BAB 13
Kevin menatap Nirmala dengan linglung, apa tidak salah dia berkata seperti itu. Tidak biasanya.
Dia jadi berfikir bagaimanakah sifat asli perempuan ini. Kevin mulai penasaran untuk mengenalnya lebih dekat.
"Bagaimana keadaanmu sekarang?" Tanya Kevin mula-mula. Sebelumnya dia tidak pernah Se-care ini pada wanita.
"Aku merasa pusing," jawab Nirmala dengan memegang kepalanya.
"Kamu beristirahatlah, aku akan menghubungi keluargamu." Kata Kevin pada Nirmala. Tidak ingin Nirmala banyak gerak. Biar dia istirahat dulu disana.
"Jangan Kak, habis ini aku akan pulang saja. Aku tidak mau merepotkan siapapun." Kata Nirmala dengan lemas dia ingin bangun dari tidurnya.
"Kamu masih sakit. Menginaplah dulu satu malam disini!" Perintah Kevin
Nirmala bersih keras bangun dari tempatnya berbaring.
"Aku sudah tidak apa-apa." Katanya mencoba berdiri tegap.
Dia berjalan keluar dan menuju keruang administrasi.
"Kamu mau kemana?" Tanya Kevin memegang tangan Nirmala.
"Aku mau ke ruang administrasi," Jawab Nirmala
"Biaya administrasi sudah aku lunasi," kata Kevin datar. Tidak ingin mendengar kata pujian dari mulut Nirmala.
"Berapa aku harus membayarmu?" Tanya Nirmala tidak ingin berhutang Budi padanya.
"Ngomong apaan sih!" Kata Kevin melempar muka. Ternyata dia tipe wanita yang tidak ingin menyusahkan orang.
"Aku akan bayar hutangku," jawab Nirmala.
"Terserah kamu. Tapi kapan-kapan aja, sekarang aku masih belum butuh," lagi jawab Kevin dengan wajah dinginnya.
Nirmala memasuki kamarnya. Dan mengemasi barang-barangnya yang tertinggal.
Ada Suster kesana, dan menghalangi Nirmala pergi. Nirmala menjelaskan bahwa dirinya sudah sehat. Dan ingin segera pulang.
"Mbak, kondisi mbak belum sehat loh. Kalau terjadi sama Mbaknya kami tidak ikut tanggung jawab," Suster Klinik memperingatkan.
"Ya suster, bener aku sudah tidak apa-apa!"
"Mas, pacarnya mau pulang kog gak dicegah sih. Kasihan loh kondisinya masih lemas. Demamnya juga belum turun," lagi kata Suster pada Kevin. Kevin hanya mengerutkan jidat.
"Maaf ya sus, saya bukan pacarnya. Dari tadi kan saya sudah bilang. Kalau saya hanya menolongnya dijalan karena pingsan.
"Ya ya Mas, gitu aja marah sih. Saya hanya bercanda kok," kata-kata suster itu membuat Kevin tidak tenang.
"Baik suster, kami pamit pulang." Kata Nirmala, namun didahului Kevin berjalan lebih darinya.
Nirmala dihentikan suster, dan membicarakan mengenai hasil labnya besok.
"Mbak Nirmala, besok pengambilan hasil labnya pagi ya sekitar jam 09.00. Saya lupa tidak kasih tau masnya tadi,"
"Loh, tadi ngambil sampel darah saya sus?"
"Ya mbak Nirmala, kami tadi sudah izin Mas Kevin," jawab Suster yang masih dengan tugas-tugasnya memeriksa pasien diruangan itu.
"Ya sus. Besok saya sendiri yang akan mengambil hasil ya," jawab Nirmala.
Nirmala kembali pulang dengan lemas. Sesungguhnya tubuhnya masih sangat terasa sakit.
Kepala yang masih pening, tidak ia rasakan. Dia tidak ingin terlihat lemah didepan semua orang.
Kevin sudah jauh darinya. Nirmala menilai cowok itu ada sisi baiknya juga. Malah mengira dia adalah cowok yang cuek, tidak akan mengganggap perempuan sepertinya ada.
Nirmala berhenti dan duduk di kursi ruang tunggu. Rasanya dia susah untuk berjalan jauh. Rasanya sangat lelah, kakinya gemetaran. Karena memakai sebuah masker tanpa sengaja darah segar mengalir dari hidungnya lagi.
"Dia hanya diam, takut suster yang menangani dia tadi melihatnya dan menyuruhnya masuk ke dalam ruangan.
Dia bergegas keluar dari klinik, mencari pria yang membawanya tadi. Dia tidak menemukanny dimana pun.
Nirmala menundukkan kepalanya, sebenarnya dalam hati ingin meminta tolong dia untuk mengantarnya pulang ke rumah Bibi Asih.
"Ternyata dia sudah pergi." Nirmala menghela nafas.
Ditengah jalan Nirmala dihadang seorang wanita seumuran dengannya. Dia mencercah dengan seribu pertanyaan pada Nirmala.
"Hai kamu!" Sapa wanita bertubuh tinggi namun tidak seberapa cantik. Ada tahi lalat di bawa bibirnya.
Nirmala merasa tidak kenal dengan perempuan itu. Dan dia menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan bahwa dia yang dipanggil wanita yang menenteng sebuah tas. Meski dengan perasaan aneh.
"Ya kamu siapa lagi. Di sini tidak ada siapapun kecuali aku dan kamu!" Teriak perempuan yang juga memakai kacamata itu.
"Ada perlu apa mbak panggil saya?" Tanya Nirmala mendekati wanita yang wajahnya tidak ramah.
"Aku mau tanya pada kamu. Cewek sok cantik."
Nirmala merasa terkejud, Dia kenal tidak, tapi nada bicaranya tinggi." Nirmala masih bingung. Tapi melihat wajahnya dia seperti tidak suka dengan Nirmala. Dia harus berhati-hati menjawab pertanyaannya.
"Ya Kak, kenapa?"
"Ada hubungan apa kamu dengan Kevin?" Tanya Perempuan itu penuh emosi.
Nirmala masih bingung siapa yang dimaksud dengan Kevin. Nirmala menggeleng kepalanya, tidak mengenal siapa itu Kevin.
"Halah, kamu itu dasar cewek perebut pacar orang." Kata wanita itu lagi.
"Bentar ya Kak, maaf sebelumnya aku tidak mengenal siapa itu Kevin. Dan aku juga tidak dekat dengan siapapun cowok disini," jelas Nirmala dengan menahan kepalanya yang masih pusing pada cewek itu.
"Kevin tuh cowok yang tadi nganter kamu kesini! Aku melihat dua kali kamu sama dia," jelas perempuan yang belum ngasih tau namanya itu.
Nirmala tergelak tawa. Dia tertawa lepas melihat kelucuan cewek itu.
"Kakak, aku mau jelaskan ya. Dia bukan siapa-siapa aku. Kami bertemu juga secara tidak sengaja. Waktu dipasar juga dia sekedar menolongku menyebrang. Trus tadi aku pingsan tidak sengaja di juga yang menolongku membawa kesini." Jelas Nirmala pada perempuan itu.
Tidak lama kemudian Kevin datang, dan menyeret tangan Nirmala tangan masih berbicara pada wanita didepannya
Kevin tidak melihatnya sedikitpun. Dia tahu cewek itu hanya cewek tidak jelas. Pacar bukan tapi suka memarahi prempuan lain yang bersamanya. Kevin merasa risih sendiri dibuatnya.
"Kevin! Kevin tunggu!" Teriak gadis itu. Kevin pergi saja tidak mendengarkan teriaknnya.
"Aduh pelan-pelan dong! Kenapa pakai tarik-tarik gini sih. Tuh cewek kamu panggil-panggil kamu!" Ucap Nirmala berlari dengan memukul-mukul tangan Kevin untuk melepasnya.
"Udah diem!" Kata Kevin datar dan tetap menarik tangan Nirmala tanpa melihat wajah Nirmala yang meringik kesakitan.
Setelah dia melihat kebelakang dan tidak lagi melihat gadis tadi di sana Kevin segera melepaskan tangan Nirmala.
Kevin melihat wajah Nirmala yang memucat. Dan hidungnya keluar darah lagi.
Kevin segera mengambil sapu tangan di sakunya. Dan membantu Nirmala mengusap darah itu dari lubang hidungnya.
Nirmala terdiam dan memperhatikan Kevin. Dia terpaku dan membisu. Seperti ada sengatan listrik ke tubuhnya. Begitu juga Kevin, dia menatap dalam Nirmala. Kedua mata mereka tidak sengaja saling bertemu.
"Astagfirullah apa yang ku pikirkan saat ini?" Gumam Nirmala dalam hati dan merebut kasar sapu tangan itu dari tangan Kevin. Kevin terkejut.
"Aku bisa sendiri!" Kata Nirmala menunjukkan sikap menyebalkannya lagi.