Chereads / SEASON 2 TERANG DALAM GELAPKU / Chapter 8 - KEBODOHAN 2

Chapter 8 - KEBODOHAN 2

" Aku tidak..."

" Baby! Aku tahu! Tapi aku lihat saat ini kamu membutuhkannya! Hanya sedikit saja!" bisik Vero yang telah menghempaskan pantatnya untuk duduk di pangkuan Brian.

" Jangan seperti ini, Ver...aku..."

" Ssshhhh! Minum saja! Aku hanya duduk saja, tidak akan macam-macam!" rayu Vero.

Brian merasa ragu untuk meneguk minuman itu, dia hanya menatap gelas itu dengan kosong.

" Apa Zahirah marah lagi?" tanya Vero memancing Brian.

Vero sangat mengenal Brian yang saat ini sedang bersamanya luar dan dalam, karena itu Vero langsung memprovokasi pria itu. Brian yang mendengar nama Fatma, dengan amarah yang memenuhi rongga dadanya segera meneguk minuman itu dengan cepat. Hawa panas memenuhi rongga kerongkongannya yang lama tidak tersentuh minuman keras.

" Beri aku lagi!" kata Brian datar.

" Tapi, baby..."

" Ve!" ucap Brian menggeram menahan amarah.

" Iya, baby!" ucap Vero lalu menuangkan sedikit demi sedikit isi dalam botol itu hingga habis.

Sebotol minuman telah habis diminum oleh Brian, membuat bukan hanya kerongkongan tapi juga tubuh pria itu terasa panas. Vero perlahan tapi pasti mengambil gelas milik Brian dan meletakkannya di atas meja bersamaan dengan botol yang kosong di tangannya. Vero menatap wajah Brian yang memerah dan terpejam. Dengan penuh kelembutan wanita itu mengusap wajah Brian, dan Brian hanya diam saja, malah seakan menikmati sentuhan Vero. Vero meraih tangan Brian dan meletakkannya ke kedua pahanya yang telah polos karena dia menarik ke atas lingerie miliknya.

" Baby!" bisik Vero dengan sangat lembut dan terdengar seksi di telinga Brian.

" I miss you so much!" rayu Vero yang perlahan membuka kancing kemeja Brian tanpa pria itu sadari.

" Hmmmm!" sahut Brian masih dengan mata terpejam.

Vero merasa mendapatkan angin dengan sikap diam Brian. Perlahan tangannya menyusup ke dalam kemeja Brian dan dia mengusap dada pria itu. Brian merasa tubuhnya bergetar, Vero semakin berani dengan memainkan pucuk dada Brian dan menggosok-gosokkan miliknya ke milik Brian.

" Hmmmmm!" geram Brian.

Vero langsung melumat bibir Brian dengan cepat dan Brian membalasnya dengan sangat bernafsu. Semakin lama keadaan semakin terasa memanas, Brian juga dengan santainya membalas ciuman dari Vero. Vero merasa mendapatkan angin segar dengan semua reaksi yang diberikan Brian. Vero semakin berani dengan turun dari pangkuan Brian dan membuka seluruh pakaiannya. Brian menelan salivanya, dia melihat keseksian tubuh Vero yang memang melebihi istrinya. Fatma yang telah melahirkan 3 anak memang tidak lagi seksi seperti dulu saat dia masih gadis, sehingga Brian merasa sangat berhasrat melihat tubuh indah Vero yang masih saja sama seperti terakhir kali dia melihat, bahkan sekarang malah semakin berisi dan membesar di beberapa tempat.

" I'm yours, baby!" bisik Vero di telinga Brian lalu mencumbu pria itu dengan panas.

Brian telah menghancurkan kepercayaan Fatma dan juga keluarganya, setan dan nafsu telah menguasai dirinya. Brian dengan panasnya membalas bahkan mencumbu Vero dengan keras.

Pyarrrrrrr!

" Astaughfirullahaladzim!" ucap Fatma saat tanpa sengaja menyenggol foto pernikahannya dengan Brian.

Tubuhnya bergetar melihat bingkai foto yang pecah berkeping-keping itu. Ya Allah, pertanda apakah ini? batin Fatma

" Ustadzah?"

" Tolong bersihkan sebelum anak-anak menginjaknya!" kata Fatma.

" Iya, Us!" jawab Ita.

Bersamaan dengan itu Zibran menangis dengan keras dan membuat Fatma tersentak kaget. Dengan cepat dia berlari menuju ke box tempat Zibran menangis dan menggendongnya.

" Anak umi kenapa? Apa lapar lagi?" tanya Fatma ambigu, karena baru saja dia menyusui Zibran dan menidurkan bayi mungil itu. Tapi tangis Zibran tidak juga berhenti, membuat Fatma panik.

" Kamu kenapa, nak? Apa ada yang membuatmu resah? Maafkan Abi dan Ummi, sayang! Ummi janji akan memperbaiki kesalah pahaman ini dan keluarga kita akan kembali utuh kembali!" ucap Fatma pada putra bungsunya. Fatma lalu menimang-nimang Zibran sambil menyusuinya dan akhirnya setelah cukup lama menangis dan menyusu, bayi tampan itu tertidur dalam gendongan Fatma.

Fatma menatap putranya itu dengan nanar, tanpa disadarinya airmata menetes di kedua pipi mulusnya. Ingatannya kembali pada ucapan Dokter Ferry beberapa minggu yang lalu.

" Maaf, Ustadzah! Bayi Zibran mengalami kekurangan pada indra pendengarannya!" ucap Ferry, Dokter spesialis anak kenalan Fatma. Bagai tersambar petir disiang hari, Fatma merasa tubuhnya luruh mendengar hal itu.

" Apa...tidak bisa disembuhkan?" tanya Fatma dengan mata berkaca-kaca.

Bayi mungilnya, harus mendapatkan takdir yang memilukan dari Allah SWT.

" Jika Ustadzah setuju, kita akan berusaha untuk melakukan beberapa terapi obat dan juga alat. Mudah-mudahan semua usaha kita bisa berhasil dengan baik!" kata Ferry.

" Aamiin! Saya harap Dokter bersedia membantu kesembuhan putra saya!" kata Fatma sambil mencium kening putranya.

" Ini semua salahmu! Seandainya kamu tidak menungguku, dia tidak akan cacat!" teriak Brian beberapa hari yang lalu saat Fatma menceritakan kekurangan Zibran.

" Cukup! Dia putra kita! Dia sangat membutuhkan perhatian kita!" potong Fatma marah.

Dia tidak habis pikir akan ucapan Brian yang menurutnya kasar.

" Anak cacat!" ucap Brian lagi.

Fatma sangat kecewa melihat raut wajah Brian yang sepertinya menyesal memiliki seorang putra yang memiliki kekurangan.

" Ustadzah!" panggil Ita.

" Ya?" jawab Fatma yang berdiri dipinggir Box Zibran.

" Sudah waktunya shalat Azar! Anak-anak sudah menunggu di mushalla!" kata Ita.

" Astaughfirullah! Iya! Tolong jaga Zibran dulu!" kata Fatma.

" Iya, Us!" jawab Ita yang memang kebetulan saat itu sedang datang bulan.

Fatma kemudian pergi ke kamarnya dan mengganti pakaiannya dan menuju ke mushalla di samping rumahnya. Setelah shalat dan mengaji bersama anak-anak dan juga penghuni rumahnya, Fatma duduk di dalam kamarnya. Dia menghela nafas panjang, sudah beberapa minggu mereka tidak lagi shalat berjamaah bersama Brian. Sekali lagi dia menyingkirkan ego dan rasa kecewanya pada ayah dari anak-anaknya itu demi kelangsungan rumah tangganya. Fatma meraih ponselnya sambil duduk disofa ruang tidur putranya. Ditekannya nomor suaminya, karena dia ingin bicara dari hati-ke hati dengan Brian.

Tuttttt! Tuttttt! Nada panggil berbunyi dari ponsel Brian.

Sekali lagi Fatma mendial nomor suaminya itu, kali ini dengan mode video.

" Halo!"

Deg! Jantung Fatma seakan terlepas dari tempatnya saat mendengar suara seorang wanita keluar dari ponselnya dan sebuah gambar tangan dan rambut seorang wanita.

" Halo! Siapa ini?" tanya wanita itu yang sepertinya tidak sadar jika Fatma melakukan video call.

Fatma bergeming dari tempatnya, matanya berkaca-kaca dan bibirnya bergetar menatap layar ponselnya.

" Baby! Ada telpon! Bangunlah!" kata wanita itu.

Fatma bisa melihat dengan jelas wajah Vero dengan rambut berantakan dan mata setengah terbukanya. Dan...wajah Brian yang terpejam di sebelah Vero.

" Baby!" panggil Vero lagi.

" Hmm! Siapa?" tanya Brian.

Jderrrrr! Bagai kilat menyambar tubuhnya, Fatma meneteskan airmatanya mendengar suara suaminya dan tubuhnya bergetar memegang ponselnya.

" Aku nggak tahu! Dia diam aja!" kata Vero.

" Matikan saja! Aku mengantuk!" kata Brian.

" Aku juga baby! Kau membuatku sangat kelelahan dan tubuhku sangat remuk!" kata Vero tanpa mengetahui jika ponsel Brian masih menyala.

Ponsel itu diletakkannya kembali di atas nakas dan dia memeluk Brian dengan erat sambil memainkan dada pria itu.

" Kau akan membangunkannya, Ve!" ucap Brian.

" Aku hanya memelukmu, baby!" kata Vero manja.