Chereads / STAY WITH ME HONEY / Chapter 11 - Malam Pertama Yang Buruk

Chapter 11 - Malam Pertama Yang Buruk

Kemarin aku kembali dengan wajah yang amat gembira, aku kira Hito berbohong dan meninggalkan aku saat akan menjelang pernikahan, dia telah menaruh harapan pada keluarga aku. Ternyata pikiran buruk tentangnya salah, dia benar-benar menepati janjinya. Kini dalam hitungan jam aku akan menjadi istri sah dari Hito, seorang pengusaha terkenal dan kaya seperti yang selalu aku impikan.

Walaupun pernikahan kami sederhana karena hanya dihadirkan oleh keluarga kami tetapi aku tetap bahagia.

"Kamu cantik sekali Gita," ucap Bapak dengan wajah gembira. Aku jarang sekali melihat Bapak tersenyum seperti itu.

"Terimakasih, Pak. Bapak juga ganteng loh pakai jas itu," jawabku sambil terkekeh.

"Bisa saja kamu," ucapnya malu.

Aku bersama dengan Bapak berjalan keluar, karena acara ijab kabul akan segera dimulai. Mata ini tidak bisa berkedip saat memandang calon Suamiku. Dia sangat tampan, bahkan aku masih tidak percaya dengan semua ini. Walaupun sikapnya dingin, dia sangatlah baik dan sepertinya mencintai aku.

Kami memang belum lama saling kenal, tapi entah mengapa aku yakin saat Hito datang melamar dengan sungguh-sungguh.

Duduk disamping Hito membuatku masih setia memandanginya. Dia bagaikan pangeran tampan yang mengangkatku sebagai ratunya.

Jantungku terus saja berdetak cepat, saat dia menatapku dengan cepat aku menatap ke arah lain.

"Apakah sudah siap?"

"Siap," jawabnya dengan tegas dan tidak tertinggal wajah yang selalu datar.

"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Hito bin (Nama ayah pengantin laki-laki) dengan anak saya yang bernama Gita dengan maskawinnya berupa uang sebesar 1 Miliar dan emas sebesar gram, dibayar tunai.

***

Malam ini adalah malam yang ditunggu-tunggu oleh para pengantin baru. Perasaan aku campur aduk, jantung ini terus berdetak hebat dan keringat dingin mulai mengucur.

Aku merasakan hembusan angin yang amat kencang dari balik jendela, gorden terus saja bergerak karena tertiup angin. Aku penasaran dan berjalan mendekati jendela, memang benar angin malam ini sangatlah kencang seolah-olah akan datang hujan besar.

Setelah selesai menutup jendela, aku yang hendak kembali ke atas ranjang terkejut mendengar sesuatu.

Jgeeerrr!

Suara petir bergemuruh, dan sepertinya hujan telah turun dengan sangat lebat.

"Dimana Mas Hito ya, kenapa aku belum melihatnya sejak tadi?" ucapku sambil melangkah mencari keberadaan Mas Hito.

Saat sampai di ruang keluarga, aku hanya melihat ponselnya yang berdering tanpa ada sang pemilik. Jujur saja aku masih belum terbiasa dengan rumah sebesar ini.

Aku melangkah mendekati ponsel tersebut saat mendengar dering yang tak henti.

Mika, nama perempuan yang telah tertera sempurna di layar ponselnya membuat mataku membulat.

Dalam benak ini, aku bertanya-tanya, siapa Mika? Dan dimana Suamiku?

Duduk di sofa sambil memperhatikan ponsel Mas Hito yang masih berdering dan enggan ku angkat.

Suaranya sangat mengganggu dan saat hendak aku angkat, panggilan dimatikan begitu saja sehingga suara tadi lenyap.

Mataku menatap film pada layar televisi, namun pikiran dan hati ini tidak sejalan. Aku masih memikirkan telepon tadi dan keberadaan Mas Hito.

Ting....

Kembali aku dengar suara ponsel itu lagi, namun bukan panggilan melainkan pesan masuk.

Aku terdiam kaku, mulut ini telah bisu. Darah berhenti mengalir saat aku meneteskan air mata ketika melihat sebuah foto Mas Hito bersama dengan seorang perempuan.

Terlihat wajah yang amat cantik dan sangat sempurna, berbeda dengan aku. Siapa itu?

Aku menganggapnya hanya orang yang sengaja, karena persaingan bisnis bahkan musuh diluar sana yang membenci Suaminya. Mungkin mereka merasa tersaingi dengan Mas Hito, sehingga ingin menghancurkan rumah tangga kami yang baru seumur jagung.

Daripada pusing memikirkan, aku berjalan menuju kamar dan memilih menunggu Mas Hito yang entah kemana, juga tidak lupa membawa ponselnya.

***

Sudah lama aku menunggu di atas ranjang sambil berbaring, kini telah larut malam, namun Mas Hito masih belum kembali.

Ting....

"Ini foto kita tadi, aku kirim kamu agar selalu diingat." Pesan dari perempuan bernama Mika itu kembali masuk.

"Apa dia bersama dengan Mika ini?" tanyaku dalam hati dengan perasaan gelisah.

Tidak lancang bukan jika seorang Istri memeriksa ponsel milik sang Suami?

Itulah yang sekarang sedang aku lakukan.

Apa-apaan ini? Seharusnya aku tidak membukanya, karena semua kalimat romantis ini telah membuat luka gores dalam hatiku.

Air mata ini tidak bisa dibendung saat melihat setiap ketikan romantis Mas Hito terhadap Mika. Sikapnya sangat berbanding terbalik saat bersamaku, yang selalu senantiasa dingin bagikan kutub.

"Cafetaria, Jalan Flamboya." Tidak sengaja aku melihat sebuah alamat dari pesan yang aku lihat saat beberapa jam lalu.

Tanpa pikir panjang aku mengganti piyama dengan pakaian santai untuk pergi ke suatu tempat.

Semoga saja saat sampai disana tidak ada sesuatu yang terjadi seperti apa yang aku pikirkan.

***

Cafetaria

Aku telah berada di depan Cafe yang dimana merupakan kemungkinan bahwa Mas Hito berada disini. Jujur saja aku sangat takut dengan kenyataan, namun daripada penasaran aku lebih baik mengetahui sebelum tahu dari orang lain.

Saat sampai di parkiran, seketika langkah aku terhenti saat melihat mobil hitam milik Mas Hito.

"Semoga saja bukan hal buruk," ucapku sambil menetralkan nafas yang sangat sesak pada dada.

Baru saja akan melangkah masuk ke dalam, tiba-tiba saja aku dikejutkan oleh dua orang pasangan yang baru saja keluar. Dan dengan cepat aku bersembunyi di balik tembok berwarna toska.

"Apa itu Mika? Mas Hito, kamu selingkuh dengan perempuan lain?" ucapku pada diri sendiri yang tengah bertanya-tanya.

Dengan cepat aku mengikuti langkah mereka secara diam-diam dan hati-hati. Melihat keduanya masuk ke dalam mobil membuatku mencari-cari keberadaan taksi.

"Taksi.... " Aku berucap sambil melambaikan tangan saat melihat sebuah taksi hampir mendekat.

Aku pun masuk ke dalam dan mengikuti mereka dengan taksi yang aku tumpangi.

Tibalah aku di sebuah hotel bintang lima, aku berhenti mengikuti mobil Mas Hito yang juga berhenti.

"Untuk apa dia ke tempat ini?" tanya aku masuk ke dalam mengikuti mereka berdua.

Padahal aku pikir mereka adalah rekan kerja, namun saat melihat foto dan pesan yang dikirimkan oleh perempuan bernama Mika itu, membuat kepercayaan aku goyah.

"Mereka mau kemana si?" tanyaku dengan terburu-buru karena takut kehilangan jejak.

Bruk!

Aku tersungkur saat menabrak tubuh seseorang, rasanya sangat sakit karena kami berdua bertabrakan saat jalan dengan cepat.

"Maaf saya tidak sengaja."

"Iya, gapapa kok... loh Dirga," ucapku terkejut saat melihat orang tersebut adalah Dirga. Sudah beberapa hari kami tidak bertemu setelah kejadian di bar dan dia terseret ke kantor polisi karena aku.

"Gita, udah lama kita gak ketemu. Oh ya maaf soal orang tua aku waktu itu," ucapnya dengan wajah yang amat merasa bersalah.

Aku pun merasa iba, wajar sekali jika Ibu Dirga marah padaku karena aku yang membuat anaknya terjebak, namun untungnya kami tidak ditahan. "Sudahlah lupakan, itu juga salahku," jawabku tersenyum.

Tidak ada jawaban dari Dirga, justru dia menatapku dengan dalam sehingga membuat aku terkesima dengan wajahnya. Dia tampan dan juga baik, jika aku belum menikah dengan Hito, mungkin aku bisa jatuh hati dengannya.

Aku tersadar dengan kami yang saling tatap, "Kenapa kamu menatapku seperti itu?"

"Maaf, aku hanya.... "

"Aishhh... aku lupa, Dirga kita bertemu lagi nanti."

Aku pun pergi berlari meninggalkan Dirga sendiri, karena tidak sengaja saling tabrak dan perbincangan kami aku sampai kehilalngan jejak keberadaan Mas Hito.