Setelah memberi obat luka ke kaki Bora, Fury meletakan kembali ke tempat asal nya di sebuah kotak yang ia taruh di dalam kamar nya.
Bora yang merasa baikan mencoba berjalan walaupun tidak se tegak sebelum nya. Ia berjalan sedikit tertatih tatih. Lutut nya awal nya lurus, sekarang sedikit di tekuk. Kalau di paksa di buat lurus. Tambah keluar lagi darah nya.
Bora jalan menuju kamar Fury dengan sedikit menekuk lutut nya seraya mendesis kesakitan.
Fury melihat sahabatnya kesusahan sewaktu jalan, mencoba menawarkan diri untuk membantu nya.
" Kalau jalan nya masih kesusahan bagaimana malam ini nginap di rumah gue. Atau enggak gue antar elu menggunakan mobil elu, gue yang nyetir " ujar Fury yang baru saja membersihkan sofa kecil nya yang berada di bawah kasur nya.
Bora yang hendak duduk di bawah kesusahan sampai sampai meraba memegang dinding.
" Duduk di ranjang gue aja Ra. Kan kaki elu bisa elu luruskan " mengambil jajan yang ia simpan di loker bawah meja.
" Tolo* kalau gue luruskan yang ada tambah parah fur. Ini aja nahan perih " mencebikkan bibir nya.
" Ya udah elu duduk di sini aja di jamin elu bisa duduk dengan nyaman " menunjukan ke arah sofa kecil yang baru saja ia bersihkan dari beberapa tumpukan baju kotor.
Yang tadi nya kesusahan duduk di bawah, Bora memutuskan pindah ke arah sofa. Dari pada ia kesusahan duduk di bawah, mending ia duduk di sofa ya walaupun kecil tapi masih bisa lah menopang berat badan nya.
" Fyuhh...." Bora menghela nafas sejenak.
" Jadi gimana dengan cerita tadi yang sempat lama ter jeda " ujar Fury seraya telungkup di atas kasur. Dengan kedua kaki nya ia tekuk ke atas.
" Omongan ku dan pengelihatan ku belum tentu seratus persen akurat. Jadi elu harus pandai pandai menerima masukan, ini cuman cuman gambaran aja. Selebihnya elu harus mencari tau fakta sebenarnya tentang pacar elu, cepat atau lambat pasti terbongkar. Pepatah pernah berkata se pandai pandai nya menyimpan bangkai akan tercium bau nya dengan sendirinya. So kalau sudah terbukti akurat tindakan elu selanjutnya apa? "
" Putus lah " dengan cepat Fury mengucapkan kata putus tanpa harus berpikir dua kali.
" Ngapain coba mempertahankan cowok model begituan, enggak banget deh. Mending cari yang baru apa enggak cari yang sugar deddy " ucap Fury sembari memainkan kedua alis nya naik turun.
" Kalau dapet umur empat puluhan mau elu " timpal Bora.
" Kalau mesin nya masih bagus. Ayo lah gas aja "
" Hahaha....ada ada aja lu " mereka berdua tertawa bersama.
" Ngomong ngomong elu sama pacar mu itu sudah berapa tahun pacaran? " memutar tubuh nya menghadap.
" Udah tiga tahun sih tapi kok dia bisa tega ya sama gue. Salah gue dimana coba Ra " menelungkup kan wajah nya ke kasur.
" Elu enggak salah fur. Yang salah laki elu, udah tau sudah punya pacar masih getek sama cewek lain " menenangkan Fury dengan mengelus kepala dengan lembut.
" Gue udah bela belain tetap setia sama dia, kok balasan nya gitu. Sakit hati gue Ra sakit " Isak tangis Fury pecah dengan suara tersedu sedu.
" Udah udah jangan nangis terus apa enggak kasihan sama mata elu, kalau elu nangis terus yang ada tambah bengkak " Bora beranjak dari duduknya untuk menghampiri Fury yang tengah bersedih, tapi bel rumah berbunyi. Bora yang hendak berdiri, langsung di cegah oleh Fury, biar gue aja. Elu duduk di sini.
" Tapi kan elu masih nangis, kalau ada yang curiga gimana " menatap Fury yang berdiri di tengah tengah pintu kamar.
" Gampang bilang aja lagi nonton film yang sedih sedih. Beres kan " sebelum membuka kan pintu ruang tamu. Fury melangkahkan kaki nya menuju meja rias guna menghapus sisa sisa air mata menggunakan tisu wajah.
Setelah dirasa sudah hilang, baru lah Fury menuju ruang tamu guna memastikan siapa sore sore yang mampir ke rumah Fury.
Fury berjalan membuka pintu dan ketika membuka nya , ternyata di depan teras sudah ada Putri sembari menenteng kantong plastik.
" Hay fur " melambaikan tangan nya.
" Elu ngapain ke sini? " tanya Fury yang tidak di gubris oleh Putri, ia langsung masuk ke dalam tanpa di persilahkan oleh tuan rumah.
Fury terbengong melihat tingkah sahabatnya.
" Woy main nyelonong aja " imbuh Fury sambil menutup kembali pintu ruang tamu.
*
Putri yang tiba tiba masuk ke dalam kamar Fury dikagetkan oleh keberadaan Bora yang tengah duduk di pinggir kasur sembari memainkan ponsel nya.
Putri yang hendak bertanya ke Bora ia urungkan. Karna tujuan nya mampir di rumah Fury hanya numpang kamar mandi. Selebihnya bonus entah itu masih pengen ngobrol sama Fury atau enggak makan bersama di dalam kamar.
Bora tidak tau menahu kehadiran Putri di kamar Fury. Hingga suara Fury dapat menghentikan aktivitas main ponsel.
Bora menengadah menatap Fury " apa sih fur dari tadi teriak teriak aja, sakit kuping gue "
" Hehe...sorry kelepasan. Oh ya Putri mana? " mata nya fokus ke segala arah.
" Putri? " tanya balik Bora.
" Iya Putri, elu tau orang nya di mana. Setau gue dia belok masuk ke dalam kamar gue, kok sekarang orang nya enggak ada. Elu umpetin di mana? "
" Di kolong meja " jawab dengan seadanya.
Fury mengikuti ucapan Bora tanpa ia sadari. Beberapa menit kemudian Fury baru menyadari betapa bodoh nya ia mencari Putri di kolong meja.
Fury menatap Bora " elu bo'ong ya "
Bora menatap balik dengan jawaban mengangkat kedua bahu. Setelah itu fokus kembali ke ponsel nya.
Fury mengusap kasar wajah nya " bodo* nya gue ngikut omongan Bora "
Fury bangkit dari jongkoknya, berjalan menuju kamar mandi karna ia ingin buang air kecil. Sampai di depan pintu kamar mandi, Fury hendak mendorong pintu tiba tiba tidak bisa.
" Kok enggak bisa di dorong sih " memutar kenop pintu kamar mandi.
" Coba di dobrak fur, siapa tau pintu nya lagi seret " Bora beranjak dari ranjang tidur Fury berjalan menuju tepat berdiri nya Fury. Walaupun sedikit nyeri di lutut Bora tetap membantu Fury membuka pintu kamar mandi.
" Gimana masih belum bisa di buka " tutur Bora yang sudah berada di belakang Fury.
Fury menoleh " belum "
Tiba tiba pintu kamar mandi terbuka, seolah olah ada yang menarik nya dari dalam.
" Lah kenapa berdiri disini mau ngantri ke kamar mandi " tanya Putri dengan nada datar seolah olah tidak terjadi apa apa.
Fury melotot kan kedua mata nya seraya berkacak pinggang " sejak kapan elu ada di dalam "
" Sejak tadi lah "
" Emang enggak di kasih tau sama Bora " Putri menatap mengarah ke Bora.
Bora pun mengerutkan keningnya " aku " sambil menunjuk diri nya.
Fury berbalik menatap Bora " kenapa enggak ngomong dari tadi sih "
" Mana gue tau fur dari tadi gue main ponsel jadi enggak tau ada orang masuk "
" Dah sono masuk ke dalam keburu ngompol di sini " mendorong tubuh Fury masuk ke kamar mandi. Kemudian Bora menarik pintu agar pintu tertutup.
Bersambung...