Bab 17
Jika saat ini, pertemuan terakhir Jhony dan Nirmala apa dia kuat menahan ini semua.
"Ya, aku tidak boleh memberi tahukan Nirmala pada pria ini. Nirmala sekarang anak mereka." Lagi Jhony bergumam dalam hati.
"Tapi apa dia bisa membahagiakan Nirmala. Yang tiap harinya hanya di beri maka ikan asin?" Jhony bimbang dengan fikirannya sendiri.
"Aku harus mengambil keputusan," lagi gumamnya dalam hati. Memikirkan semua yang harus diputuskan.
"Kenapa Bapak diam? Apa bapak kenal dengan kakak saya ini?" Tanya Brian lagi.
"Maaf mas, saya tidak pernah melihatnya," jawab Jhony pada Akhirnya. Dia terpaksa menutupi kebenaran itu.
"Oh yah sudah Pak, katanya sih banyak yang melihat kakak dikampung sini terimah kasih sebelumnya." Ucap Brian berpamitan.
"Ya Nak!" Jawab Jhony.
Melihat Brian sudah jauh, segera dia melewati jalan persawahan dengan berlari menuju rumahnya.
"Bu, Bu !!" Teriak Jhony pada Bibi Asih didalam rumah. Nampaknya Bibi masih memasak di dapur. Tidak mendengar suara suaminya memanggilnya. Karena suara gemericik minyak yang meletup letup.
"Buk, Ibuk!"
"Ya Pak, ada apa? Aku masih masak Pak. Kenapa kamu kembali pulang lagi? Apa gak jadi ke sawah?"
"Buk, ada pria yang mencari Nirmala." Ucap Jhony merendahkan suaranya menjelaskan pada Bibi Asih.
"Siapa Pak?" Tanya Bibi tak kalah paniknya.
"Dia kakak Nirmala Buk anak kita. Bagaimana ini Pak? Apa kita menyembunyikannya saja Nirmala dari adiknya itu? Tapi rasanya ini tidak benar Pak," jawab Bibi Asih bingung dan tidak bisa berfikir jernih.
Mereka menemui Nirmala yang ada dalam kamar, Demamnya belum turun, dia terbaring di kamarnya.
"Dia masih terlelap Pak, gak tega aku membangunkannya," kata Bibi Asih.
Nirmala ternyata tidak tidur, dia hanya memejamkan kedua matanya saja.
Nirmala duduk dan menyuruh Bibi dan pamannya duduk didekatnya.
"Kamu tidak istirahat Nirmala?" Tanya Bibi berjalan menghampirinya dan mengelus rambut Nirmala yang acak-acakan.
"Ada apa Bibi dan Paman memandangiku dari sana?"
"Gini Nirmala, ada Adikmu mencarimu. Dia sekarang ada dikampung ini. Tadi dia mencari kamu bertanya pada Paman, Tapi paman tidak berani menjawabnya."
"Adik siapa Paman? Lea?"
"Dia seorang pemuda, tampan dan tinggi." Jelas Jhony
"Apa dia Brian. Dia sudah pulang ke rumah rupanya," terka Nirmala.
"Apa kamu mau pulang bersamanya Nirmala?" Tanya Bibi Asih
"Menurut Bibi Asih, aku harus bagaimana?" Nirmala nampak linglung juga. Belum bisa memberi jawaban.
"Semua terserah kamu Nirmala! Pilihlah apa yang menurutmu baik," jawab Bibi Asih.
"Tok tok tok!!!"
"Apa itu Brian?"gumam Nirmala dalam hati. Sebenarnya hatinya juga sangat galau sekarang. Apa yang harus dia putuskan.
Bibi Asih dan paman Jhony keluar dan membukakan pintu.
"Ucup?" Sapanya, hampir saja jantung bibi copot belum melihat pria yang berdiri disebelahnya.
"Ini Bu Asih Mas Brian, ingin menjemput kakanya Nirmala, aku tidak mengira kalau Nirmala anak dari keluarga kaya," kata Ucup
Bibi Asih berjalan keluar pintu dan benar melihat seorang pemuda gagah tinggi didepannya.
"Silahkan masuk Mas!" Suruh Bibi Asih
"Terimakasih Bu," jawab Brian dengan sopan dan tubuh membungkuk dia memasuki rumahnya dan duduk di kursi kayu sederhana.
Brian melihat Jhony yang ditemui awal kali dia masuk ke desa ini. Tapi mengapa dia tidak berkata jujur. Brian diam saja mungkin ada alasan tersendiri.
"Maaf Bu, maksud kedatangan saya kemari. Ingin menjemput kakak saya Nirmala," jelas Brian
"Ya Nak, Nirmala ada didalam. Sebentar ya saya panggilkan,"
Tidak lama itu Nirmala keluar berjalan dengan lemas. Nirmala tersenyum melihat adiknya yang terlihat tampan gagah itu, sebelumnya dia belum pernah melihatnya, karena dia study di America.
"Kakak Nirmala?" Sapa Brian, dia berdiri dan menyadari bahwa Nirmala kakaknya benar-benar sangat cantik. Tidak hanya yang dilihat di fotonya. Bahkan aslinya dia jauh lebih cantik.
"Perasaan apa ini? Aku tidak boleh memujinya berlebihan. Dia adalah kakakku." Gumam Brian, Brian tersadar ada benih cinta dalam hatinya saat melihat Nirmala gadis yang ada di depannya ini. Rambutnya tergerai panjang, hidungnya mancung dan kulitnya sangat putih bersih.
Nirmala menjabat tangannya pada Brian dengan memberinya seulas senyum yang biasa ia tunjukan.
"Kak tubuhmu demam!" Kata Brian merasakan suhu tubuh Nirmala yang tinggi.
"Ya Nak, Kakakmu sedang sakit. Kemarin baru ke dokter." Jawab Bibi Asih
"Kakak Nirmala, saya kesini buat mengajak kakak pulang kerumah. Saya sekarang tinggal dirumah kakak. Papa mencari kakak kemanapun tidak ketemu, baru sekaran aku bisa menemukan kakak disini, tadi papa ada meeteng tidak bisa ikut bersamaku," jelas Brian.
"Maaf Kakak tidak bisa meninggalkan Bibi Asih. Kakak tidak mau ikut bersamamu Dik. Kakak bahagia bisa tinggal disini meski sederhana Kakak kerasan tinggal mereka," jawab Nirmala melihat kearah Bibi dan pamannya.
"Tapi ini bukan rumah Kakak, bagaimana dengan Papa? Papa sangat mengkhawatirkan keadaan Kakak Nirmala. Apa Kakak tidak kangen dengan Papa Sony?" Lagi tanya Brian pada Nirmala yang tampak linglung.
"Beri aku waktu Dik," Kata Nirmala
"Baiklah, aku beri kakak waktu satu Minggu. Selama satu minggu kakak harus bisa memutuskan akan tinggal dimana, Hari Minggu esok aku akan datang kesini lagi bersama Papa Sony," jelas Brian memberikan kelonggaran Nirmala.
"Tapi apa keadaan kakak sekarang tidak apa-apa? Kakak demam tinggi loh. Katanya dari kemarin, kalau tidak segera diperiksakan lagi takutnya kakak kenapa-kenapa." Jelas Brian mengingatkan keadaan Kakaknya.
"Ya Nak, nanti Bibi akan bawa ke klinik lagi Nirmala." Kata Bibi Asih
"Kalau begitu saya akan mengantarkan kalian!" Kata Brian.
"Tidak perlu, kami bisa naik angkot." Jawab Bibi Asih
"Dari pada naik angkot berdesakkan. Lebih baik naik mobil bersama saya. Kasian Kak Nirmala Bi,"
"Ya sudah kalau begitu,"
Sampainya di klinik tempat kemarin dia perisa dan menguji lab.
"Aku mau keruangan laboratorium Dik,"
"Aku antarkan Kak, Kakak mau uji lab?"
"Kakak mau ambil hasil lab. kemarin," jawab Nirmala.
"Kakak tunggu disini. Biar aku ambilkan!"
"Baiklah Dik,"
Brian menuju ruang laboratorium, dan menemui perawat disana. Dia mendengar seseorang pria meminta hasil lab atas nama Nirmala Kumalasari.
"Bukankah itu nama kakaknya?" Gumamnya dalam hati.
Segera dia memasuki ruangan itu tanpa permisi. Dan perawat yang berjaga memarahinya. Karena tidak mau mengantri.
"Maaf Sus, jangan berikan hasil itu pada dia. Saya adik dari pasien itu. Nirmala Kumalasari," kata Brian.
Kevin melihatnya dengan tidak percaya. Masa dia benar adik Nirmala. Dia bahkan terlihat jauh lebih rapi dari sekedar adiknya.
Tak lama setelah itu, dia baru sadar kalau pria itu pernah bertanya tentang seorang wanita yang berada di foto layar ponselnya. Dan memang gadis itu Nirmala.