Mereka bertiga telah menyelesaikan makan siang bersama di dalam ruang kerja anak nya, mama Akara yang hendak membersihkan rantang stainless yang sudah kotor di cegah oleh anak nya.
" Biar Aka panggilkan OB aja, mama cukup istirahat di sini aja apa kalau mau rebahan bisa di kamar pribadi Aka " Akara bangkit dari duduk berjalan menuju meja kerja untuk memanggil ob melalui telpon kantor.
Tak lama kemudian seorang OB mengetuk pintu.
" Masuk " panggil Akara.
" Ya pak ada perlu apa yang bisa saya bantu " menunduk kepala sesaat setelah memasuki ruangan kerja Akara.
" Tolong cuci kan rantang yang ada di meja itu kalau sudah bersih di letakan di meja kerja saya " titah Akara menyandarkan pinggul nya di tepian meja kerja.
" Baik pak " OB laki laki itu lantas mengambil semua rantang stainless setelah itu meja yang bekas untuk makan di bersihkan menggunakan kain lap. Di rasa sudah bersih semua baru lah ia mengundurkan diri.
" Papa tadi mau kemana mah? " Akara memilih duduk di samping mama nya.
" Kata nya mau ketemu teman nya maklum udah tidak lagi kerja di sini " mengambil majalah bisnis yang letak nya di bawah meja.
" Kenapa papa cepat banget pensiun, bukan nya umur segitu masih kuat berkerja? "
" Setau mama sih kata nya pengen istirahat dari dunia kerja mau bersenang senang di rumah , bisa sepuas nya main golf bersama teman nya tanpa memikirkan besok meeting sama siapa tugas udah pada kelar apa belum " tutur mama Akara sembari membalik lembaran demi lembaran majalah bisnis yang ia pegang.
" Kebiasaan main golf nya enggak ketinggalan " gerutu Akara bersidekap dada dengan punggung nya di sandarkan di sofa. Tatapan mata menatap pintu yang tengah tertutup rapat. Hingga ia bisa melihat ada bayangan orang yang mau membuka kenop pintu.
Tok....
Tok....
" Permisi tuan " Aldi membawa dua map yang di lihat dari kejauhan, di dalam ada lebih dari tiga lembar kertas.
" Jangan bilang ada kerjaan tambahan " tatapan mata Akara mengikuti arah Aldi berjalan sampai berhenti di hadapan nya.
" Bisa di bilang benar tuan " menyimpan di atas meja.
" Ini cuman mengoreksi sama minta tanda tangan tuan Akara saja " Aldi tidak menyadari kalau nyonya besar ada di samping tuan Akara duduk.
" Ada perlu apa nyonya datang kemari? "
Mama Akara mendengar pertanyaan Aldi sontak menurunkan majalah yang menutupi muka nya " saya sama suami makan siang di sini bersama anak ku "
Meletakan majalah di atas pangkuan nya , tangan kanan meraih satu wadah yang bersisi makanan yang isi nya sama sewaktu makan siang " ini buat mu dimakan jangan di buang " dengan senyuman setipis kertas.
" Makasih nyonya saya tidak akan membuang masakan yang di buat langsung oleh nyonya besar " menerima pemberian mama Akara.
" Kalau begitu saya ijin makan siang dulu tuan " berdiri dari duduk sofa sambil membawa wadah pemberian dari mama Akara.
" Kenapa minta ijin segala ke saya, makan tinggal makan apa susah nya. Kayak mau kemana aja kan ini waktu jam makan siang. Kalau makanannya udah habis kau bisa pulang terlebih dahulu "
Aldi mengangguk mengerti " baiklah tuan saya senang mendapatkan bonus dadakan " Aldi keluar dari ruangan Akara sambil bersiul ria. Siulan Aldi dapat di dengar dari dalam ruangan walaupun orang nya sudah di luar ruangan.
" Tingkah asisten mu di luar dugaan " ujar mama Akara yang masih melihat majalah bisnis.
*
Dua jam telah berlalu karyawan dan karyawati di perusahaan Akara telah pulang dari satu jam jam yang lalu begitu juga orang tua Akara sudah pulang terlebih dahulu , sebelum jam pulang kantor. Di perusahaan hanya beberapa orang yang masih berkerja itu pun kejar target pulang nya bisa sore. Di lantai dasar sama lantai lima sudah tidak ada aktivitas orang berkerja hanya lantai enam yang paling atas masih ada sebagian yang sedang kerja.
Begitu juga dengan Akara ia memilih menghabiskan waktu nya dengan kerja walaupun besok hari weekend tetap kerja di rumah. Begitulah siklus hidup Akara yang sangat monoton tidak ada pelangi di hidup nya ada nya warna hitam dan putih.
Akara seorang diri di ruangan nya di temani dengan suara keyboard dan suara detik jam dinding, Akara masih tetap setia menatap layar komputer dan di sebelah nya layar laptop yang masih menyala.
Hingga beberapa menit kemudian Akara berdiri dari kursi kerja nya , merenggangkan otot otot tubuh yang terasa kaku menggerakkan badan ke kanan ke kiri, menggelengkan kepala kiri ke kanan di rasa cukup meregangkan otot tubuh baru lah Akara keluar dari ruang kerja nya.
Akara berjalan menuju Pantry kantor yang letaknya tidak terlalu jauh dari ruang kerja nya. Setelah sampai di pantry kantor ternyata ada orang yang tengah menunggu air panas di atas kompor namun Akara tidak mengetahui siapa orang itu karna posisi nya membelakangi Akara. Akara hanya mampu melihat rambut sepanjang bahu.
Akara mengambil gelas kertas yang di simpan di rak khusus penyimpanan gelas kertas , tutup gelas kertas dan juga sedotan , di samping tersedia kopi salset berbagai jenis kopi dan rasa , teh celup , susu kental manis salset. Ada juga kopi hitam di taruh di dalam toples kaca dan pantry kantor menyediakan gula pasir dan gula batu.
Akara mengambil satu gelas kertas , kemudian Akara memilih kopi salset yang di dalam nya sudah ada gula jadi praktis tinggal menuangkan air panas. Akara bergeser ke arah kanan untuk mengambil air panas di dispenser.
Currr....
Akara sedang menuangkan air panas ke dalam gelas kertas , di rasa sudah pas baru lah Akara menuangkan kopi salset ke dalam gelas kertas di aduk menggunakan sedotan kopi pipih setelah itu baru di kasih tutup kertas yang tengah nya ada lobang yang khusus untuk sedotan pipih.
Baru membalikan badan seseorang yang tadi menunggu air panas di kompor juga membalik badan jadi mereka saling berhadapan.
" Kamu!!... " ucap mereka serempak.
Orang yang sedang menunggu air panas di atas kompor ternyata Bora.
Bora cepat cepat membuang muka untuk menghindar tatapan Akara yang mana bagi dia menyeramkan , Bora mengambil langkah kaki untuk menghindari pertanyaan yang keluar dari mulut Akara sembari membawa mangkok plastik yang berisi mie kuah.
Akara tak menyangka bahwa diri nya bertemu kembali dengan Bora di ruangan yang sama dan jam yang sama , Akara menggelengkan kepala melihat tingkah Bora yang tengah ketakutan melihat diri nya.
" Itu orang kok aneh lihat muka ku kayak lihat hantu aja " menggeleng kecil seraya membawa kopi buatan nya sendiri. Ia memutuskan kembali ke ruang kerja untuk menyelesaikan tugas yang sisa sedikit.
Bersambung...
Jangan lupa like , subscribe dan sertakan komen yang positif agar author semangat membuat cerita perjalanan Akara dan Bora.