Bab 4
***
Kevin berjalan luntang lantung dijalan raya, tidak tahu dia harus pergi kemana.
Dengan koper yang diseretnya kesana kemari. Tak tentu arah dan tujuannya.
Kevin berhenti di halte bus. Rencananya dia ingin pergi menjauh dari tempat tinggalnya. Ingin menjauh dari Mama dan Papanya.
Kevin menghubungi Chris teman sekampusnya. Dan meminta tempat untuk menginap beberapa hari.
"Chris, bisa gak beberapa hari ini aku nginap di rumahmu. Please, aku diusir dari rumah. Aku gak pegang uang sepeser pun," kata Kevin
"Apa? Diusir? Yang bener saja. Kok bisa Mamamu tega ngusir kamu dari rumahmu sendiri," Chris merasa keberatan Kevin akan tinggal dirumahnya.
"Boleh gak, aku akan kesana sekarang ya," kata Kevin meminta pendapat.
"Gimana ya," Chris ingin mengatakn tidak tapi berat.
"Gak boleh ya, temen macam apa kamu Chris. Kalau aku kesusahan kamu gak mau nolongin. Padahal tiap hari kamu sering ngabisin uangku juga," Kevin tidak mau mendengar jawaban Chris. Dia merasa temannya satu itu tidak lagi bisa diharapkan.
Dia menghubungi beberapa temannya yang sering dia ajak ke Club, pesta, cafe dan tempat-tempat lainnya yang menghabiskan banyak uang.
Tidak satupun diantara mereka yang mau memberi tempat penginapan untuk Kevin. Apalagi sekarang Kevin sudah tidak memiliki uang. Bagi mereka dia sudah tidak ada gunanya. Tidak bisa dimanfaatkan lagi.
"Oh, jadi pertemanan kita seperti ini. Mereka hanya melihat uangku saja. Disaat aku menjadi miskin tidak satupun dari mereka yang mau membantuku, awas ya kalian!" Kevin akan membalas perbuatan mereka suatu hari nanti.
Kevin mengambil dompet lipat di saku belakang. Melihat uangnya yang yang tinggal beberapa lembar warna merah.
"Apa aku bisa hidup dengan sisa uang ini?" Kevin tidak menyangka dia harus memilih kehidupannya sendiri. Tanpa Papa dan Mamanya.
Saat bus berhenti di halte, Kevin naik ke dalam bus. Bus ini bus jurusan kota Semarang.
"Aku harus meninggalkan Kota Surabaya. Aku akan membuktikan aku bisa hidup tanpa Papa Mama," hibur Kevin pada dirinya sendiri.
Beberapa jam berlalu, Kevin turun dihalte bus Kota.
Kevin terdiam, kemana dia akan melangkahkan kakinya.
Dia tetep berjalan menyusuri jalan-jalan di kota disana. Berhenti dan menoleh kesana kemari. Ingin mencari tempat untuk bermalam. Hari mulai sore, dia harus mendapatkan tempat untuk tidur malam itu.
Sampai disebuah toko, Kevin membaca sebuah kertas HVS ditempelkan di depan pintu toko.
"Kos murah Rp. 250.000/bulan"
"Aku mau itu. Cukup untuk aku tidur sebulan, harganya terjangkau. Daripada aku luntang lantung dijalan gak jelas," gumam Kevin dalam hati.
Sampainya di kos-kosan pria. Dia menjumpai ibu kos. Dan membayar lunas untuk dia menginap sebulan disana.
Kevin masuk ke dalam kos yang berderet 10 ruangan. Saling berhadapan, dengan kamar berukuran 4m², lumayan untuk kasur dan tempat bajunya.
Kevin memasuki kamarnya, dan langsung membaringkan tubuhnya dikasur yang tidak empuk. Dan ada satu bantal yang di pakai untuk meletakkan kepalanya. Keras, tidak rata membuat kepala sakit rasanya.
"Astaga, ini benar parah banget, kalau tiap hari tidur diatas kasur super keras gini. Bisa-bisa badanku remuk semua," gerutu Kevin sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Dia harus bersabar menerima ini.
Malam itu adalah malam pertama dia tidur dikos pria yang di pilihnya sendiri. Sampai dia terlelap dengan sendirinya.
Kevin terbangun, melihat jam ditangannya menunjukkan pukul 10.00 malam.
"Krucukkkk,"
Terdengar bunyi suara perut Kevin mulai keroncongan.
"Aduh, aku laper banget. Mana tadi siang lupa gak makan," Kevin berdiri dan keluar kamar kos mengunci pintu dan pergi mencari makan untuk mengganjal perutnya.
Kevin duduk di kursi panjang ditepi jalan komplek. Menoleh ke kanan dan ke kiri menunggu penjual apapun itu yang akan lewat di depannya.
Satu penjual tahu campur akan melewatinya, dengan gerobak dorong yang didorongnya dengan tenaga extra, tapi tidak berhasil cepat. Kerena beratnya gerobak. Agak kelelahan juga sepertinya sang penjual
Kevin menunggunya dengan sabar. Hingga dua benar-benar tiba didepannya, tanpa harus mendekati.
"Pak beli!" Teriaknya, Gerobak dorong berhenti tepat di depan ia berdiri.
"Satu porsi tahu campurnya Pak," Kata Kevin.
"Ya Mas, silahkan tunggu!"
Tidak butuh waktu lama pesanan sudah siap. Dengan cepat karena kelapaean Kevin segera melahapnya.
"Mas bukan orang sini ya, gak pernah lihat mas soalnya," tanya Penjual tahu campur.
"Ya Bang, baru ke kota Semarang tadi sore," jawab Kevin tidak berhenti mengunyah.
Tanpa malasnya penjual itu bertanya terus pada Kevin yang sedang makan. Benar-benar tidak sopan.
"Mas sepertinya anak orang kaya ya, dari baju dan penampilan mas terlihat sekali mas itu tajir," Kata nya sambil cengar cengir.
"Haha. Gak Pak, mana ada orang kaya makan dipinggiran jalan jaya gini?" Kevin menampik kebenaran.
Malam yang sunyi sepi itu terdengar gaduh karena tawa mereka. Di area kompleks sana memang sepi jauh dari jalan umum. Tidak ada yang lewat pada pukul 09.00 ke atas.
"Sepi ya Pak disini," kata Kevin. Merasa bingung dengan lingkungan yang mati seperti tidak berpenghuni.
"Ya Mas, kalau jam segini memang sepi. Memang area kompleks sih. Masnya tinggal di kosan Bu Ani itu ya!" Tanya penjual dengan berjalan mendekati Kevin lalu duduk didekatnya.
"Ya Pak. Anak-anak kos kelihatan nya uda pada tidur juga. Sepi gak kedengaran obrolan diantara beberapa kamar di sana," kata Kevin
****
Hari berikutnya, Kevin hanya tiduran di kamar. Apa yang harus dia dilakukan diluar sana. Apa dia mencoba mencari pekerjaan.
Sama sekali bukan keinginannya. Tapi dengan mengandalkan ijasah SMA saja apa ia dia bisa mendapatkan pekerjaan dadakan.
Paling cepat jadi tukang bersih-bersih. Dasar sekolah tidak sekalipun juga dia mendapatkan peringkat.
Seminggu dia melamar pekerjaan di sekiran sana. dari penjaga toko tidak diterima, di tes berhitung saja sudah salah semua. Sampai yang punya toko takut dagangannya laris tapi uangnya gak ada, Les privat buat anak-anak SD, hehehe pernah mencoba malah pintar anaknya dari gurunya, paling parahnya dia nyoba menjadi petani. Sama sekali tidak ada yang bisa dia kerjakan.
Pada akhirnya dia bertemu dengan seseorang yang memperkerjakannya sebagai seorang pelayan sebuah warung makan. Tidak terlalu mewah, tapi dia lumayan cukup bisa mengerjakan semuanya pelan dan masih belajar, Malang sekali nasibnya sebagai pemuda anak Chef terkenal.
Ah, membuatnya pusing jika harus mengingat kedua orangtuanya yang telah mengusirnya dari rumah.
Apa mereka bisa dikatakan orang tua yang baik, sudah tega membiarkan anaknya luntang lantung dijalanan seperti ini.
Dalam hati Kevin akan membuktikan bahwa dia bisa hidup tanpa bantuan papa dan mamanya.
Dia akan akan berjuang mulai dari nol. Fikirnya sendiri.
****
"Kevin, satu bulan ini kamu menggantikan Tino ya beli keperluan warung di pasar!" Suruh Bu Rosa pemilik warung yang letaknya ditepi jalan raya tidak jauh dari kosnya tinggal.
"Baik Buk Rosa," jawab Kevin mantab
"Kasihan sih sebenarnya melihat pemuda ganteng bermata sipit itu harus berat-berat kerja di warung ini. Tapi mau bagaimana lagi. Dia menginnginkan pekerjaan itu," gumam Bu Rosa melihat Kevin yang berupaya keras demi pekerjaannya.