Chereads / STAY WITH ME HONEY / Chapter 16 - Tidak Saling Kenal

Chapter 16 - Tidak Saling Kenal

"Kamu baik-baik saja?" tanya seseorang yang berada diatasnya.

Gita yang masih terkejut dengan kejadian barusan dia hanya diam dan tidak menjawab. Rasanya detak jantung seakan berhenti. Hampir saja dia kehilangan nyawanya, jika tidak diselamatkan. "Gita kamu gapapa?"

Dia yang terkejut mendengar sumber suara, membuat dia pada akhirnya menoleh. "Dirga," celetuk Gita terkejut.

Dirga yang berada diatas tubuh Gita tersenyum lebar dan sangat manis, dia pun berdiri dan mengulurkan tangannya membantu Gita untuk berdiri.

"Terimakasih, jika tidak ada kamu mungkin aku telah mati," jawab Gita.

"Sama-sama, lain kali kalau jalan itu lihat-lihat."

"Iya, maaf ya." Dia merasa heran dengan kedatangan Dirga yang selalu saja membantunya, pria itu sudah seperti pahlawan bagi Gita.

"Santai, kamu mau kemana?" tanya Dirga.

Keduanya telah berada di halte bus, mereka kini sedang menepi. "Mau pulang ke rumah Bapak," jawab Gita.

"Mau aku antar, lagi pula kamu juga masih shock sepertinya," ucap Dirga.

Sangat terlihat bukan raut wajah Gita? Benar sekali dia masih sangat shock dengan semuanya.

Siapa yang tidak shock saat dirinya tengah diambang kematian?

Dia bingung harus menerima atau menolak sedangkan sekarang statusnya sebagai istri orang. Bagaimana jika ada yang melihatnya nanti? Tetapi memangnya ada yang tahu kalau Gita telah menikah dengan Hito, pernikahan mereka saja dilakukan secara sederhana dan tidak dihadiri banyak orang.

"Hei, kenapa melamun?" tanya Dirga sambil menepuk tangan dihadapan wajah Gita.

"Kayaknya aku naik bus saja deh, makasih tawarannya ya," jawab Gita yang telah memutuskan.

"Udah gak usah, aku gak terima penolakan. Ayo ikut!" celetuk Dirga dan tanpa seizin Gita, dia menggandeng tangan Gita untuk menuntunnya masuk ke dalam mobilnya.

Mobil berwarna hitam itu melaju dengan kecepatan biasa, di dalam sana sudah ada dua orang yang sedang saling diam. Gita yang merasa canggung berada di dekat Dirga, begitu juga dengan Dirga yang sedang menetralkan detak jantungnya. Entah mengapa saat bersama Gita dia selalu saja merasakan hal tersebut, bahkan tidak melihatnya beberapa hari saja dia selalu kepikiran.

"Gita." Panggil Dirga.

"Iya," jawab Gita yang menatap wajah Dirga.

Ditatap seperti itu membuat Dirga panik dan jantungnya kembali berdetak cepat, bahkan dia sampai mengeluarkan keringat dingin. Ini seperti bukan dirinya, karena dia belum pernah merasakan hal seperti ini. Bahkan dari banyaknya wanita hanya Gita yang mampu membuat Dirga gelisah, katakan saja kalau sesungguhnya Dirga itu adalah pria playboy.

"Kenapa Dirga?"

Suara Gita membuyarkan lamunan Dirga yang tengah memandang cantik bidadari dihadapannya itu. "Maaf, aku tadi sedang memikirkan pekerjaan. Kamu sudah makan?"

"Hmmmm... belum si, kenapa?"

"Makan denganku!"

"Ini tawaran atau perintah?" tanya Gita sambil terkekeh kecil.

Senyuman yang mampu membuat Dirga mabuk kepayang, sungguh sangat manis dan hampir tergila-gila. Dirga menggelengkan kepalanya saat sadar karena senyuman Gita yang telah menguasai pikirannya. "Keduanya, hehehe.... "

"Kalau gratis aku mau, tapi jangan lama-lama ya."

"Iya, aku tahu itu," jawab Dirga tersenyum dan tanpa sadar dia mengusap rambut panjang Gita.

Sontak hal tersebut membuat Gita terkejut dan tubuhnya menegang seketika. Dia diam sejenak, lalu menepis tangan Dirga.

"Maaf ya," jawab Dirga sedikit canggung.

"Iya gapapa," jawab Gita.

Tangannya memang tidak bisa diajak kerjasama, dengan seenaknya saja mengusap rambut Gita. Sungguh Dirga benar-benar terhipnotis dengan kecantikan perempuan yang kini berada disampingnya.

***

Selama perjalanan di mobil tadi, mereka sangatlah canggung. Keduanya sama-sama diam dan tidak mengucapkan sepatah kata apapun, itu semua karena tangan Dirga yang tidak sengaja membelai pelan rambut Gita.

Mereka telah berada di sebuah tempat makan, duduk saling berhadapan dengan situasi yang sama. "Gita, aku minta maaf soal yang tadi ya. Janganlah kita berdiam seperti ini, tidak enak tahu," ucap Dirga dengan berani.

"Tidak apa-apa Dirga, aku juga merasakan hal yang sama. Jadi jangan saling diam ya," celetuk Gita tersenyum manis.

Kenapa harus senyum itu? Kalau sudah menunjukkannya, bisa-bisa Dirga lupa akan dirinya yang hanya sebuah teman tak berstatus. Bahkan keduanya baru saja mengenal satu sama lain.

Tidak lama kemudian makanan yang telah dipesan Dirga sebelum duduk tadi telah tiba. Nasi goreng seafood adalah kesukaan Gita, keduanya sama-sama memesan makanan yang sama. "Kamu suka juga?"

"Iya, aku sangat suka ini. Entahlah kenapa, bagiku ini sangat enak," jawab Dirga sambil menunjuk sepiring nasi goreng seafood yang ada di atas meja makan mereka.

"Benarkah itu? Kalau begitu kita memiliki kesamaan ya," ucap Gita dengan gembira.

"Coba kita tes, apa warna kesukaan kamu?" tanya Dirga.

"Kita jawab bersama ya, satu... dua... tiga.... "

"Hitam." Keduanya jawab secara bersamaan.

Memiliki banyak kesamaan membuat Dirga yakin kalau Gita adalah jodohnya, dengan seperti ini dia menjadi semangat mengejar cintanya.

Sedangkan Gita sedang memikirkan sesuatu, bagaimana jika nanti suaminya Hito tahu soal tentang makan berdua ini. "Apa aku harus memberitahukan Dirga, kalau sebenarnya aku telah menikah?" ucap Gita dalam hati.

Dia sudah merasa nyaman dengan Dirga, namun sebagai teman. Tidak ada salahnya sedikit berbagi mengenai suatu hal? Lagi pula ini bukan hal yang menyusahkan.

"Dirga." Panggil Gita dengan ragu-ragu.

"Iya?"

"Jika aku berbagi cerita kehidupan dengan kamu, apakah kamu bersedia?"

"Coba ceritakan!" ucap Dirga dan meletakkan sendok serta garpu ditangannya.

Mereka menghentikan acara makan untuk sebentar, keduanya sama-sama saling fokus. Dirga kini memandang Gita dan menunggu perempuan itu berbicara.

Jujur saja dia merasa bahagia dengan ucapan Gita barusan. Itu adalah sebuah pertanda, kalau Gita telah nyaman dan percaya padanya.

"Jadi sebenarnya aku itu.... "

Prank!

"Maaf Pak, saya tidak sengaja."

Mendengar benda jatuh dan sedikit kebisingan, membuat Gita mengalihkan pandangannya. Matanya membulat dan mulutnya ternganga saat melihat Hito yang tengah berada tidak jauh dari mejanya. Namun pandangan Gita hanya jatuh kepada perempuan yang ada disebelah suaminya. Dari kejauhan masih terlihat jelas sebuah name tag perempuan tersebut. "Dia perempuan yang pernah bersama dengan Mas Hito di hotel. Jadi dia itu sekertarisnya?" ucap Gita dalam hati.

Walaupun sedang bekerja, Gita tetap saja tidak senang melihat suaminya duduk berdampingan dengan perempuan lain. Gita terus saja menatapnya, sedangkan Dirga justru malah menatap Gita dengan kebingungan.

"Ada apa, kamu tidak jadi bercerita?" tanya Dirga.

"Sebentar," jawab Gita tanpa menatap Dirga.

Dia hanya fokus dengan sikap suaminya terhadap perempuan itu, terlihat biasa dan tidak ada yang spesial.

"Kalian terlihat serasi," ucap rekan kerjanya.

"Benarkah Pak, ternyata Pak Winata pandai bergurau," jawab perempuan tersebut.

"Menjalin hubungan akan membuat usaha semakin maju."

Sedangkan Gita yang mendengar pembicaraan mereka sudah menahan emosinya, dia kesal ketika suaminya yang dijodohkan dengan orang lain padahal nyatanya telah memiliki istri.

"Bapak masih muda, tapi jomblo kan?" tanya tekan kerjanya terhadap Hito.

"Iya, saya jomblo."

Baru saja Gita akan membuat kekacauan dan mengaku kalau Hito adalah miliknya. Namun pengakuan Hito membuat dia mengurungkan niatnya, tanpa pamit dengan Dirga yang tengah asik makan karena dia merasa diabaikan oleh Gita.

"Gita kamu mau kemana?" Teriakan Dirga mengundang mata.