Chereads / MALAM KELAM TAK DIINGINKAN / Chapter 27 - 27. Kembali Bertemu

Chapter 27 - 27. Kembali Bertemu

"Ini jalan satu-satunya supaya bisa bertemu dengan puteriku."

Disinilah Budi berdiri lesu dengan segala pertimbangan dan keraguan menghadap gerbang besi menjulang tinggi berwarna hitam menampilkan pemandangan rumah mewah dua tingkat berdiri di baliknya yang tidak lain adalah kediaman Indra Danurendra.

Masih terekam jelas, banyak luka lebam di tubuh Asya untuk kali pertamanya bertemu dengan Asya setelah menikah. Sungguh itu menjadi siksaan batinnya. Selama ini dirinya tidak pernah bermain kasar pada puteri perempuannya itu, jadi ketika melihat pemandangan seperti itu menjadi tekanan batin tidak terima dalam benaknya.

Hingga semenjak itu dirinya selalu khawatir dan mendatangi rumah Gilang demi bisa bertemu dengan putrinya, menanyakan apa yang terjadi. Namun usahanya sia-sia tidak membuahkan hasil, hanya penolakan dan usiran yang ia terima dari bodyguard di rumah Gilang.

Merasa jalan sudah buntu, dengan segala bulat tekat yang besar mendorong jiwa beraninya keluar mendatangi kediaman Indra Danurendra. Berharap ada bantuan untuknya supaya bisa bertemu dengan sang puteri.

Ting tong

Dengan perasaan membuncah dan pikiran berkecamuk memikirkan segala ketakutan dan keraguan menyelimuti hati, akan perasaan tidak pantas terus melingkupi hatinya mengingat keadaan dirinya yang tidak sepadan dengan keluarga besannya.

"Siapa? Ada perlu apa?" seorang security dengan postur tubuh gagah membukakan sedikit pagar hitam terbuat dari besi.

"Saya ayah dari istri Tuan Gilang Danurendra ingin bertemu dengan Tuan Indra Danurendra." Budi berusaha menekan emosi yang sudah membara untuk masuk ke dalam rumah bertemu dengan keluarga Gilang. Namun sadar akan dirinya siapa dan kedudukannya, berusaha untuk tenang dan menjaga sikapnya. Tidak usahanya terakhir ini sia-sia hanya karena keluarga Gilang tidak suka pada sikapnya yang tidak sopan.

Benar dugaannya, security itu menatap tidak suka akan kedatangannya. Masih teringat jelas, dirinya dulu pernah datang ke kediaman Danurendra hingga menimbulkan keributan. Jadi sudah pasti dirinya dianggap pembuat masalah disana meskipun kenyataannya dirinya juga merupakan bagian dari keluarga itu.

"Tapi hari ini Tuan Indra tidak bisa ditemui."

"Kumohon, ini menyangkut puteriku." Budi memohon.

"Tidak bisa. Silahkan pergi."

"Jangan kau tutup. Saya ada urusan dengan Om Indra." Suara baritone muncul dari belakang membuyarkan perhatian security dan Budi menoleh kebelakang.

"Tuan Mario."

Tanpa menunggu lama, security itu membukakan pintu lebar menyambut kedatangan Mario. Orang yang tentu dikenal semua anggota di rumah mewah Danurendra itu. Karena dulu Mario sering bertamu ke rumah itu dengan Gilang.

Akhirnya Mario masuk dengan mengajak Budi mengikutinya.

"Terima kasih sudah membantu saya lagi, Mario," ucap Budi dengan lirih dan diangguki Mario yang masih bisa mendengarnya.

Terganjal banyak pertanyaan terkait kedatangan Mario tepat dirinya disana. Namun satu hal satu hal yang ia rasakan saat ini yaitu lega karena berkat bantuan Mario, dirinya bisa masuk juga. Rasanya kedatangan Mario selalu berdampak baik baginya.

"Sebentar lagi kita akan bertemu lagi, nak."

Di lain tempat sebuah mobil terus melesat dengan kecepatan tinggi. Terlihat tiga penumpang yang dengan ekspresi berbeda-beda. Namun satu orang menyita perhatian, dialah Gilang terlihat sangat kelelahan. Tubuh gagah tidak menjamin betapa rapuhnya akan jiwanya yang beberapa hari terakhir ini terguncang.

"Bos, sebentar lagi kita sampai." Ujar Riko duduk di depan sebelah kursi sopir. Setelah melakukan penerbangan dari Surabaya-Jakarta, kurang sebentar lagi mereka tiba di rumah Gilang.

"Hmm."

"Bos, baik-baik saja? Atau kita ke Dokter Wiliiam?" Riko menoleh ke jok belakang memperhatikan Gilang yang sedari tadi menunduk menyembunyikan wajah dengan salah satu tangan dan menyender sepenuhnya pada kursi kemudi. Selama perjalanan di mobil, Riko terus memperhatikan dari pantulan kaca spion diatasnya.

"Ya. Panggil, setibanya saya di rumah."

"Ok, Bos."

"Kita sudah sampai bos." Ujar Riko kala mobil mewah yang mereka tumpangi sudah tiba di garasi rumah Gilang.

"Sampaikan pada semua, jaga keamanan jangan sampai ada tamu yang datang. Sekalipun itu keluarga karena saya butuh istirahat." Titah Gilang sebelum keluar dari dalam mobil. Entah bisikan darimana hingga dirinya mengutus perintah demikian. Namun hanya satu, kondisinya yang sangat lelah ini sungguh membuatnya tidak berselera bertemu dan melayani tamu yang bisa siapa saja bertamu sekalipun itu keluarga atau rekan bisnisnya. Dirinya ingin istirahat sembari menenangkan pikiran dan hatinya.

Disinilah Asya duduk termenung di sofa ruang tengah. Pikiran dan hatinya berkelana entah kemana. Rasa rindu begitu mendominasi relung hatinya. Namun hanya satu yang memenuhi pikirannya yaitu wajah Gilang dan ayahnya berputar memenuhi kepalanya.

"Sebaiknya aku tidur saja." Asya bangkit dari sofa hendak menyusul Bi Asri yang sudah istirahat di kamar duluan mengingat sudah malam. Lagian Gilang juga tidak ada kabar pulang hari ini atau kapan.

Sembari berjalan, tangannya terus mengusap perut buncit itu. Hari-harinya yang monoton di rumah luas dan megah itu hanya bayi di kandungannya yang mampu membuatnya bertahan ditengah kepasrahan tak tentu arah dalam mengarungi hidup.

Ctet

Deg

Sesaat menekan sakelar lampu ruang tamu supaya padam sebelum pergi ke kamarnya, tiba-tiba muncul sosok laki-laki berperawakan tinggi dan tegap di ambang. Pancaraan wajah dominan dan dingin terlihat jelas disana. Laki-laki yang sudah seminggu lebih dirinduinya dalam diam kembali menampakkan diri lagi di hadapannya.

"Tu … Tuan Gil …"

"Hmmpt."

Tess

Belum selesai mengucapkan, cairan bening meluncur membasahi keningnya seiring bungkaman tepat di bibirnya oleh bibir Gilang, suaminya yang sudah lama ia rindui.

Pinggangnya ditarik paksa oleh tangan kekar seiring bungkaman bibir itu beralih menjali lumatan panas dan menuntut. Tubuh keduanya saling merapat sempurna tanpa mengurangi intensitas kedua bibir itu yang masih bergelut penuh tuntutan. Ya, keduanya saling menikmati apa yang tengah terjadi sembari melampiaskan apa yang dialami beberapa minggu ini.

Suara decapan khas berciuman memenuhi ruangan luas ruang tengah itu. Tanpa disadari ada orang lain tengah menyaksikan dalam diam dibalik kejadian mengejutkan itu.

Brughh

"Tuan Gilang!"

"Bos Gilang!"

Pekik Asya diikuti Riko dan Bi Asri melengking mendekat ke arah mereka.