Chereads / Kaulah penyelamat hidup ku / Chapter 29 - Pulang ke rumah

Chapter 29 - Pulang ke rumah

Beberapa menit kemudian pesanan mereka berdua telah habis tak tersisa sedikitpun di atas piring maupun mangkok. Alex maupun Bora sama sama kekenyangan akibat makan dengan porsi banyak. Mereka tak berdaya di kursi masing masing dengan tangan nya mengelus perut.

" Wah makanan di sini enak semua. Tidak ada masakan yang tidak enak " menumpuk piring kotor menjadi satu.

Alex memundurkan kursi sedikit, lalu bangkit dari duduknya " yuk pulang udah malam " sambil menenteng pesanan orang rumah.

" Bentar dulu kak, masih begah nih perut gue " enggan berdiri.

" Ikut gue atau gue tinggal elu di sini " menarik lengan Bora untuk segera pergi dari sini.

*

" Assalamualaikum " sapa Bora ketika sudah sampai di mansion. Bora mendapati suasana sepi di dalam mansion. Sebelum masuk ke kamar nya , Bora berbelok menuju dapur untuk menyimpan pesanan bunda di meja dapur.

Tak di sangka ternyata di sana sudah ada bunda , ayah dan kak Dion. Mereka duduk membelakangi Bora, jadi mereka tak tau kalau Bora sudah tiba.

Suara langkah kaki di tambah aroma harum masakan mampu menyadarkan mereka.

" Lama sekali " ucap bunda menghampiri Bora yang baru saja masuk ke area dapur.

" Antri Bun jadi lama "

" Kita di sini sudah nunggu lama " bunda meletakan pesanan nya di atas meja dapur. Sebelum memakan nya bunda sudah menyiapkan mangkok dan juga piring. Di dapur terdapat meja dapur yang khusus untuk makan jadi tidak akan terganggu dengan ada nya kompor dan tempat cuci piring.

" Kirain udah pada tidur semua " Bora ikut bergabung duduk di sebelah bunda nya.

" Ya belum lah, perut kita belum terisi jadi pantang untuk tidur duluan " sahut ayah.

" Alex mana? enggak ikut gabung di sini " ucap Dion sembari membuka wadah styrofoam yang isi nya kupat tahu.

" Langsung ke atas " Bora mengambil sendok yang masih bersih. Ia ingin mencoba kupat tahu milik Dion.

Hap....

Bora mengunyah secara perlahan guna menikmati rasa di kupat tahu milik Dion.

Bunda tak kalah senang hati nya mendapatkan pesanan yang sudah lama ia idam idamkan, bunda sudah sedari tadi menyiapkan mangkok yang ukuran nya sangat besar yang bisa menampung makanan yang jumlah nya sangat banyak.

Bunda mencampur rata bakmi ayam spesial menggunakan sumpit dari bambu. Yang bunda kangen in adalah toping ayam yang begitu melimpah dan tidak pelit di atas bakmi di campur dengan irisan daun bawang tak lupa bunda menaburi bawang goreng.

Beh....membayangkan saja sudah lapar.

Baru satu suapan rasa sensasi kenyal mie yang begitu nikmat. Rasa begitu sangat pas ada rasa gurih , manis dan sedikit pedas sangat cocok untuk suasana malam hari apalagi di tambah cuaca hujan rintik rintik.

" Hmmm....enak " menyeruput kembali bakmi ayam.

Semua orang memandang bunda yang lagi asik menyeruput bakmi. Seperti orang yang tak pernah makan tiga hari.

" Enak Bun? " tanya Bora sembari memandang bunda yang lagi makan.

" Hmmm...." bunda hanya mampu berdehem karna di mulut nya masih mengunyah bakmi.

Suami nya yang berada di depan nya hanya geleng geleng kepala melihat kelakuan istri nya yang sudah ketemu dengan makanan yang enak.

Ayah menyendok kupat tahu menggunakan sendok bebek yang dari plastik.

" Dari mana aja kamu nak? " tanya ayah yang baru menelan makanan nya.

" Pagi ngajar nari , siang makan di cafe sama Fury sore mampir ke rumah Fury dan malam nya mampir beli makan sama kak Alex " meraih gelas kosong karna Bora sedikit kehausan.

Menyimpan kembali gelas kosong yang habis ia pakai " jadi kalian menunggu di sini sampai berapa jam"

" Satu jam lebih " ucap Dion sambil mengunyah kupat tahu.

" Oh..." mengangguk paham.

Bora berdiri dari duduk nya.

" Mau kemana " tanya bunda yang mau mengambil air minum.

" Mau mandi "

" Ya udah sana mandi nya pakai air panas biar enggak kedinginan terus langsung bobok jangan bergadang "

" Iya Bun " ucap Bora yang baru melangkahkan kaki nya.

Tiga detik kemudian ia membalikan badan " Bun sisakan bakmi nya Bora mau, jangan di habiskan " tak lupa mengacungkan dua jempol ke arah bunda.

Bunda menjawab dengan gelengan kepala pertanda tidak ada yang boleh meminta.

" Halah..." kedua bahu Bora merosot ke bawah seolah tidak punya tenaga, ia melanjutkan langkah yang sempat terhenti. Dari dapur menuju tangga dengan langkah nya sedikit lunglai.

" Sss ..." Bora mendesis karna ia tidak sengaja meluruskan lutut kanan nya jadi luka yang tadi sedikit mengering kini basah kembali, darah yang dari dalam keluar begitu saja.

Ia mencoba menaiki anak tangga dengan perlahan yang biasa nya tidak memegang pinggiran tangga. Kini ia memegang, kaki kanan ia angkat sedikit sewaktu naik ke anak tangga hingga anak tangga paling atas.

" Fuuh..." mengusap keringat yang ada di dahi nya menggunakan punggung tangan.

Alex yang baru saja selesai mandi niat nya akan pergi ke bawah untuk mengambil segelas air karna merasa haus. Tapi langkah kaki terhenti ketika melihat Bora yang jalan nya sedikit pincang.

Mata Alex langsung tertuju ke lutut kanan yang sedang di perban tapi yang membuat ia shock cairan warna merah keluar yang mengakibatkan warna perban berubah menjadi merah darah.

" Astaga " Alex langsung menggendong Bora masuk ke dalam kamar.

Alex mendudukkan Bora di atas ranjang, ia mengintari ranjang untuk mengambil obat luka yang tempat nya di dalam nakas. Setelah menemukan baru lah Alex menghampiri Bora yang masih setia duduk di pinggir ranjang.

" Kenapa bisa basah " perlahan Alex membuka perban.

" Tadi kan gue mau melangkah naik ke anak tangga, gue lupa kalau kaki kanan gue masih luka tiba tiba lutut gue rasa nya perih banget ternyata luka nya pecah " menunduk melihat Alex yang masih membersihkan luka nya.

" Tahan " menengadah menatap Bora. Alex memberi obat merah pas di pinggir luka dan sedikit di teteskan di tengah.

Bora menghentikan tangan Alex yang masih meneteskan obat merah.

" Kenapa? "

" Kalau di kasih obat sekarang rugi dong. Kan gue mau mandi "

" Kenapa enggak ngomong dari tadi anyin* " Alex mengambil kain kasa yang sudah usang lalu menekan luka di lutut Bora dengan gemas.

" Sakit goblo* " menabok lengan Alex.

" Terus gimana nih kalau kena air pasti perih " mengguncang kedua lengan Alex.

" Bentar " Alex keluar dari kamar Bora.

Tak lama kemudian, Alex datang sambil membawa satu plastik es buah yang berada di genggaman.

Bora memandang gantian ke arah plastik es buah kemudian ke wajah Alex.

" Buat apa plastik nya " memiringkan kepala.

Tanpa banyak bicara Alex langsung menutupi lutut Bora menggunakan plastik es buah, sebelum nya sudah dibaluti oleh kain kasa.

Bersambung...