Chereads / Kaulah penyelamat hidup ku / Chapter 24 - Rumah Fury

Chapter 24 - Rumah Fury

" Udah nih terus arah mana lagi " berhenti di pertigaan sesaat sebelum melanjutkan perjalanan nya. Agar menghindar tubrukan.

" Ini masih terus Ra, gue ngikuti arah anak panah "

Bora menghembuskan nafas pasrah.

" Nah kita belok kiri nanti ketemu jalan raya " mata Fury berbinar setelah menemukan jalan raya.

" Oh ok " balas ku.

Ternyata ucapan Fury benar ada nya setelah muter muter di gang kecil, akhir nya bisa menemukan jalan raya yang tadi ia lewati oleh mobil Bora.

" Ini kan menuju arah bundaran patung itu kan " tanya Bora untuk memastikan bahwa arah jalan ini benar.

" Ya benar elu, hati hati loh di depan ada lampu merah " menunjukan secercah senyum tipis di bibir Fury.

" Ya iya gue tau " ucap Bora sembari manggut manggut.

Mobil Bora berhenti di lampu merah.

" Jam berapa ini fur " meletakan kedua tangan nya di belakang kepala, sebagai bantalan.

" Jam tiga sore "

" Wadau berarti tadi muter muter menghabiskan waktu hampir satu setengah jam " ujar ku sambil menutup kedua mata.

" He'em " Fury mencondongkan tubuh nya ke depan guna mengatur suhu AC di mobil agar terasa dingin dan segar.

Tin...

Tin...

Mobil di belakang mengkelakson mobil Bora agar cepat jalan.

" Ra lampu udah hijau, cepat jalan " menepuk pipi Bora.

*

" Nah ini baru benar Ra arah jalan rumah gue " mencubit gemas pipi Bora.

" Seneng sih seneng tapi enggak gini juga dong. Lagi enak enak nyetir pipi gue elu cubit " mengusap kasar pipi milik nya.

" Biarin dong " memalingkan wajah nya ke arah jalan.

" Habis ini masih lurus kan? " tanya Bora yang tidak mau tersesat seperti tadi.

" Yaa masih lurus, gue perhatiin elu lupa jalan rumah gue apa gimana " menatap tajam ke arah Bora.

Bora yang di tatap tajam oleh Fury tiba tiba merasa kikuk sendiri. Ia mengusap tengkuknya sembari menampilkan cengirnya.

" Hmm...sedikit lupa lupa ingat " ucap Bora yang mana mendapatkan tonyoran dari Fury.

" Cah edan, sak karep mu kono "

Tak terasa mobil Bora sudah sampai di depan rumah Fury. Buru buru Fury melepas sabuk pengaman, meninggalkan Bora seorang diri di dalam.

Baru saja masuk ke dalam, Fury kembali lagi ke mobil Bora yang mana sang empu masih diam di dalam mobil.

Fury mengetuk kaca jendela mobil di bagian pengemudi.

Tok...

Tok..

" Buka kaca nya " terdengar teriakan Fury dari luar.

" Elu turun sendiri apa gue seret dari sini sampai kamar gue. Mau " ujar Fury saat kaca jendela mobil telah di buka dari dalam.

" Gimana mau gue seret? " ucapan Fury yang terdengar cukup serius dan tak main main.

" Ok gue turun sendiri " Bora memutuskan turun dari mobil.

Dengan langkah lunglai Bora menguatkan kaki nya menuju teras rumah Fury.

" Muka lu kok pucat Ra. Sakit kah " menempel kan tangan nya ke kening Bora.

" Enggak panas tuh " menarik kembali tangan nya.

" Yang ngomong sakit panas tuh sapa? gue sehat sehat saja. Hanya saja " menengok ke arah pintu.

Duk....

Duk....

" Fur " berlindung di belakang tubuh Fury. Seraya mengintip sedikit sedikit di sekitar ketiak Fury. Untung ketiak Fury tidak bau.

" Majikan elu pasti yang gedor gedor pintu " bisik Bora dengan posisi berlindung di balik tubuh Fury.

" Waduh apa makanan nya habis ya " Fury cepat cepat membuka pintu rumah nya.

Cklek...

Dan nampak lah hewan kaki empat dengan ekor nya ia kibas kibas ke segala arah. Dan dia lah pelaku yang menggedor gedor pintu dengan suara keras.

Guk....

Guk....

Jenis anjing yang di pelihara oleh keluarga Fury berjenis Pomeranian dengan bulu yang begitu halus, dengan warna bulu coklat sedikit bercorak warna putih.

" Mimi " panggil Fury kepada anjing nya. Dengan posisi jongkok ke bawah biar ia bisa memeluk anjing kesayangan nya.

Guk...

Anjing itu menjilat wajah Fury sembari mendusel dusel kan tubuh nya.

" Mimi udah makan " Fury mengelus bulu Mimi.

Guk....

Anjing Fury kembali menggonggong.

" Ayo kita masuk Ra " Fury menengok ke belakang. Ternyata Bora sudah menghilang entah kemana.

" Nambah kerjaan aja nih anak " Fury berdiri sambil menggendong Mimi. Ia meneriaki nama Bora sampai ke luar pagar yang mana di sana ada mobil Bora yang sedang terparkir.

" Ra Bora elu kemana sih. Jangan ngilang dong, capek gue harus main petak umpet " Fury terus meneriaki nama Bora.

Sampai anjing nya turun dari gendongan, kemudian ia menggonggong menatap mobil Bora.

Fury yang hafal dengan tingkah majikan nya. Sontak membuka pintu mobil di bagian belakang. Dan untung nya pintu mobil tidak di kunci dari dalam, itu sangat memudahkan untuk Fury buka.

Fury menarik gagang pintu mobil dan di dalam kedapatan Bora sedang mengumpat di balik kursi mobil pengemudi. Tubuh Bora meringkuk di bawah kursi. Kedua telinga nya ia tutupi dengan tangan nya sendiri.

Bora tak menyadari pintu mobil nya di buka dari luar oleh Fury.

Tangan Fury meraih punggung Bora yang sedang ketakutan.

" Ra yuk masuk ke dalam " panggil Fury dengan suara lirih agar tidak mengagetkan Bora. Walaupun dengan suara yang sangat lirih , Bora masih kaget sampai sampai lutut nya terbentur oleh besi yang berada di bawah kursi mobil.

" Aw..." Bora meringis kesakitan di sekitar lutut.

" Elu kesini sama majikan elu? " tanya Bora.

Fury menggeleng " udah masuk ke dalam. Yuk masuk ke dalam sekalian ngobatin luka lutut elu "

Bora mempunyai trauma sama hewan berkaki empat yang bernama anjing, entah itu anjing kecil maupun besar. Bora tetap takut, karna di masa kecil nya pernah dikejar anjing besar. Sampai Bora jatuh masuk ke dalam selokan yang ada air nya.

Alhasil tubuh Bora di lumuri oleh bau selokan di tambah ada tanah hitam di sekitar wajah , tangan dan sekitar perut. Dari situ Bora sangat takut terhadap anjing sampai Bora sudah dewasa.

" Tolong jauhkan anjing mu dari ku. Ku mohon " mata Bora sudah berkaca kaca.

" Iya Ra. Yang penting yuk keluar dari sini " Fury menuntun Bora keluar dari mobil nya. Sebelum beranjak pergi, Fury memastikan mobil Bora sudah di kunci melalui remote mobil.

" Pelan pelan jalan nya " Fury memapah Bora masuk ke dalam rumah nya.

Fury menuntun Bora sampai di ruang tamu. Fury mendudukkan Bora di sofa dengan posisi kaki nya di luruskan di sofa sedangkan punggung nya bersandar di punggung sofa.

" Bentar gue ambil obat merah sama perban " Fury beranjak pergi menuju kamar nya, yang letak kamar nya tak jauh dari ruang tamu.

Suasana rumah Fury tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Yang penting cukup untuk keluarga Fury.

Bersambung...

Jangan lupa klik tombol favorit , like serta komen yang bersifat positif.