Chereads / STAY WITH ME HONEY / Chapter 13 - Ruang Gelap

Chapter 13 - Ruang Gelap

Termenung dipojok kamar sambil memeluk lututnya yang memiliki luka. Hidupnya kini mengenaskan, padahal dia berharap akan ada kebahagiaan setelah menikah nanti, namun harapannya sirna dan pupus begitu saja. Kedua mata yang sudah sembab karena tidak berhenti menangis. Dirinya tidak habis pikir dengan perlakuan sang suami sekarang, sudah tahu salah namun menyalahkan orang lain. Padahal sudah jelas dia melihatnya dan mendengar suara di dalam kamar hotel tadi.

Pipinya merah penuh dengan luka tamparan, bagian kakinya banyak sekali memar bahkan sampai mengeluarkan darah. Dia sudah seperti monster yang sangat menyeramkan, dan itu akibat perbuatan kejam Hito.

"Hiks... hiks... kenapa dia jahat sekali, apa aku ada salah kepadanya?" celetuk Gita sambil menatapi kesengsaraan.

Semua berubah dalam sekejap mata, sikap dan cara berbicaranya sangat kasar sehingga menusuk masuk ke dalam hati. Nasi sudah menjadi bubur, dia sudah menjadi istrinya, namun penyesalan ini masih akan terus muncul.

Tok!

Tok!

Ketukan pintu terdengar dari luar kamar, Gita diam dan enggan berdiri membukakan pintu untuk suaminya. Biarkan saja dia mendapatkan hukuman untuk apa yang telah dilakukannya.

"Buka bodoh!" Teriakannya dari luar kamar dengan penuh penekanan.

Ceklek!

Ceklek!

"Keluar cepat, atau mau saya dobrak?" teriaknya sekali lagi.

Hening, itulah yang menggambarkan suasana di dalam. "Oke kalau gak mau keluar, sebelum saya tendang ini pintu lebih baik saya mengusir kedua orang tua kamu," jawabnya membalikkan tubuhnya.

"Bagaimana ini?" celetuk Gita terkejut dengan ancaman Hito.

Dia tidak bisa melihat kedua orang tuanya tersakiti, lalu bagaimana bisa Gita keluar dengan kondisi sangat memperihatinkan? Rambut yang telah acak seperti orang gila, mata yang sembab membesar serta hidung yang memerah.

Ceklek!

"Saya ikut," jawab Gita sambil memegang knop pintu.

"Bagus," jawab Hito sambil tersenyum.

Gita berjalan mengikuti langkah Hito sang suami dari belakang. Tidak tahu kenapa hatinya merasa tidak tenang, namun dia mencoba untuk membuang pikiran buruk yang kini ada dipikirannya.

Saat telah menghentikan langkahnya di ruang tamu Gita terdiam. Dia bingung saat melihat seluruh tidak ada siapapun di ruangan, sontak dirinya langsung saja melirik ke arah Hito yang tadi berdiri dibelakangnya. "Kamu dimana Mas Hito?" teriak Gita saat tidak melihat keberadaan Hito yang hilang begitu saja, padahal jelas-jelas tadi dia berdiri tepat dibelakang tubuh Gita.

"Mass.... " Dia terus saja berteriak sambil gemetar ketakutan.

Perubahan sikap Hito yang secara tiba-tiba kasar setelah menikah dengannya dan sekarang apa lagi yang akan terjadi nanti?

"Mas.... "

"Mas, kamu dimana?"

Gita terus saja melangkah mencari keberadaan sang suami, namun tidak kunjung ia temukan. Dia tidak menyadari kalau kini langkahnya sudah melangkah jauh ke taman belakang yang sepi. Rumahnya yang besar, namun menyimpan sebuah kerahasiaan.

Dirinya sedikit mengingat saat pertama kali kakinya masuk ke dalam rumah ini.

"Kamu jangan pernah coba mendekat ke taman belakang apalagi gudang itu," ucap Hito memperingatkan sang Istri.

Lamunannya tersadar saat dari arah belakang Gita mendengar langkah kaki, tubuhnya diam membeku takut. Sontak saat dirinya berbalik, dia tidak melihat apa-apa. "Aneh," celetuknya.

Kini tubuhnya kembali membeku bersamaan dengan keringat dingin yang mulai bercucuran kala sebuah tangan besar menyentuh bahunya, dalam hati dia terus bertanya-tanya siapa pemilik tangan besar itu. Perasaan takut terjadi sesuatu dengan dirinya, dia masih setia diam tanpa ingin menoleh. Tapi saat tangan besar itu mencengkeram bahunya dengan kuat dengan kukunya yang tajam, Gita mencoba memberanikan diri untuk melihatnya.

"Mas Hito," ucapnya dan sontak langsung mundur menjauhkan dirinya dari hadapan Hito.

"Mau kemana?" tanya Hito dengan wajah datar.

Gita gemetar sambil menahan rasa sakit akibat cakaran dari tangan sang suami. Dia terus saja melangkah mundur sedangkan Hito sebaliknya, melangkah maju mendekati sang Istri.

"Mas kamu mau apa?" tanya Gita.

"Aku mau menujukkan siapa aku? Bukankah kita belum kenal terlalu dekat?" tanya Hito yang kini telah mengunci tubuh Gita di ujung tembok.

Gita ingin lari sebab melihat wajah Hito yang menurutnya sangat menakutkan. "Mas aku mau masuk ke kamar, kepala aku pusing," jawab Gita dengan memberi alasan.

"Ayo ikut aku, aku akan membuat kamu terkejut!" ucap Hito dan menarik tangan Gita dengan kasar.

"Mas sakit," teriak Gita.

Bruk!

Hito melemparkan tubuhnya di dalam ruangan kosong yang sangatlah gelap dan penuh debu.

"Kamu mau menujukkan apa? Tolong jangan sakiti aku," jawab Gita menangis.

Hito diam tidak menjawab pertanyaan Gita, dia justru melangkah maju mendekati Gita yang telah tersungkur ke bawah akibat dorongan kuat Hito.

Mata Gita tertutup takut, dia memilih memejamkan matanya.

"Buka mata, lihatlah semua ini!" Dia mendengar sang suami memerintahkannya, perlahan kedua matanya terbuka.

Alisnya terangkat saat lampu ruangan ini menyala, dan terlihat jelas apa yang ada didalamnya. Pertama yang dilihatnya adalah sebuah bingkai berisi foto keluarga. Di sana ada dua orang pria dan wanita bersama dengan seorang anak laki-laki yang tengah tertawa. Gita tersenyum, mungkin itu foto keluarga sang suami dan anak laki-laki itu adalah suaminya.

Kembali melihat foto kedua yang berada di ujung dekat jam tua, seorang anak remaja yang sedang memegang piala besar dan didampingi oleh Ayah nya.

Gita tersenyum melihat seluruh foto yang ada, namun kenapa ada ditempat gelap seperti ini. Bukankah lebih bagus jika diletakkan di ruang tamu ataupun keluarga?

Tapi entah mengapa dirinya merasa tidak asing dengan wanita yang berada di foto tersebut. Saat Gita mencoba mengingat, suara Hito memecahkan ingatannya.

"Sudah melihat, apa yang kamu ketahui?"

"Aku tidak mengerti apa maksud kamu Mas," jawab Gita bingung.

"Tidak usah berpura-pura, aku benci kebohongan," ucap Hito yang kini telah berjongkok dihadapannya.

"Maksud kamu apa, aku tidak pernah berbohong?"

"Yakin, bukankah kamu sedang membohongi aku. Kamu tidak ingat kedua orang yang bersama anak laki-laki itu?" tanya Hito dengan telunjuk yang menunjuk ke arah bingkai foto.

"Mereka kedua orang tua kamu kan dan itu kamu," ucap Gita.

"Yakin tidak mengingatnya atau aku perlu mengingatkannya?"

Gita bingung, apa maksud dari suaminya. Dia belum pernah bertemu dengan kedua orang tua suaminya, lantas bagiamana dia mengenalnya.

"Aku sungguh-sungguh tidak mengetahui apapun Mas," jawab Gita sekali lagi.

"Oke, aku akan memberitahu kamu. Dan dengar ini baik-baik!"

Gita mengangguk saja, lagipula dia juga tidak mengerti maksud dari sang suami. Lebih baik dia diam dan duduk mendengarkan.

"Dulu beberapa tahun lalu, ada seorang pria cupu. Dia sangat dibenci orang walaupun dirinya berada di kehidupan yang berkecukupan. Namun dia hanya dimanfaatkan saja, hingga satu ketika dimana dia hancur karena dimanfaatkan oleh temannya, dia kembali hancur oleh keluarga. Saat malam itu sang Ibu menangis tersedu-sedu menatap ponsel sang suami yang berisi foto tengah tertidur dengan wanita lain."