"Sangat dekat bukan berarti berpacaran Angga. Asal kamu tahu saja, aku dan Radit hanya sebatas sahabat." ucap Jessy jujur dan hampir tertawa mengatakan itu. Bagaimana tidak? Sejak tadi wajah terkejut Angga membuatnya ingin terus tertawa.
"Hanya sahabat?" ucap Angga kembali membeo. Tak menyangka mendengar pernyataan ini, terjawab sudah pertanyaannya selama ini, terjawab sudah kebenarannya. Apakah Angga harus senang mendengar kebenaran ini? Tetapi untuk apa ia senang? Angga juga tidak tahu.
"Iya Angga, aku dan Radit hanya sahabat, tidak lebih. Dan sampai kapan pun tidak akan pernah berubah." ucap Jessy dengan nada yakin bahwa hubungannya dengan Radit akan tetap seperti itu. Walaupun ada yang mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan tidak akan pernah bisa sahabatan, pasti salah satunya akan ada yang jatuh cinta. Tetapi Jessy tidak percaya mitos itu, ia yakin dirinya dan Radit akan terus langgeng sebagai sahabat, tidak lebih.
"Kamu sahabatan sama Radit sejak kapan?" tanya Angga hanya iseng bertanya pada Jessy, kali saja Jessy mau menceritakannya kan? Tidak ada salahnya jika Angga ingin tahu.
"Hm… Aku sahabatan dengan Radit sudah dari sejak aku dan dia kecil, mungkin sebelum menginjak bangku taman kanak-kanak aku sudah bertemu dengannya, bermain, dan belajar bersama. Radit laki-laki yang cerdas, namun sayang…" ucap Jessy menggantungkan kalimatnya sambal menerawang, mengingat masa lalu Radit yang sangat kelam itu.
"Kenapa?' tanya Angga semakin ingin tahu. Sepertinya Jessy memang sangat mengenal Radit, jauh lebih baik dari dirinya mengenal Radit.
"Dulu keluargaku dan keluarga Radit sama-sama kaya raya. Sampai suatu ketika keluarga Radit gulung tikar karena ditipu habis-habisan oleh Klien hingga puluhan milyar, itu membuat semua harta kekayaan keluarga Radit ludes begitu saja, sehingga Radit dan keluarganya jatuh miskin." ucap Jessy mulai bercerita, dari awal mula kenapa ia bisa sedekat sekarang dengan Radit. Semua berawal dari sini.
"Lalu?" ucap Angga menahan nafasnya. Ia benar-benar terkejut dengan kenyataan ini. Ia tak menyangka jika Radit pernah mengalami cobaan seberat itu. Pantas saja Radit sangat tegar, ternyata Radit bisa menjadi setegar sekarang karena masa lalunya yang begitu sulit dan berat.
"Saat itu aku dan Radit masih di bangku SMA, kami sama-sama sekolah di SMA yang sama yaitu Garuda High School, salah satu SMA Swasta ternama di Bali, harga SPP perbulannya bisa sampai setengah harga motor metic keluaran terbaru asal kamu tahu." ucap Jessy mengatakan yang sebenarnya bahwa mereka dulu ada di sekolah yang sama, sekolah yang menduduki tempat termahal di Bali.
"Astaga aku baru tahu jika ada sekolah yang harga SPP-nya semahal itu, pasti sekolahnya mewah banget," ucap Angga menampilkan raut wajah terkejutnya. Bayangkan saja, harganya setengah dari harga motor metic? Sekolah macam apa itu?
"Iya ada. Saat keluarga Radit bangkrut, orang tuanya tak mampu membiayainya sekolah di Garuda High School, sehingga Radit memutuskan untuk pindah ke sekolah negeri biasa yang jauh lebih murah SPP-nya. Namun siapa sangka? Orang tuaku tidak setuju, orang tuaku yang kenal sangat dekat dan kenal baik dengan orang tua Radit, memutuskan untuk membiayai sekolah Radit hingga kami tamat dari Garuda High School." ucap Jessy lagi menceritakan semuanya tanpa ada yang di tutup-tutupi. Entah kenapa ia merasa sangat percaya dengan Angga. Ia merasa nyaman bercerita dengan Angga.
"Maaf jika aku lancang bertanya begini. Apakah itu orang tuamu lakukan dengan percuma? Atau ada imbalan di balik itu semua?" tanya Angga merasa semakin penasaran. Kenapa orang tua Jessy sangat baik pada Radit? Apakah itu karena permintaan Jessy sendiri? Dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan di kepala Angga yang ia sendiri tak tahu jawabannya.
"Orang tuaku lakukan itu karena orang tuaku merasa hutang budi pada sikap Radit saat itu." sahut Jessy dengan senyum manisnya, mengingat saat itu. Radit sangatlah baik padanya, sebenarnya orang tuanya mau bersikeras membiayai Radit juga berkat permohonannya, Jessy takut jika tidak ada Radit di sekolah, karena baginya Radit adalah pahlawannya.
"Hutang budi pada Radit? Memangnya apa yang Radit lakukan?" tanya Angga lagi semakin ingin tahu lebih jauh. Entah kenapa ia ingin banyak mengetahui tentang hidup Radit, yang ia tahu jika ia bertanya pada Radit pasti Radit tak mau memberitahunya. Radit tidak suka bercerita tentang masalah pribadinya, itulah yang ia tahu tentang Radit.
"Radit selalu ada untukku Angga, Radit seperti malaikat tak bersayap bagiku. Bahkan dulu Radit yang menolongku saat aku pingsan di sekolah. Aku Jessy yang sakit-sakitan, dan di sekolah Radit sudah seperti bodyguard ku. Radit menjagaku seperti kak Rio dan kak Aldi menjagaku. Radit juga sangat peduli dan sayang padaku seperti keluargaku menyayangiku." ucap Jessy dengan senyum lebarnya. Berbicara tentang Radit ia merasa bahwa ia tak ada habisnya berhutang budi pada Radit, bahkan sampai sekarang ia masih sering menyusahkan laki-laki itu.
"Radit memang laki-laki yang hebat, Radit juga selalu menolongku Jessy. Namun sayangnya aku bukan dari keluarga kaya raya yang bisa menolong Radit seperti kamu menolongnya disaat Radit membutuhkan bantuan." ucap Angga dengan wajah murungnya, ia tak tahu jika Radit juga hidupnya menderita sama sepertinya, namun kenapa Radit tak pernah bercerita tentang hidupnya pada Angga selama ini? Apakah Radit belum percaya padanya?
"Radit tak pernah memikirkan imbalan kok jika menolong seseorang, Radit laki-laki yang sangat tulus, aku tahu itu. Maka dari itu aku sangat sayang pada Radit, aku sudah menganggap Radit seperti kakakku sendiri." ucap Jessy dengan sejujur-jujurjnya, ia tak tah kenapa ia bisa sepercaya ini menceritakan semuanya pada Angga. Padahal ia baru mengenal Angga. Mungkinkah Jessy merasa nyaman jika berada di dekat Angga?
"Tak hanya itu bahkan Radit kuliah di Jurusan yang sama denganku yaitu Jurusan Ekonomi di Garuda University, Garuda University adalah Universitas Swasta terbaik ke-3 di Indonesia yang ada di Bali, itu juga di biayai oleh orang tuaku. Namun Radit bersikeras tidak ingin di biayai hidupnya oleh keluargaku. Radit memaksa untuk kuliah sambil bekerja dan ngekost. Biaya hidup Radit, Radit sendiri yang mengusahakannya dengan kerja kerasnya sendiri. Namun Radit berbeda denganku, Radit sangat cerdas, sehingga setiap semester Radit selalu mendapatkan beasiswa berprestasi dari kampus, sehingga orang tuaku hanya membiayai Radit setengahnya saja. Sisanya Radit yang membayar sendiri dengan uang beasiswa." sambung Jessy lagi. Ia juga tak habis pikir dengan Radit, kenapa Radit bisa secerdas itu? Pintar membagi waktu antara kuliah dan bekerja bahkan hingga mendapat beasiswa. Terkadang ia berpikir, pastinya Radit masih makan nasi yang sama seperti Jessy kan?
"Wahhh! Hebat sekali Radit." ucap Angga terkagum-kagum mendengar cerita Jessy. Hanya itu respon yang bisa ia berikan untuk kehebatan Radit. Ia tak menyangka akan bisa kenal dengan orang seperti Radit yang kuat, tegar dan cerdas tentunya. Sungguh Angga sangat beruntung bisa kenal dekat dengan Radit. Mulai sekarang, ia bertekad harus bisa menjadi seperti Radit yang kuat menghadapi rintangan hidupnya dengan cara menjadi tegar.