Kabur dari rumah Dirga secara sembunyi-sembunyi. Dia merasa tidak enak dengan pria itu, sudah membantunya dengan memberikan baju dan justru malah ditawarkan makan ketika mendengar suara perut Gita. Memang cacing dalam perutnya tidak bisa bekerjasama dengan dia.
"Sudah malam, rupanya aku berada di rumah Dirga sudah lama. Aku senang bisa bertemu dengan orang baik, tapi jika Dirga tahu kalau aku seorang napi. Apakah dia akan menjauhi aku?"
Gita tiba-tiba saja merasa sedih, dia membayangkan bagiamana jika Dirga mengetahuinya dan tidak mu mengenal dia lagi. Padahal baru saja bertemu dan mengenalnya, walaupun semua itu hanya kebetulan saja. Namun entah mengapa, dia tidak melihat kedua orang tua Dirga. Apa karena kekayaan, orang tuanya mungkin terlalu sibuk. Berbicara tentang orang tua Dirga, Gita jadi teringat kejadian tadi pagi. Mungkin saat ini Ibunya berada di tempat itu, dan jika Gita tidak meminta maaf. Sudah pasti Ibu tidak akan pulang.
Gita memutuskan untuk menemui sang Ibu dan meminta maaf dengan kesalahan yang dia sendiri pun tidak tahu apa.
**
Langkahnya telah sampai dimana keberadaan sang Ibu. Dia ingin masuk, namun pasti penjaga bertubuh besar itu tidak mengizinkannya.
Lalu bagaimana caranya dia agar masuk ke dalam bar itu?
Mata Gita tidak sengaja menangkap wanita yang sedang berbicara dengan seseorang dari ponselnya. Wajahnya yang bingung serta cemas membuat dia penasaran dan sedikit mendekati dirinya agar bisa mendengar apa yang dibicarakan wanita tersebut.
"Apa penyanyi itu tidak datang, lalu siapa yang akan menjadi penggantinya?"
Sebuah ide terlintas di pikiran Gita, dia tidak peduli dengan resiko yang terjadi nanti. Kini baginya yang terpenting adalah sang Ibu.
"Maaf Bu, lagi cari penyanyi ya?" tanya Gita dengan sedikit senyuman ramahnya.
"Iya, memangnya ada apa?"
"Sebelumnya perkenalkan saya Gita, jika Ibu tidak keberatan bagaimana saya yang menggantikan, kebetulan saya mempunyai hobi menyanyi?"
Dia berharap kalau wanita itu menerimanya untuk menjadi penyanyi pengganti. Namun Gita tidak yakin jika akan diterima olehnya, karena terlihat dari tatapannya seperti tidak suka oleh penampilan Gita.
Mata wanita itu menatap Gita yang tengah berdiri, ditatapnya tidak berhenti dari atas hingga bawah dan terjadi berulang kali.
"Saya terima kamu."
Jawaban yang ditunggu-tunggu oleh Gita, seulas senyum terukir di wajahnya.
"Terimakasih Bu," jawab Gita dengan amat bahagia.
"Kamu boleh panggil saya madam Loli, ayok kita masuk ke dalam. Nanti kamu akan di make over sayang," ucapnya dengan menuntun Gita.
Akhrinya Gita berhasil menginjakkan kaki di tempat ini, tidak seperti dulu yang selalu mengumpat dan dikejar-kejar oleh penjaga pintu depan. Apalagi kebanyakan dari mereka mengenali Gita.
Memasuki ruangan yang dia sendiri tidak tahu didalamnya terdapat apa. Namun melihat banyaknya pakaian dan alat make up di sana, dia menyimpulkan kalau ini adalah ruang make up atau mengganti pakaian.
Matanya membulat ketika melihat seluruh pakaian yang tergantung, semua pakaian itu rata-rata terbuka.
"Gita." Panggil seseorang sehingga mengejutkan dirinya.
"Eh, Madam Loli. Kenapa?" tanya Gita sedikit gugup.
"Saya yang bertanya, kamu kenapa? Ayok waktunya kamu make over," ucap Madam dengan memberikan sebuah dress berwarna hitam.
Dia menerimanya dan masuk ke kamar mandi untuk mengganti pakaian.
Di dalam kamar mandi sambil menatap dirinya dihadapan cermin. Dia bimbang harus melakukan hal seperti ini atau tidak. Nampak pakaian yang dia kenakan sangatlah terbuka, begitu ketat hingga membuat lekuk tubuhnya.
"Gita ayok cepetan!" teriak Madam dari luar kamar mandi.
Gita sontak terkejut, dia mengangguk dan meyakinkan dirinya agar nanti tidak terjadi hal buruk.
Dia keluar dari kamar mandi, dan orang yang pertama dia lihat adalah Madam Loli.
"Wah... sepertinya pengunjung malam ini akan terhibur dengan kehadiran kamu," ucap Madam.
Dia hanya bisa tersenyum menanggapi ucapan Madam Loli.
Saat sedang menuju panggung kecil bersama dengan Madam Loli, Gita tidak sengaja berpapasan dengan seseorang yang dia cari yaitu Ibunya.
"Madam, berhenti sebentar. Aku mau ke kamar berbicara dengan wanita tadi."
"Kau kenal dia?"
"Iya," jawab Gita sambil mengangguk.
"Oke, silahkan," kata Madam Loli yang melenggang pergi meninggalkan Gita sendiri di tengah lorong.
Gita membalikkan tubuhnya, dan untung saja Ibunya masih berada tak jauh dekat tempatnya berdiri.
"Ibu.... " Teriak Gita sambi berlari menghampiri Ibunya.
"Ada apa, jangan paksa Ibu pulang."
"Tidak bisa Ibu, itulah tujuan Gita."
"Yakin, hanya itu? Lalu untuk apa kamu berpakaian seperti itu."
"Gita terpaksa agar bisa masuk ke tempat ini, dan menjadi penyanyi pengganti ditempat ini," jawab Gita.
"Baguslah kalau kamu bekerja disini, itu lebih baik ketimbang kamu tidak memiliki pekerjaan," ucap Ibu dan pergi meninggalkan Gita yang membeku dengan perkataan yang keluar dari mulut sang Ibu.
Dia tidak menyangka jika Ibunya dengan tega mengucapkan hal seperti itu, seharusnya seorang Ibu melarang anaknya berada di tempat haram ini. Namun Ibu justru malah memberikan dorongan oleh Gita. Air mata lolos begitu saja membasahi pipinya.
"Gita cepatan!"
Teriakkan seseorang mampu membuatnya tersadar, dia melihat kearah sumber suara. Dan ternyata disana sudah ada Madam Loli yang sedang berdiri dengan wajah yang memerah.
Apa boleh dia buat karena sudah terjebak di tempat seperti ini?
Gita berjalan menuju panggung kecil, dia naik ke atas dan dapat melihat semua orang baik wanita ataupun pria dari tempatnya berdiri.
"Halo selamat malam," ucap Gita dengan gugup.
"Malam," jawab semuanya serentak.
Bukan hanya jawaban saja, namun sorakan serta siulan juga dapat didengar oleh Gita.
Dia menarik nafasnya dalam-dalam dan bernyanyi sesuai apa yang diinginkan oleh Madam Loli tadi.
Nyanyian Gita mampu membuat semua orang terpukau, terlebih lagi dengan kecantikan wajahnya. Banyak yang menggerakkan pinggulnya, serta ada juga yang berdansa dengan pasangan. Namun berbeda dengan tiga orang yang berbeda tempat. Salah satunya ada yang memandang Gita dengan penuh nafsu apalagi dengan pakaian terbuka yang digunakan olehnya.
"Huh... sungguh cantik," ucapnya sambil meminum sebotol minuman.
Pria tua itu bangkit dari kursinya dan berjalan menuju panggung, lebih tepatnya tempat Gita berdiri.
Langkahnya yang sempoyongan dan mata yang mulai kabur, namun tidak membuat pria tua itu menyerah untuk mendapatkan mangsanya.
"Untuk apa dia ada di sini, mungkin kembali menjadi dirinya yang dulu," ucap seorang pria berdasi, sambil menatap jijik ke arah Gita.
Akan tetapi berbanding jauh dengan pria yang kini menatap Gita dengan kagum. Menggunakan jaket coklat dengan celana lepis hitam.
Dia sendiri terpesona dengan suara dan kecantikan Gita, padahal baru beberapa kali dirinya bertemu. " Kamu kabur ke tempat ini rupanya," celetuk Dirga sambil terkekeh.
Saat sedang asik bernyanyi, tiba-tiba saja pria tua datang ke atas panggung dan hampir menyentuhnya jika dia tidak mengindar. Tatapan penuh nafsu membuat dia takut, dan juga risih. Apa yang harus Gita lakukan, ingin meminta tolong namun sulit karena sebagian besar orang tidak peduli. Dan melihat Madam Loli yang tersenyum senang, padahal Gita menderita dengan tindakan yang dilakukan oleh pria tua hidung belang itu.
Dia terkejut ketika tangannya dicekal, dan sebuah bisikkan mampu membuat bulu kuduknya berdiri. "Nikmatilah sentuhan saya wanita murah."
Saat pria itu ingin memeluk tubuh Gita, dan ketika itulah dia tersungkur karena tinjuan yang dilayangkan oleh seseorang pria yang tiba-tiba saja datang.
Bruk!