Chereads / STAY WITH ME HONEY / Chapter 9 - Calon Suami Dadakan

Chapter 9 - Calon Suami Dadakan

Tangannya terus saja digandeng tanpa henti, Gita hanya bisa menatap bahagia karena pria ini.

Orang asing yang pernah bertemu dengannya namun tidak saling kenal. Entah bagiamana dia bisa ada di tempat ini, Gita tidak peduli. Tapi bantuannya barusan sangatlah berharga, tanpa sadar langkah mereka terhenti. Namun Gita masih menatap kagum, jaraknya yang dekat membuat dia jelas sekali melihat wajah tampannya dan harum tubuhnya.

"Hei, ada apa?" ucapnya sambil melambaikan tangan. Sehingga sontak membuat Gita terkejut dan tersenyum canggung.

"Tidak ada apa-apa, hanya saja aku bingung kamu menolong aku dan untuk apa di tempat ini?"

"Saya akan menjawab kebingungan kamu."

"Baiklah."

Mereka berdua kembali melangkah, namun sebuah suara membuat langkah keduanya terhenti.

Krucuk!

Krucuk!

Pipi Gita sudah sangat merah, dia malu dengan suara perutnya.

"Kamu lapar? Baiklah kita makan sambil berbincang."

Gita mengangguk canggung sambil tersenyum penuh malu.

***

Kini keduanya telah sampai di restauran yang fasilitasnya sudah seperti hotel bintang lima. Gita hanya bisa melongo melihat sekelilingnya. Buku menu di atas meja dia buka, dan jantungnya hampir saja berhenti melihat harga makanan di restauran ini.

"Ada apa?" tanya pria tersebut saat melihat wajah Gita bingung.

"Tidak ada apa-apa, hanya saja aku bingung harga ini terlalu mahal untuk kita berdua. Makan diluar saja ya?"

"Makan saja, saya yang bayar!"

"Tap.... "

"Pesan!"

Dengan terpaksa dia memesan makanan dengan harga yang amat mahal. Bahkan satu makanan ini dapat membuat makanan untuk keluarga Gita kurang lebih dalam sebulan.

"Jadi bagiamana.... "

"Makan saja dulu, nanti aku ceritakan!"

Padahal Gita sangat ingin tahu kenapa ada pria itu di kantor polisi tadi. Dan bagiamana bisa? Apa dia mengikuti Gita, dan mungkin pria kaya ini menaruh hati untuknya?

Mimpi di siang bolong jika iya, hanya wanita bodoh yang mempunyai pikiran seperti itu.

Setelah satu jam lamanya mereka terdiam dan menikmati santapan makanan. Akhirnya pria kaya itu membuka suaranya.

"Sebelumnya perkenalkan nama saya Hito."

"Ohhh, namanya Hito," celetuk Gita dalam hati.

"Iya, perkenalkan aku Gita. Soal tadi.... "

"Saya jelaskan, tadi saya melihat kamu ada keributan di club. Lalu saya Mendekat dan banyak terparkir mobil polis, ternyata kamu yang sedang dibawa oleh polisi tersebut. Dan saya bertanya-tanya, setelah itu datang ke kamu dan menjadi penolong."

Rupanya seperti itu, padahal Gita pikir Hito mengikutinya dan jatuh hati padanya. Namun itu hanya harapan saja, tidak sesuai dengan fakta yang ada. "Terimakasih telah membantu."

Hito mengangguk dan wajahnya kembali dingin lagi, tidak ada perkataan yang keluar dari mulutnya. Begitu juga dengan Gita yang terlihat canggung.

"Hari sudah terlalu larut, aku harus pulang. Makasih untuk bantuannya dan makanan ini," ucap Gita tersenyum.

"Sama-sama," jawab Hito.

Gita pergi dengan rasa kecewa. Hito tidak seperti pria pada umumnya, dia tidak peka terhadap Gita. Sudah tahu dirinya adalah seorang perempuan dan dibiarkan pulang sendiri pada malam selarut ini.

Jalanan sepi, tidak ada kendaraan dan terpaksa dia harus berjalan kaki. Entahlah sampai jam berapa nanti dia akan berada di rumahnya.

***

Matahari telah datang dengan sinar yang menerangi bumi, Gita masih tertidur pulas di atas ranjangnya. Tadi malam setelah pulang dengan jarak yang jauh menggunakan kedua kakinya, rasanya seluruh tubuh remuk dan kakinya terasa sangat kaku.

"Gita bangun Nak!" ucap Bapak Gita yang membangunkan putrinya.

"Hmmm... ada apa Pak?" tanya Gita sambil menggeliat tanpa membuka matanya.

"Lihatlah, ada seorang pria tampan kaya yang mencari kamu. Dan dia melamar kamu," ucap Bapak Gita.

Awalnya Gita pikir ini hanya candaan karena dirinya yang sejak tadi belum bangun tidur. "Namanya Hito," celetuk Bapak.

Kedua kalinya kalimat yang keluar dari mulut Ayahnya barusan membuat mata sang putri membulat dengan mulut ternganga.

"Apakah ini mimpi?"

"Ini bukan mimpi, memangnya kamu kenal dengan pria itu?"

"Ayah bohong kan? Gak mungkin, ini mimpi."

"Coba kamu keluar dan lihat pria itu, dia ada di ruang tamu dengan Ibumu."

Gita mengangguk dan cuci muka sebelum pergi keluar bertemu dengan Hito yang saat ini masuk ke dalam dunia mimpinya.

Setelah selesai cuci muka, dia berjalan menuju ucapan sang Bapak. Alangkah terkejutnya dia melihat Hito benar-benar ada di rumahnya dan sedang berbincang dengan Bapak juga Ibunya.

Mimpi ini terlihat sangat nyata, itulah yang sedang Gita pikirkan. Dia masih berpikir kalau ini semua hanyalah mimpi.

"Gita, kamu tidak memberitahu Ibu kalau memiliki teman setampan dan kaya ini?"

"Sudahlah tidak usah bermimpi Gita, bangun dari tidurmu," ucap Gita dalam hati.

"Gita, Ayah sudah bilang dia ingin melamar kamu menjadi istrinya. Bagaimana, kamu menerimanya?"

Gita mengangguk tanpa berpikir, lagipula ini hanyalah mimpi, dia tidak perlu ambil pusing dengan semuanya.

"Duduklah dulu Gita!" perintah sang Bapak.

"Kalian yakin, kamu belum tahu kalau Hito meminta untuk menikah secepatnya," ucap Bapak sekali lagi.

Gita tersenyum senang, dalam hati dia berteriak. Mimpi ini jarang sekali dia temui. Dia mengangguk meyakinkan sang Bapak dengan senyum malunya.

"Memangnya kapan kamu ingin memperlasungkan pernikahan?" tanya Bapak.

"Empat hari lagi, semua telah saya siapkan," jawabnya dengan senyum.

Terpesona dengan senyuman calon suaminya, namun tiba-tiba saja pelukan sang Bapak membuat Gita menangis. Terlebih lagi dengan perkataan yang diucapkannya.

"Putri Bapak sudah besar, banyak sekali masalah yang kamu hadapi. Dan sekarang kamu akan menikah, Bapak ikhlas kalau kamu setuju dan bahagia."

"Bapak," panggil Gita yang sudah menetaskan air matanya.

"Tenanglah ini hanya mimpi," ucap Gita pelan.

Wajah Bapak terlihat bingung dengan jawaban sang putri, ada yang sangat aneh. "Ini nyata, Nak. Sini kamu Bapak cubit, jangan bercanda!"

Awwww....

Teriakan Gita saat sang Bapak menyubit lengannya, sakit dan memerah.

Namun itu tidak sebanding dengan ketakutan Gita, ini adalah dunia nyata bukan mimpi. Dan Hito benar-benar melamarnya untuk menjadi istri.

Apa yang harus Gita lakukan?

Dia sudah terlanjur berkata iya. Rasanya sangat aneh, padahal mereka baru kenal beberapa hari dan itu hanya sebuah kebetulan saja jika bertemu. Tapi, Hito itu orang baik dan tidak mungkin dia memiliki niat buruk.

Mungkin ini adalah takdir, semua sudah dirancang baik oleh Yang Maha Kuasa, Gita hanya menuruti dan mengukuti saja.

"Jadi jawabannya iya kan?" tanya Hito.

"Iya, aku menerima," jawab Gita.

Air mata Bapak Gita lolos begitu saja, sebentar lagi dia akan melepas putrinya. Antara bahagia dan sedih tercampur rata, mereka akan berpisah rumah. Tidak ada lagi perempuan yang menjaganya. Gita akan pergi dengan suaminya nanti, tapi entah mengapa dia merasa tidak yakin dengan calon suami Gita. Walaupun berasal dari keluarga berkecukupan, tapi aneh jika ada yang melamar putrinya dengan cara cepat seperti ini.