemana kamu dan dengan siapa?" tanya Fatma serius.

Brian tidak bisa menjawab pertanyaan Fatma, karena memang dia bersama Vero, mantan kekasihnya bahkan pernah menjemput anaknya dengan Vero.

" Kenapa diam? Astaughfirullah! Apa pernah kamu melihat putramu? Apa pernah kamu menggendongnya selama ini? Aku tidak tahu kemana arah pernikahan kita sekarang ini..."

" Jangan menantangku!"

Brian memotong ucapan Zahirah dengan amarah yang menggebu di dalam dadanya. Harga dirinya sebagai suami dan pria terasa dilukai istrinya sendiri. Emosinya mendominasi, mengalahkan akal pikirannya.

" Ucapkan, Tuan Brian! Jika memang itu bisa membuatmu lega!" ucap Fatma yang semakin membuat hati Brian terbakar amarah.

" Fatimah Zahirah Fayyad, aku..."

Tok! Tok! Tok! Brian menghentikan ucapannya saat mendengar pintu diketuk dari luar.

" Katakan!" ucap Fatma yang telah memejamkan kedua matanya menunggu Brian melanjutkan ucapannya.