"Maaf mak, Aininyo ado mak? (maaf bu, Aini nya ada?) tanya Gilang kepada ibunya Aini.
"Aini tadi amak suruah pai ka lapau, mungkin sabanta lai pulang, tunggulah dulu," (Aini tadi ibu suruh ke warung, mungkin sebentar lagi pulang, tunggulah sebentar).
"Jadi mak, bialah Gilang tunggu Aini pulang (iya bu, biar saya tunggu Aini nya pulang).
"Minumlah lah dulu Gilang! Iko amak buek teh manis, sambia Gilang manunggu Aini tibo," (minumlah dulu Gilang! Ini ibu bikin teh manis menjelang Aini datang) kata si ibu sambil meletakan segelas teh manis di lantai pas dimana Gilang duduk.
Tidak berapa lama Gilang duduk menunggu, terdengar suara salam dari luar rumah.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam," jawab Gilang dan ibunya dari dalam rumah.
"Haa itu Aini lah pulang masuklah nak, iko ado Gilang mancari kau dari tadi," (nah itu Aini nya pulang. Masuk lah anakku, ini ada Gilang yang menunggumu) sambut ibu kepada Aini.
Aini yang baru pulang dari warung terkejut, mengapa dan ada apa Gilang menemuinya pagi ini?
"Lah lamo uda tibo?" (Udah lama abang datang?) Tanya Aini kepada Gilang, sambil dia duduk bersimpuh di depan Gilang.
"Oh indak Aini, uda baru tibo pulo," (tidak Aini, abang baru juga sampai).
"Ado apo kabanyo uda? Uda datang tibo-tibo ka rumah?" (ada kabar apa abang mendadak datang ke rumah)
"Sabalunyo uda minta maaf samo Aini, karano salamoko indak pernah bacarito tentang hal iko---," (sebelumnya abang minta maaf kepadamu Aini, karena---) Kembali Aini hanya terdiam.
"Uda ingin Aini jan sampai salah sangko dulu samo apo yang uda katoan soal hubungan kito, keputusan ko uda ambiak untuk kebaikan kito baduo," (abang ingin kamu jangan sampai salah sangka dengan apa yang akan abang sampaikan soal hubungan kita nanti, karena ini semua untuk kebaikan kita berdua)
"Bilo uda barangkek?" (Kapan abang pergi ?) Sela Aini mengalihkan cerita pembicaraan Gilang.
"Beko sore jam 4 uda barangkek dari Taluak Bayua," (nanti sore jam 4 abang berangkat dari teluk bayur) kata Gilang menjawab pertanyaan Aini.
"Maaf Aini---" Gilanh melanjutkan pembicaraannya yang tertunda.
"Soal hubungan kito tadi , manuruik uda labiah rancak kito tahan sampai di siko dulu," (soal hubungan kita, menurut abang lebih baik kita berhenti sampai di sini dulu).
Mendengar kata - kata yang disampaikan Gilang, betapa terkejutnya Aini.
" Apo uda? Uda nio hubungan kito putuih sampai disiko? Indak uda, Aini indak satuju do da," (apa bang? Abang mau hubungan ini berakhir sampai disini? Tidak abang. Aini tidak mau bang)
Jawab Aini sambil menghapus sisa air mata di pipinya.
Ketika ke dua kekasih ini sedang berbicara dan bercanda untuk melepas rasa rindu yang nantinya akan menusuk hati mereka.
Tiba-tiba---
" Ondeeh, ang juo baru!" (aduh, kamu juga lagi)
Tampak seorang laki-laki separoh baya berdiri tegak pinggang didepan pintu seraya menunjuk kesal ke arah Gilang.
" Ayah," terdengar suara Aini memanggil ayahnya.
"Lah lamo ayah tibo?" (udah lama ayah datang?)
"Lah sajak tadi ambo tibo lai, dan ambo lah mandanga apo yang kalian caritoan ba duo, ambo indak satuju!" (udah dari tadi saya sampai, dan saya sudah mendengar apa yang kalian bicarakan berdua, saya tidak menyetujuinya!) Terdengar suaranya dengan keras dan kasar.
"Mulai hariko, wa ang tinggakan anak ambo, indak patuik wa ang ka manjadi laki anak ambo do, apo yang wa ang bangga an? Untuak makan sajo indak ado, harato apo lai. Hutang nan banyak samo wa ang jo keluarga wa ang nyo," (mulai hari ini kamu tinggalkan anakku, tidak pantas kamu akan jadi suami anak ku, apa yang kamu banggakan? Untuk makan saja susah. Harta apalagi, yang banyak sama keluargamu hanya hutang).
Mendengar kata-kata ayah Aini , Gilang hanya tertunduk, hatinya terasa sakit, di hina dan di caci oleh orang tua Aini
" Ayah, ndak usah lah ayah bakato takah itu, ndak buliah ayah marandahan derajat uda Gilang yah," ( ayah janganlah berkata seperti itu, jangan ayah merendahkan derajat uda Gilang yah) pembelaan Aini untuk Gilang.
"Alah, anak patang sore lah pandai pulo ma aja orang tuo, situ! Masuak kadalam ( alah, anak kemaren sore sudah pandai juga ngajar orang tua, kesitu! Masuk ke dalam) bentak ayahnya ke Aini.
Mendengar suara ribut-ribut di luar, ibu Aini yang tadinya sedang di dapur terkejut dan lari ke luar.
"Ado apo iko? Manga ribuik-ribuik tadanganyo," (ada apa ini? Kok ribut aja kedengarannya) tanya ibu Aini yang datang dari dapur.
" Suruah anak kau ko masuak ka dalam, ambo ndak nio anak kau ko ba hubungan samo pajako, indak ado yang bisa di harok dari pajako, hanyo ka manjadi baban tuk keluarga sajonyo," (suruh anakmu ini masuk ke dalam, saya tidak mau anakmu ini punya hubungan dengan dia, tidak ada yang bisa di harapkan darinya, akan menjadi beban keluarga saja).
" Aini, masuak lah ka dalam dulu," kata ibunya kepada Aini.
***
Setelah selesai menyiapkan barang - barang keperluannya, Gilang bersiap-siap menunggu mobil yang akan ditumpangi nya ke Padang (Teluk bayur)
Tidak berapa lama Gilang duduk di depan rumahnya, mobil yang ditunggunya pun datang.
"Mak! Oto yang gilang tumpang lah tibo," (Bu mobil yang gilang tumpangi udah datang) teriak Gilang kepada ibu nya di dalam.
" Iyo, tunggu sabanta," (iya tunggu sebentar)
" Mak, Gilang minta izin untuak pai marantau, doa kan Gilang bisa capek dapek karajo dan berhasil sahinggo bisa tabangkik batang tarandam kito yo mak," (Bu Gilang minta izin untuk pergi merantau, doakan Gilang agar cepat dapat pekerjaan dan berhasil, sehingga bisa merubah nasib kita yang kurang baik selama ini), kata Gilang sambil mencium tangan ibunya dan duduk bersujud di bawah kaki ibunya.
"iyo nak, amak pasti mandoakan, jan lupo sumbayang, ingek ka Allah, mintak mudahkan jalan dan langkah kaki, jan pernah babuek salah di kampuang urang, jujur awak," (ya. Anakku, pasti ibu doakan, jangan lupa shalat, ingat Allah SWT, Minta mudahkan jalan langkah kaki mu, jangan pernah berbuat salah di kampung orang, dan selalu jujur)
"Jadi mak apo yang amak katoan pasti Gilang ingek selalu dan karajoan," (ya bu. Apa yang ibu katakan akan Gilang ingat selalu dan kerjakan), jawab Gilang sambil berdiri dan memeluk ibunya.
Dan sang ibu membalas pelukan anaknya sambil mengelus punggung belakang anaknya yang sebentar lagi akan pergi merantau.
***