Chereads / Spy's Unreachable Target / Chapter 9 - BAB 9: LELANG MISI

Chapter 9 - BAB 9: LELANG MISI

Keesokan harinya, kami melakukan apel pagi di stadion seperti biasanya. Semua murid dan guru di Elite Mastermind Academy berkumpul di bawah terik matahari pagi yang sehat. 

Apel pagi diawali dengan kemunculan Pak Catra, selaku penanggung jawab divisi misi kuning. 

"Halo semua, selamat pagi," sapa Pak Catra melambaikan tangan ke seluruh murid yang sedang membentuk barisan rapi, baik putra maupun putri. "Langsung saja, ya. Dari tiga puluh misi kuning, ada empat misi yang akan dilelang pada hari ini."

Jika ada misi rahasia yang dilelang, itu artinya misi tersebut telah gagal. Oleh karena itu, misi tersebut akan dilempar ke tim lain dengan cara dilelang. Hadiah dari sebuah misi yang akan dilelang bernilai minimal dua kali lipat poin dari misi baru, jika berhasil. Normalnya misi baru senilai lima belas poin. Memang sangat menggiurkan. Namun, jika kalah, maka nilai poin suatu tim akan berkurang juga senilai jumlah poin yang ditetapkan saat pelelangan misi. Tapi tergantung dari pusat divisi juga dalam menentukan jumlah minimal dari nilai poin suatu misi. Pokoknya, mendapatkan misi hasil lelang sama saja dengan melalui jalan pintas kenaikan atau pengurangan poin. 

Aku melemparkan pandanganku ke barisan adik-adik kelas. Mereka semua tampak antusias mendengarkan aba-aba dari Pak Catra.

"Misi kuning nomor dua belas. Mengintai dugaan prostitusi di sebuah karaoke," seru Pak Catra mengangkat sebuah kertas kuning tinggi-tinggi. "Penawaran awal dimulai dari tiga puluh poin. Silakan yang berminat."

"Dua puluh poin!" 

"Dua puluh dua poin!"

"Dua puluh lima poin!"

Dan seterusnya. Sampai suatu ketika, penawaran berhenti di tiga puluh poin, oleh salah satu tim adik kelasku. 

"Tiga puluh poin? Selesai?" tantang Pak Catra.

"Tiga puluh lima poin!"

Setelah menunggu, tidak ada lagi yang sanggup memberikan penawaran. Akhirnya tim dengan penawaran paling tinggi itu yang mendapat kesempatan menyelesaikan salah satu misi yang dilelang. Menurutku poinnya cukup besar, nilainya lebih dari dua kali lipat misi baru. 

"Oke, misi selanjutnya," ucap Pak Catra sambil mengangkat kertas kuning lain.

Penawaran untuk misi kuning terus berlanjut sampai semuanya habis.

"Oke, selanjutnya misi hitam!" tiba-tiba Pak Ferdy gantian berbicara lantang-lantang.

Aku mulai gugup. Seharusnya sekarang pelalangan misi merah untuk tingkatanku, bukan misi hitam.

"Kenapa di-skip, ya?" kata suara di sebelahku. Semua orang mulai keheranan.

"Hanya ada satu! Misi nomor sembilan, tapi ini spesial. Pengintaian bandar narkoba jaringan internasional," kata Pak Ferdy tersenyum misterius. "Tadinya ini sempat dicoba masuk ke misi merah."

Aku, Freya, dan juga Manda saling melirik. Sudah kuduga sejak awal, misi kami memang bukan misi merah. Terlalu sulit, memang perlu barang bukti. Dan aku nyaris memenangkan misi ini, kalau saja aku tidak ketahuan oleh Vilas.

"Penawaran dibuka mulai dari lima puluh poin," jelas Pak Ferdy. "Silakan."

Para kakak kelas berseru senang. "Wuuhuuuu." Benar-benar tawaran yang menggiurkan, hanya menyelesaikan satu misi saja, bisa langsung dapat poin sebanyak itu.

"Lima puluh lima poin!"

"Lima puluh delapan poin!"

"Enam puluh poin!"

Sesi tawar menawar kali ini lebih ramai daripada sebelumnya. Sampai akhirnya, ada satu tim yang menawar sampai tujuh puluh poin, dan mereka yang mendapatkan misi hitam itu.

"Oke. Bagi yang merasa memenangkan misi yang dilelang, segera hubungi penanggung jawab masing-masing," perintah Pak Ferdy. "Dan, bagi tim yang gagal dalam misi, akan kami pecah, lalu masuk ke tim lain yang lebih baik. Pembagian namanya bisa dicek di ruang pusat divisi."

Akhirnya setelah beberapa menit berlalu, apel pagi dibubarkan. Aku beruntung, kali ini nama-nama yang gagal tidak disebutkan secara terang-terangan, karena keterbatasan waktu. Lumayan malu sih kalau itu sampai terjadi. 

"Suri, ayo kita ke ruang pusat divisi." Manda menghampiriku tiba-tiba, disusul Freya berlari-lari kecil. 

"Oke," jawabku sambil berjalan beriringan menuju ruang pusat divisi. 

"Akhirnya kita bertiga akan berpencar lagi," sesal Manda.

"Terima kasih sudah jadi rekan yang baik di misi kemarin," balasku tersenyum lebar.

"Aku akan merindukan kalian," sahut Freya.

Sesampainya di ruang pusat divisi, mataku terbelalak dengan kehadiran seseorang yang lebih dulu sampai di sana. Seseorang yang benar-benar tidak boleh jika dia sampai tahu kalau misiku gagal.

"Kenapa kau ada di sini, Dova?" tanyaku heran. "Bukankah tadi kau tidak memenangkan lelang?"

Dova tersenyum tipis. "Kita satu tim sekarang."

****