Chereads / Kaulah penyelamat hidup ku / Chapter 35 - Apa mungkin?

Chapter 35 - Apa mungkin?

" Gimana udah beres? " tanya Leon saat Akara baru sampai dari ruang manajer.

" Hmmm...." menarik kursi kemudian mendudukkan pantat nya.

" Pasti yang punya ini ketar ketir " ucap Leon sembari melipatkan kedua tangan nya di atas meja.

" Eh kamu kan belum jawab pertanyaan ku "

" Nanti di rumah " balas Akara dengan singkat.

Tak lama kemudian makanan telah tiba beserta manajer di restauran yang ikut serta mengantarkan pesanan Akara.

" Silahkan tuan dan saya selaku penanggung jawab di sini minta maaf sebesar besar nya " mundur hormat.

" Ya terimakasih " ucap Aldi perwakilan Akara.

" Gini dong dari tadi " gumam Leon sembari membuka piring.

Hidangan yang disajikan oleh restauran ini tidak main main ada lima jenis makanan yang semua nya best seller.

Mereka bertiga langsung mengambil makanan yang sudah di sajikan di atas meja,.tanpa menunggu waktu lama menu yang di sajikan sudah habis, mereka hanya membutuhkan sekitar lima belas menit untuk sekedar mencicipi dan juga makan.

" Meja kasir sebelah mana? " tanya Leon yang baru selesai makan.

Akara memandang sekilas ke depan " tidak usah bayar ini gratis sampai tiga hari ke depan "

Ucapan Akara mampu mengagetkan Aldi dan juga Leon.

" Loh kok gratis terus yang pesan menu ini semua siapa dong. Kalau bukan kau "

" Ini sebagai tanda maaf dari manajer, beliau yang memilihkan menu ini " jawab Akara setelah menenggak air mineral.

" Oh " mereka berdua tampak mengangguk tanda mengerti tanpa mengeluarkan suara.

*

Kini Akara dan juga Aldi berada di parkiran mobil, mereka hendak masuk di hentikan dengan teriakan Leon yang berlarian ke arah mobil Akara. Akara memutuskan masuk ke dalam terlebih dahulu, sedangkan Aldi masih berdiri di samping pengemudi.

Leon yang baru sampai di depan mobil Akara di ikuti dengan nafas yang tersengal-sengal akibat lari dari luar restauran sampai di area parkir yang jarak nya lumayan jauh.

" Kenapa tuan berlarian " tanya Aldi sambil melihati Leon yang tengah mengatur nafas.

" Nebeng pulang, kan aku kesini naik taksi enggak bawa mobil " tanpa persetujuan dari Aldi, Leon langsung mengintari mobil Akara. Leon duduk di jok mobil depan tepat di samping Aldi. Sedangkan Akara sudah duduk terlebih dahulu di jok belakang.

" Kenapa kau enggak nunggu aku sih " memutar tubuh ke belakang.

" Kelamaan " jawab simpel dari Akara.

Mobil Akara melaju meninggalkan restauran dengan kecepatan sedang.

" Tuan Leon kenapa tidak membawa mobil? " Aldi memulai membuka percakapan yang sedari tadi hanya terdengar suara mesin mobil.

" Masih di bengkel " jawab Leon sembari memejamkan kedua matanya.

Lagi lagi mereka bertiga saling diam di dalam mobil , hingga tak menyadari bahwa mobil Akara sudah memasuki halaman mansion keluarga Akara.

Akara turun terlebih dahulu dan langsung di ikuti oleh Leon dan juga Aldi.

" Assalamualaikum" sapa Akara yang baru melewati pintu masuk ruang tamu.

" Wa'alaikumsalam " jawab art yang kebetulan membersihkan meja ruang tamu. Art tersebut kembali mengerjakan tugas nya membersihkan bagian ruang tamu.

Aldi langsung naik ke lantai dua guna menaruhkan dokumen kantor dan juga tas kerja Akara di ruang kerja pribadi yang letak nya bersebelahan dengan kamar Akara.

Akara dan juga Leon memilih duduk di ruang keluarga.

" Jadi gimana? " ucap Leon sambil menaikan kedua alis nya.

" Gimana apanya? " melepas jas kerja dan di simpan di punggung sofa.

" Ck tentang itu, masa udah lupa " meluruskan kedua kaki nya di atas meja.

" Oh itu " Akara baru mengingatnya " jadi gimana aku sakit apa? "

Pertanyaan Akara mampu membuat Leon terkekeh kembali.

" Ada apa dengan mu sih sedari tadi cengengesan aja" menatap tajam.

" Ok ok kalem dulu dong. Aku rasa kau sedang jatuh cinta dengan cewek itu namun kau belum menyadari nya, ya walaupun kau pernah jatuh cinta tapi itu ujung ujung nya di khianati " ejek Leon.

" Kau itu menasehati ku apa mencemooh " menggulung baju kerja sampai batas siku.

" Kalau bisa sih dua dua nya " Leon cepat cepat menghindar dari Akara yang sudah bersiap melempar remote tv.

" Omong sekali lagi biar remote tv melayang ke wajah mu " Akara sudah memegang remote tv.

" Jangan gitu dong tadi hanya bercanda aja jangan di buat serius " Leon pindah posisi agar aman terhindar dari serangan Akara.

" Kalau gitu bicara yang benar , jangan membicarakan masa lalu " ucap Akara dengan nada kesal karna masa lalu yang sudah berlalu di ungkit kembali.

" Ok " Leon menggerakkan tangan nya seolah mulut nya di kunci.

" Fuuh.. aku enggak mungkin jatuh cinta sama dia " menyandarkan punggung nya yang mulai pegal.

" Tapi itu sudah sangat jelas bahwa kau sedang di fase kasmaran " melipat kedua kaki nya di atas sofa sembari menumpukan bantal sofa di paha nya.

" Itu sangat tidak mungkin Leon " Akara tetap dengan pendirian nya bahwa dia merasa tidak jauh cinta.

" Kalau begitu coba kau berdekatan lagi dengan cewek itu seperti tak sengaja menyenggol lengan nya atau sekedar mengobrol biasa " Leon memberi masukan ke Akara.

" Apa menyenggol lengan nya " membuka meta nya lebar lebar.

" Itu sudah pernah yang ada bawaannya adu mulut antara aku sama dia " menggeleng kepala.

" Apa kau tidak merasakan getaran walau secuil pun di dalam hati mu "

Akara menggeleng mantap.

Plak!

Leon mengusap kasar wajah nya " susah kalau ngomong sama yang mati hati "

" Mungkin kau belum menyadari nya lambat laun kau akan menyadari nya "

Akara mencoba memahami ucapan Leon." Kau sendiri kapan nikah kan tahun ini usia mu sudah dua puluh delapan tahun "

" Kalau masalah itu gampang nanti kalau udah waktunya ketemu jodoh akan di permudah jadi nikmati masa masa kerja karna nikah butuh modal bukan hanya soal cinta doang " ujar Leon sembari membenarkan bantal sofa.

" Mau ngapain " tanya Akara.

Leon yang hendak rebahan " mau tidur capek badan ku "

" Jangan " Akara menghampiri Leon yang posisi nya mau rebahan.

" Jangan apa nya? " mengerutkan dahinya.

" Jangan di situ tidur nya sana di kamar tidur tamu " menarik tangan Leon hingga Leon terpaksa bangun.

" Enggak mau mau nya di sini aja udah pw " Leon enggan berdiri ia memilih tidur di ruang keluarga.

Akara memilih naik ke lantai dua menuju kamar nya. Badan Akara terasa remuk kalau tidak cepat cepat di istirahat kan. Sampai di dalam kamar Akara melepas dulu kemeja kantor berserta celana kain yang berwarna navy yang senada dengan warna jas kerja.

Akara meletakan baju kotor di ranjang yang khusus buat naroh baju kotor tepat nya di samping pintu kamar mandi, Akara hanya menyisakan boxer. Sebelum mengistirahatkan tubuh nya Akara memilih berendam air hangat di bathtub agar tubuh nya relax.

Akara berjalan menuju kamar mandi sembari membawa handuk besar yang mampu menutupi seluruh tubuh bagian bawah nya. Akara mengisi bathtub dengan air hangat yang di tambah kan aroma terapi.

Setelah menunggu beberapa saat akhirnya air hangat yang di dalam bathtub sudah terisi penuh hingga batas dada. Perlahan kaki Akara menyentuh air hangat, ia mendudukkan tubuh nya dengan hati hati.

Tangan nya meraih sabun mandi yang busa nya sangat berlimpah yang bentuk nya seperti bola tenis lapangan.

Plung....

Perlahan air panas berubah menjadi warna biru karna sudah tercampur dengan sabun. Akara benar benar merasakan relax sembari memejamkan kedua mata nya.

Bersambung...