Bab 12
Nirmala masuk kedalam kamarnya dan mulai mengemasi semua barang-barangnya kedalam koper.
Dengan deraian air mata yang mengucur deras membasahi pipi, dia berjalan lemas meninggalkan kamarnya.
Dipandanginya foto-foto yang terpajang di dinding-dinding kamar Nirmala.
Foto masa kecil, foto bersama mama dan papanya
Nirmala sudah mengira, akan ada hal buruk setelah dia pulang dari Bar itu. Dan benar saja hari ini juga dia di usir oleh papa Sony .
"Nona Nirmala, Nona akan tinggal di mana?" Tanya Bibi Ijah cemas.
"Tidak tau Bik, doakan saja aku bisa melewati semua ujian ini," Jawab Nirmala mencoba tenang, tapi tubuhnya terlihat lesu tidak ada semangat dalam dirinya sekarang ini.
"Bibi percaya Nona Nirmala tidak melakukan hal itu. Bibi percaya Nona Nirmala gadis yang baik," ucap Bibi lalu memeluk gadis itu dengan perasaan kasihan. Bibi Ijah ikut menangis bersama Nirmala.
"Hiks hiks hiks, hanya Bibi yang mempercayaiku." Kata Nirmala juga memeluk erat tubuh Bibinya.
"Bibi sayang Nona Nirmala," Kata Bibi mengelus pundak Nirmala. Betapa berat cobaan untuk gadis itu. Dia harus memikulnya sendiri. Nirmala hanya mengangguk kan kepalanya.
"Nona, kalau Nona tinggal di kampung mau gak Nona Nirmala? Nona tinggal di saudara Bi Ijah. Desa Sumber Rame Kota Semarang. Bibi akan kasih tau alamat lengkapnya. Daripada nanti Nona Nirmala luntang lantung dijalan,ya kali bertemu orang baik. Kalau tidak?" Kata Bibi Ijah memberi pendapat.
"Boleh Bih Ijah. Saya akan kesana," jawab Nirmala.
****
Sementara semua foto-foto Nirmala juga di sebar dimading sekolah oleh Lea.
Banyak yang tidak menyangka Nirmala gadis selugu itu bisa mabuk-mabukan bersama pria.
Apa lagi foto dia tanpa busana dan tidur bersama pria. Membuat pihak sekolahan menghubungi Sony dan Wira. Untuk mengeluarkan Nirmala dari sekolah. Saat itu satu sekolah geger atas informasi itu. Pihak sekolahanpun ikut tercoreng. Untungnya Nirmala tidak kembali ke sekolah, atau tidak teman-temannya akan mempermalukannya habis-habisan.
Steve, satu-satunya pria yang paling bersedih melihat kelakuan gadis yang sempat dia cintai itu.
Hanya karena info bohong dia percaya begitu saja.
Lea mencuri kesempatan itu untuk mendapatkan hati Steve. Tapi Steve memilih untuk pindah ke Luar negri. Agar bisa melupakan seluruh perasaannya pada gadis itu
****
"Nirmala! Nirmala! Kamu melamun?" Tanya Bibi Asih memukul pundak Nirmala dengan keras.
Seketika lamunan itu hilang. Air matanya disapu dengan segera. Tidak ingin Bibi Asih melihatnya lemah.
Dia menoleh ke arah Bibi yang tampak khawatir dengan keadaanya. Dan membuat senyum berat yang sengaja dibuatnya sendir untuk menutupi segala kesedihan itu.
"Jam berapa ini kamu tidak tidur Nirmala?" Tanya Bibi Asih mendekat dan ikut duduk disampingnya .
"Belum ngantuk Bi Asih," jawab Nirmala linglung
Bibi Asih menatap wajah Nirmala dan melihat kedua bola matanya.
"Kamu habis nangis?" Tanya Bibi Asih lebih memperjelas melihat tatapan Nirmala yang sengaja dia sembunyikan.
"Kamu kenapa menangis Nir?"
"Tidak ada apa-apa Bi," Nirmala memasang topeng cantiknya untuk membohongi Bi Asih.
"Sudahlah Bi, ayo segera tidur. Sudah larut malam!" Ajak Nirmala menggandeng lengan Bibi nya.
Bibi Asih mengetahui Nirmala sedang menyembunyikan kesedihannya sendiri.
Keesokan harinya,
Nirmala berniat berdagang dipasar dia membuat aneka gorengan dan beberapa masakan yang hanya bertempat di keranjang.
"Kamu kuat mengayuh sampai Pasar Tengilis?" Tanya Bibi tidak percaya.
"Bismillah Bi, doakan daganganku habis ya Bi?"
Dengan sepeda butut milik pamannya dia sampai di pasar Tenggilis. Pasar yang biasa ia datangi untuk membeli keperluan dapur.
Nirmala berdiri dibawah pohon biasanya dia menunggu angkot.
Dengan senyuman lebar dia akan menarik pembeli.
"Gorengan Mbak, Pak ada Ceker pedas juga," Sapanya pada orang yang lalu lalang.
Dari mereka ada juga yang mampir untuk membeli. Sudah hampir siang dan dia melihat masih separuh sisa yang ia jual
Ada satu pria datang dan akan membeli dagangan nya.
"Gorengannya Mbak sepuluh ribu," ucapnya.
Keduanya tidak saling melihat, saat dia menerima uang itu. Baru sadar dia adalah pria yang pernah ia tampar tempo hari.
"Astaga, kamu gadis kemarin yang nampar aku kan? Oh sekarang alih profesi nih? Dari tukang tampar jadi tukang gorengan?" Tanyanya dengan meledek.
Nirmala hanya diam saja tidak meladeni pria ini, dia fokus kepembeli lain.
"Uhh ... Diajak bicara dicuekin! Kualat loe!" Ancam Nirmala.
Ada satu pria turun dari motor dan membeli habis jualan Nirmala. Dan semua di kemasi.
.
"Aku duluan ya," Sapa Nirmala pada Kevin yang masih berdiri disana memandangi Nirmala.
Nirmala berjalan pelan, belum mengayuh sepedanya. Dia menuntunnya hinggah jauh.
Tubuhnya terasa lemas lagi. Kepalanya berkunang-kunang. Dan akhirnya tersungkur ketanah.
Kevin yang masih memperhatikan nya berlari untuk menolongnya. Tapi orang disekitar lebih dulu membantu gadis itu.
"Kenapa dia sampai pingsan gitu?" Tanya Kevin dalam hati .
Dia mendekati Nirmala, dan menggendongnya menaikkan keangkot untuk membawanya keklinik terdekat.
Tubuh Nirmala berada dalam pangkuan Kevin. Matanya terpejam, meski dia menutup matanya dia tetap terlihat cantik fikir Kevin.
"Aduh, aku ngomong apa sih," Kevin menahan detak jantungnya yang berdegup kencang melihat Kecantikan Nirmala yang baru saja dia sadari.
Sampai diklinik, dokter memeriksa nya. Tekanan darahnya rendah, dan suhu badannya tinggi.
"Mas, aku minta izin untuk mengambil sampel darahnya ya ?" Kata Dokter pada Kevin.
"Aduh, mana uangku menipis. Uang dari mana coba aku mengambil hasilnya besok," gumam Kevin dalam hati. Antara kasihan dengan gadis itu dan kasihan pada sakunya yang kering.
"Ya dokter, terserah dokter saja." Kata Kevin akhirnya mengiyakan saran dari dokter itu.
Dokter membawa sampel darah Nirmala kemudian dibawa ke ruang laboratorium untuk di cek.
"Mas, hasil ini keluar satu hari lagi," Kata salah satu perawat penjaga laboratorium.
"Nanti hubungi saya ya jika hasilnya selesai, saya akan meninggalkan nomer telepon saya." Kata Kevin pada sang perawat.
"Baik Mas, oh ya itu pacar Masnya ya? Cantik mas," Tidak di duga perawat itu menanyakan hal yang tidak disangkanya
"Bukan. Saya hanya menolongnya saja dia pingsan dijalan. Saya hanya membantu membawanya kesini." Jawab Kevin
"Oh.. Cocok loh Mas sama Mbaknya. Sama-sama ganteng dan cantik." Ucap perawat menggoda Kevin.
"Ah apaan sih sus!" Kevin menampik perasaannya sendiri. Memng sih gadis itu cantik.
Tapi dia tidak bisa bersikap biasa saat bertemu dengannya.
"Mas gadis itu sudah sadar diruangannya," kata suster memberi tahu.
Segera Kevin berjalan menuju kamar Nirmala. Dan melihat keadaanya. Meski dia pria sombong dan acuh. Kevin masih tetap punya hati.
"Kamu sudah sadar?" Tanya Kevin pada Nirmala yang masih terbaring lemas di kasur klinik.
"Alhamdulillah aku sudah baikan, terima kasih ya sudah mau membawaku kesini!" Kata Nirmala dengan halus.
Tidak seperti Nirmala yang biasa ia temui.