Chereads / PERGI UNTUK PULANG / Chapter 6 - PENYELAMATAN BERUJUNG MANIS

Chapter 6 - PENYELAMATAN BERUJUNG MANIS

Sepeda motor tersebut berhenti dan menghadang Gilang.

"Hebat! Masih ada juga yang mau jadi pahlawan di zaman sekarang ini? Hahaha, sepertinya sudah bosan hidup kamu,"

Terdengar suara jambret kepada Gilang.

"Saya bukan jadi pahlawan, saya hanya mau kalian serahkan tas yang kalian jambret tadi kepadaku! setelah itu kalian boleh pergi," jawab Gilang.

"Enak kamu, taik! Anak kemaren sore udah berani dan sok jagoan,"

"Udah bos, habisi saja! Mumpung gak ada yang lihat, lagi sepi nih," sela salah satu jambret kepada temannya.

Tidak dapat dihindari lagi, akhirnya perkelahian pun terjadi.

Dengan bekal ilmu bela diri (silat) yang di pelajari Gilang sewaktu masih di kampung halamannya, maka dengan tenang dan sangat mudah mengalahkan ke dua penjambret tersebut.

"Ayo! Apakah masih mau melawan?" Gertak Gilang kepada salah satu jambret yang di panggil bos.

"Ampun, ampuun, bang, saya mengaku kalah, ampun bang,"

"Ayok cepat serahkan tas yang kalian jambret tadi! Kalau tidak kalian berdua akan saya habisi disini," kembali terdengar suara Gilang menggertak kedua jambret.

Salah seorang jambret dengan buru-buru melempar tas hasil jambretnya ke arah Gilang, dengan sigap nya Gilang menangkap tas tersebut dengan sebelah tangan.

"Cepat, pergi kalian! Sebelum saya berubah pikiran," sambil mendorong salah seorang jambret yang masih di sekapnya.

Dengan segera kedua jambret tersebut lari pontang-panting, kabur dengan motor. Setelah ke dua jambret itu pergi.

"Aku harus kembalikan tas ini kepada pemiliknya, tetapi kemana aku harus mengembalikannya?" pikir Gilang dalam hatinya.

"Oh iya, aku buka saja tas ini, mana tau didalamnya ada petunjuk alamat orang yang punya tas ini,"

Sreeeeeeeet...

Gilang menarik resleting tas tersebut, dan alangkah terkejutnya Gilang melihat isi yang ada di dalam tas itu.

"Ya Allah uang! Banyak sekali, mimpi apa aku semalam, selama hidupku belum pernah aku melihat uang sebanyak ini, apalagi memegang nya seperti ini, seandainya aku punya uang sebanyak ini," gumam Gilang pada dirinya.

"Oh tidak, jangan! ini bukan punyamu Gilang! Ingat pesan ibumu, kamu harus jujur,"

Pikiran kotor mulai merasuki pikiran Gilang, tetapi untung dia cepat tersadar bahwa isi di dalam tas tersebut bukan punya dia.

Gilang menarik sebuah amplop dari dalam. Tas itu, dan di amplop tertulis "PT. MUTIARA SEJATI" Jalan Karya Bakti no 230 Jakarta selatan.

"Alhamdulillah, mungkin ini petunjuk nya, kemana aku harus mengembalikan tas ini kepada pemiliknya," ujar Gilang lagi pada dirinya.

Tanpa pikir panjang Gilang kembali menghidupkan sepeda motornya untuk mencari alamat yang ada di kertas amplop tersebut. Tidak begitu lama Gilang mencari tahu kemana arah alamat yang dia cari, dia sudah mendapatkannya.

Gilang berhenti tepat di depan sebuah gedung kantor yang sangat mewah, di depan gedung jelas tertulis nama. Perusahaan

"PT. MUTIARA SEJATI"

"Benar, aku tidak salah, memang betul di sini alamat yang sesuai dengan alamat yang diamplop,"

Gilang masuk, dan meletakan sepeda motornya di area parkir perusahaan itu.

" Selamat sore. Permisi Mbak! Benar disini PT . MUTIARA SEJATI " ? Tanya Gilang kepada salah seorang karyawati di perusahaan itu.

" Iya..sore , benar disini PT .MUTIARA SEJATI , Ada yang bisa saya bantu mas..? Jawab dari karyawati tersebut.

"Apa boleh saya bertemu dengan pimpinan di sini? soalnya ada sesuatu yang penting harus saya serahkan,"

"Apakah mas sudah punya janji sebelumnya?"

"Belum mbak, tapi saya harus bertemu langsung sama pimpinan perusahaan ini, karena ada sesuatu yang sangat–sangat penting yang harus saya serahkan mbak," desak Gilang.

"Gimana ya mas, bukannya saya tidak bisa membantu, soalnya bos saya sedang lagi bicara dengan salah seorang karyawan kita disini, dan saya dengar, beliau sedang marah besar ke teman saya itu, jadi saya tidak berani mas," jawab penjelasan wanita yang ada di hadapan Gilang.

"Maksudnya mbak, pimpinan mbak lagi marah–marah dengan salah seorang teman mbak? Kalau boleh aku tebak pimpinan mbak marah di karenakan teman mbak ada kehilangan uang?" tanya Gilang lagi.

"Kok mas nya tau?"

"Ayok mbak antarin aku ke pimpinannya, biar nanti di dalam saja aku ceritakan," desak Gilang.

Mendengar kata-kata Gilang tadi, si mbak (Reni), langsung berdiri dan mengajak Gilang masuk menemui pimpinannya.

Sesampai di depan pintu ruangan pimpinannya, Reni tidak langsung mengetuknya, Reni merasa takut karena terdengar suara dari dalam ruangan.

"Habis dan tutup sudah perusahaan kita ini Doni! Ini semua karena kelalaian kamu, seandainya kamu tidak seceroboh ini, mungkin ini semua tidak terjadi!" hardik pimpinan itu.

"Sekarang apa yang harus aku katakan pada semua karyawan yang bekerja disini? Semua uang yang tadinya untuk gaji dan bonus karyawan serta uang untuk biaya proyek tahunan kita, semuanya raib, ludes, hilang dirampas orang!" tukasnya lagi dengan amarah yang bukan main.

Laki-laki yang di panggil Doni hanya diam, menunduk tidak dapat berbuat apa-apa, sampai terdengar suara ketokan dari luar.

Tok...

Tok...

Tok...

"Masuk! Ada apa Reni?"

"Maaf pak, ada seseorang yang ingin bertemu dengan bapak, katanya dia mengetahui tentang uang perusahaan,"

"Siapa dia? Mana orang nya? Suruh dia masuk," jawab pimpinan (Pak Rahman).

"Saya pak, Gilang," Jawab Gilang sambil masuk ke dalam ruangan.

Gilang duduk dan menceritakan semua kejadian yang telah menimpa perusahaan kepada pak Rahman.

"Begitulah kejadiannya pak, dan ini saya serahkan kembali tas beserta isinya ke bapak kembali," sembari Gilang berdiri dan menyerahkan tas yang berisi uang kepada Pak Rahman.

Mendengar cerita dan penjelasan Gilang, Pak Rahman merasa terharu dan bangga ke pada Gilang.

Begitu juga dengan Doni yang tadinya diam, menunduk sekarang sudah bisa tersenyum mendengar cerita Gilang.

"Atas nama perusahaan dan saya pribadi, saya mengucapkan ribuan terimakasih padamu Gilang, karena atas keberanian dan kejujuranmu, semua uang untuk keperluan perusahaan bisa kembali lagi, dan perusahaan ini bisa jalan seperti Dan perusahaan ini bisa berjalan seperti biasa lagi," ungkapan Pak Rahman kepada Gilang.

"Sama-sama pak, saya juga ikut senang karena udah bisa membantu," tutur Gilang pada Pak Rahman yang mengangguk, dan kini membuka tas yang berisi uang tadi.

Sementara Gilang, Doni, dan Reni hanya terdiam. Menunggu Pak Rahman membuka tasnya dan memastikan isi di dalamnya.

Gilang tak terlihat panik atau cemas. Ia masih bersikap tenang, seraya menunggu pak Rahman membuka tasnya, dan mengecek isi uang yang ada di dalam.

"Gimana pak?" tanya Doni.

"Lengkap!"

Pak Rahman menjabat tangan Gilang dengan bangga, dan senang. Karena dia bisa menyelamatkan gaji dan bonus karyawan dari jambret yang kini tengah berkeliaran di ibu kota ini.

***