"Aku mengoleksinya. Dulu aku tak suka dengan kulit kerang, namun sejak kejadian itu aku jadi suka mengumpulkan kulit kerang." ucap Jessy menampilkan raut wajah sedihnya, ia teringat dengan masa lalunya. Teringat dengan kejadian pahit itu.
"Kejadian apa Jessy?" tanya Angga lagi masih dengan rasa penasaran yang sama.
"Aku dulu punya teman, namanya Relia. Dia suka mengoleksi kulit kerang, dan aku tidak suka. Suatu ketika aku bermain ke rumahnya, ini saat aku masih di bangku Sekolah Dasar. Aku tidak sengaja menjatuhkan kerang besar yang ia punya hingga kerang itu pecah. Aku ingin menggantinya, namun tak ada yang menjual kulit kerang jenis Muricidae besar seperti yang dimiliki Relia, karena kulit kerang jenis itu sudah termasuk langka. Kata Relia dia menemukan kulit kerang itu karena diberikan oleh ayahnya yang hampir setiap hari melaut, karena ayahnya Relia adalah nelayan sekaligus penyelam. Aku mencari informasi melalui Google ada 1.600 spesies hidup, namun 1.200 spesiesnya sudah punah yang ditemukan hanya fosilnya." ucap Jessy dengan nada sedihnya, karena sampai sekarang ia masih merasa bersalah, sangat bersalah. Namun tak ada yang bisa ia lakukan selain menyesal telah membuat Relia menangis, hingga Relia meninggal ia tak bisa mengganti kerang milik Relia.
"Lalu bagaimana?" tanya Angga lagi ikut merasakan kesedihan yang Jessy rasakan.
"Ya begitu, aku tak bisa mengganti kulit kerang milik Relia yang aku pecahkan, hingga…" ucap Jessy menahan nafasnya dan menggantungkan kalimatnya. Ia tak mampu mengatakannya lagi, dadanya terasa sesak, rasa bersalahnya semakin besar. Bahkan ketika Relia sudah meninggal, rasa bersalah itu tetap ada di benaknya, tetap tersimpan rapi di hatinya.
"Hingga?" tanya Angga menatap Jessy dengan raut wajah bertanya. Kenapa Jessy terlihat seperti sangat susah mengucapkannya? Ada apa? Apakah ini begitu sulit bagi Jessy? Jika iya, Angga tidak akan memaksanya.
"Hingga…Hingga Relia meninggal, karena sakit. Sejak kecil Relia memang sakit-sakitan. Dan aku belum bisa mengganti kerang itu sampai Relia menghembuskan nafas terakhirnya. Sampai sekarang aku merasa sangat bersalah. Sejak saat itu aku menyukai kulit kerang, aku sering ke pantai, bukan untuk mandi, melainkan untuk mencari kulit kerang. Kali saja aku bisa menemukan kulit kerang yang mirip seperti punya Relia." ucap Jessy menjelaskannya dengan sorot mata yang berkaca-kaca, air matanya siap jatuh kapan pun juga. Ia sedih, rasa bersalah itu terus menghantuinya.
"Awalnya aku suka mengejek Relia yang suka mengumpulkan kulit kerang, karena kupikir hobi itu sangat aneh, aku lebih suka mengumpulkan boneka Barbie. Namun sejak kejadian itu aku menjadi suka dengan kulit kerang dan ingin mengoleksinya seperti yang Relia lakukan dulu. Setiap aku ingat dengan kulit kerang pasti pikiranku terasa kacau, seperti waktu sebelum aku tenggelam. Dan sejak saat itu aku sadar bahwa uang tak bisa membeli segalanya, ada sesuatu hal yang tidak bisa dibeli oleh uang." sambung Jessy lagi dengan wajah tertunduk.
"Apakah Radit tahu tentang itu?" tanya Angga pada akhirnya setelah membiarkan Jessy bercerita panjang lebar. Ia memilih menjadi pendengar yang baik. Ia berusaha untuk menjadi pendengar yang baik untuk Jessy.
Jessy mengelengkan kepalanya pelan, "Tidak, dia tidak tahu, Radit tak pernah tahu tentang ini. aku tidak mau menyusahkan orang lain. Aku sudah terlalu banyak menyusahkan Radit dari sejak dulu, aku tidak mau membuat Radit semakin susah. Jadi aku memilih menyimpannya sendiri, dan berusaha mencari kulit kerang itu sendiri. Namun gagal, sampai sekarang aku tak pernah menemukan kulit kerang itu." Ucap Jessy dengan raut wajah sedihnya. Kepalanya mendadak sakit memikirkan ini. Ia ingin menangis, tetapi ia malu jika harus menangis di depan Angga.
"Apa yang membuatmu menyukai kulit kerang seperti Relia? Apakah kamu menyukainya murni karena rasa bersalahmu pada Relia?" tanya Angga ingin mengetahui alasan kenapa Jessy bisa berubah menjadi suka dengan kulit kerang, pasti Jessy memiliki alasan untuk itu, Angga yakin itu.
"Tidak. Aku menyukai kulit kerang karena setelah aku pikir kulit kerang memang indah. Aku salah telah mengejek Relia dulu, dan aku menyesal." ucap Jessy dengan suara bergetar hampir menangis. Ia menyesal telah mengejek Relia dan membuat Relia menangis karena kulit kerangnya tak sengaja aku pecahkan.
"Jangan sedih Jessy, Relia pasti sudah memaafkan kamu. Relia tidak mungkin membencimu, percayalah padaku, pasti dia sudah memaafkanmu." ucap Angga berusaha menghibur Jessy yang bersedih. Angga ikut terbawa suasana mendengar cerita Jessy, ia ikut merasakan bagaimana sedihnya Jessy saat ini. pasti ia teringat dengan masa lalunya yang membuatnya sesedih itu. Dan Angga hanya bisa menjadi pendengar yang baik untuk Jessy tanpa bisa menghiburnya.
"Berarti kamu ke pantai kemarin ingin mencari kulit kerang? Bukan karena ingin bunuh diri? Kukira kamu ingin bunuh diri, karena kamu menggunakan setelan pakaian lengkap dan juga tas. Kukira kamu frustasi dan memilih jalan singkat dengan bunuh diri." sambung Angga lagi dengan setengah tertawa, berusaha tertawa disaat melihat teman yang sedih itu susah, percayalah, Angga seperti orang bodoh sekarang yang berusaha tertawa supaya Jessy ikut tertawa. Tetapi ia tahu, Jessy tak akan semudah itu tertawa ditengah perasaan sedihnya.
"Iya aku ke pantai kemarin ingin mencari kulit kerang. Tentu saja bukan! Untuk apa aku bunuh diri? Hidupku masih panjang Angga. Aku bukan orang bodoh yang tak bisa menyelesaikan masalah dengan mengambil jalan bunuh diri. Tidak, aku sama sekali tidak merasa frustasi. Memangnya apa yang membuatku frustasi? Aku hanya merasa sedih dan sangat bersalah pada Relia. Aku ingin menebus kesalahanku, namun Relia sudah tidak berada di dunia yang sama denganku, lalu bagaimana caranya aku menebusnya?" tanya Jessy dengan sorot mata berkaca-kaca, menahan tangisnya agar tidak jatuh. Ia tak sanggup menahannya, ingin mengeluarkan semua unek-uneknya. Ingin berkata bahwa ia rapuh dan dadanya terasa sangat sesak. Namun ia tak bisa jujur pada Angga, seperti ia jujur pada Radit.
"Aku… aku juga tidak tahu Jessy, mungkin kamu bisa menebusnya dengan mendoakan Relia setiap hari agar Relia tenang di sisinya. Agar Relia bahagia disana. Dan kamu bisa meneruskan hobi Relia yang yang suka mengumpulkan kulit kerang itu, pasti di alam sana Relia sangat senang melihatmu jadi suka dengan kulit kerang berkat Relia sendiri kan? Kulit kerang memang indah Jessy." ucap Angga bingung menanggapi perkataan Jessy bagaimana, ia juga tak tahu apa yang bisa Jessy lakukan untuk menebus kesalahannya pada Relia. Tapi yang jelas ia yakin bahwa Relia pasti sudah memaafkan Jessy atas kesalahan Jessy itu, Angga yakin itu. Ia pikir Relia pasti seseorang gadis kecil yang pemaaf.
"Aku selalu mendoakan Relia agar tenang dan bahagia di sisinya. Aku selalu mengingat senyum dan tangisnya Relia setiap pikiranku kacau, aku selalu ingin mencari kulit kerang, berharap jika aku menemukan kulit kerang yang persis seperti punya Relia dulu, rasa bersalahku bisa sedikit berkurang pada Relia. Dadaku begitu sesak Angga, sangat sesak." ucap Jessy dengan nada sedihnya dan setetes demi setetes air matanya jatuh membasahi pipi mulusnya.