Chereads / SEASON 2 TERANG DALAM GELAPKU / Chapter 9 - PENYESALAN?

Chapter 9 - PENYESALAN?

Fatma mematikan panggilan videonya lalu menangis melihat dan mendengar semua itu. Ya Allah! Apakah ini jawaban semua keresahan hamba? Apakah ini akhir dari semuanya, Ya Allah? Berikan petunjukmu! ucap batin Fatma.

Brian membuka kedua matanya dan merasa terkejut saat melihat ke sekeliling ruangan. Terlebih saat dia melihat wanita yang berada di sampingnya bukanlah Fatma tapi Vero. Y Alla! Apa yang aku lakukan? batin Brian. Dengan pelan dia turun dan memunguti pakaiannya lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Maafkan aku, Zahirah! Please! Kamu harus memaafkan aku! batin Brian. Airmatanya luruh bersama dengan tetesan air shower yang membasahi tubuhnya.

" Baby!"

Tiba-tiba sebuah tangan melingkar di pinggangnya saat dia sedang melamun.

" Ve! Tolong jangan seperti ini!" ucap Brian lalu mematikan shower dan melepaskan tangan Vero.

Dia meraih handuk dan memakai kemejanya.

" Apa maksudmu, baby?" tanya Vero yang heran melihat sikap Brian.

Brian meraih bathrobe dan memakaikannya pada tubuh polos Vero. Wanita itu hanya diam saja melihat tingkah Brian.

" Ini...salah! Aku minta maaf!" kata Brian menatap nanar wajah Vero.

" Salah!" gumam Vero memejamkan kedua matanya.

" Ok! Kembalilah pada keluargamu! Aku nggak apa-apa!" kata Vero.

" Sorry! Aku mencintai istriku!" kata Brian.

" It's Ok! Aku yang salah!" kata Vero menahan airmatanya.

Brian memakai pakaiannya dan pergi meninggalkan apartement Vero.

Tubuh Vero bergetar dan luruh ke lantai, dia menangis dengan keras saat mendengar pintu apartementnya tertutup oleh Brian.

" Aahhhhhhkkkkkkkkkk!" teriak Vero.

Brian memacu mobilnya ke arah pantai dengan kecepatan tinggi, hatinya merasa sangat berdosa sekali pada keluarga besarnya. Ya Allah! Ampuni segala dosa hamba! Hamba benar-benar manusia yang terkutuk! batin Brian dengan airmata yang berderai membasahi pipinya. Dibukanya pintu mobil saat sampai di tepi pantai. Brian berlari menuju ke arah pinggiran pantai lalu berteriak sekuat tenaga.

" Aaaaaaaaaaaa! Zahirahhhhhhhhhh!" teriak Brian penuh penyesalan.

Aku benar-benar minta maaf dan menyesal, Qolbi! batin Brian. Tubuhnya luruh di pasir pantai, dia terduduk di kedua lututnya sambil menangis pilu. Kemudian dia mengusap airmatanya lalu berdiri dan berjalan ke arah mobilnya setelah puas menangis dan menyesali semua yang terjadi.

Brian masuk ke dalam rumahnya saat penghuni rumah telah tertidur semua. Jam menunjuk angka 12 malam saat dia memasuki kamarnya. Ditatapnya tubuh Fatma yang meringkuk di balik selimut diatas ranjang mereka. Brian berjalan pelan memasuki kamar mandi setelah sejenak menatap istrinya. Fatma yang belum tertidur merasakan jantungnya berdetak sangat kencang. Dia berusaha untuk diam tanpa berani bergerak sedikitpun hingga mendengar pintu kamar mandi terbuka dan bayangan tubuh suaminya yang terlihat di dinding kamar perlahan bergerak menuju ke ranjang.

Fatma bisa merasakan jika suaminya telah naik dari gelombang yang diakibatkan gerakan Brian. Sebuah tangan memeluk perutnya dengan sangat erat dan kepala Brian yang menempel di ceruk leher Fatma. Fatma bisa merasakan hembusan angin dari hidung Brian yang menyentuh kulit lehernya. Sebuah kecupan mendarat dengan perlahan di leher Fatma, membuat wanita itu merasa jijik dan muak dengan perbuatan suaminya.

" Aku mencintaimu! Sangat!" bisik Brian.

Fatma bergeming di tempatnya dengan airmata yang perlahan menetes di kedua pipinya. Ingin rasanya dia memberontak dan mendorong jauh-jauh suaminya agar tidak menyentuhnya. Tapi semua itu hanya tinggal keinginan saja, karena dia merasa Brian perlahan tertidur dari deru nafas yang terdengar teratur di belakang Fatma. Wanita itu tidak sedetikpun bisa memejamkan kedua matanya, bayangan demi bayangan perbuatan Brian dan Vero datang silih berganti. Dia merasa hancur dan kalah, dia tidak sekuat yang terlihat di luar. Dia merasa dirinya adalah wanita lemah yang tidak berani berbuat apa-apa. Perlahan Fatma mengangkat tangan suaminya dan Brian merubah tidurnya menjadi terlentang.

Fatma turun perlahan dan keluar dari dalam kamarnya, dia berjalan menuju ke Mushalla dan menumpahkan semua isi hatinya pada Sang Pencipta.

" Ya Allah! Apa ini adalah sebagian dari cobaan dariMu? Tapi kenapa terasa sangat sakit sekali hingga membuat hamba tidak mampu menerima semua ini? Jika memang ini semua bagian dari cobaan dariMu, hamba mohon berikan hamba kekuatan yang lebih untuk menghadapi semua ini. Hamba pasrah dan ikhlas menerima semua cobaan ini, Ya Allah! Ampuni segala dosa hamba dan keluarga hamba, karena kami hanya manusia biasa yang bergelimang dosa....

Fatma menangis diatas sajadahnya, mengatakan segala isi hatinya dan memohon kemudahan dan jalan keluar yang terbaik pada Allah SWT.

Fatma kemudian membaca kitab suci Al Qur'an hingga datang waktu subuh.

" Qolbi?" Brian terbangun saat meraba ranjang disampingnya tidak ada Fatma disana. Brian ketakutan, dia lalu berjalan keluar kamar dan mencari ke dalam kamar anak-anaknya.

" Dimana kamu, Zahirah?" tanya Brian ambigu saat tidak juga menemukan Fatma.

Zabran bangun dari tidurnya dan membangunkan Iza karena mereka akan shalat subuh berjama'ah. Sementara Brian mengitari rumahnya dan hatinya tersayat saat melihat istrinya sedang duduk di mushalla sambil melantunkan ayat suci Al Qur'an. Brian tertegun melihat istri yang telah dikhianatinya. Dia lalu berjalan kembali ke kamarnya untuk mandi junub sekali lagi, berharap agar semua sisa-sisa kotoran dirinya dan Vero yang menempel pada tubuhnya bisa hilang tak berbekas. Tapi Brian merasa frustasi saat melihat banyaknya kissmark di tubuhnya yang dibuat oleh Vero. Brian merasa jijik dengan tubuhnya, dia takut jika nanti Fatma akan melihat semua kissmark itu.

" Brengsek lo Ve!" kata Brian marah.

Semua telah berkumpul di mushalla dan bersiap untuk melakukan shalat jama'ah dengan Pak Wanto sebagai Imamnya.

" Allahu Akbar!" ucap Wanto.

Tiba-tiba Brian menggelar sajadahnya dan berdiri disamping Zabran, Ujang dan Aji. Semua yang melihat terkejut dengan kehadiran Brian yang tiba-tiba. Fatma yang melihat suaminya berdiri di atas sajadahnya menghela nafas panjang.

Shalat berlangsung dengan khusyu' dan diakhiri dengan dzikir juga do'a. Wanto yang berbalik dari duduknya terkejut melihat majikannya duduk di deretan makmum. Wanto merasa tidak enak hati, karena selama ini yang menjadi imam di rumah itu adalah Brian.

" Tuan!" sapa Wanto lalu mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

Brian hanya tersenyum melihat Wanto.

" Daddyyyyy!" teriak Iza lalu berlari memeluk tubuh kekar Brian.

" Princess!" balas Brian mengecup rambut putrinya.

" Ja kangen!" ucap putrinya sambil menangkup wajah Brian.

" Daddy juga kangen, Princess!" balas Brian.

" Kamu nggak kangen sama daddy, Zab?" tanya Brian melihat putranya yang menatap dirinya.

Ya Allah! Jika memang ini adalah jawaban dari do'a hamba, hamba akan menerima dengan ikhlas! batin Fatma melihat sikap Brian yang telah kembali hangat pada putra-putrinya. Semua akhirnya kembali seperti semula, hanya saja ada sesuatu yang membuat Fatma masih merasa mengganjal di hatinya.

Selama seminggu ini Fatma dan Brian melakukan pengobatan untuk putra mereka yang bungsu. Brian membawa Zibran ke Luar Negeri untuk memeriksakan bayi itu agar mendapatkan pengobatan yang terbaik.

" Semoga disini Zibran bisa sembuh!" ucap Brian pada Fatma.

Saat ini mereka sedang di Apartement Brian yang ada di Jerman. Mereka sementara harus meninggalkan putra-putri mereka untuk mencarikan Zibran dokter yang hebat.

" Aamiin!" jawab Fatma.

" Aku merindukanmu!" bisik Brian pada Fatma yang berdiri didekat Box putranya yang sedang tertidur.