"Hai, mas! Mas Gilang!"
Gilang menoleh ke belakang, dilihat nya ada seorang wanita yang memanggil namanya dan tersenyum padanya.
"Hai mbak Putri," jawab Gilang singkat.
Keduanya saling bersalaman.
"Sudah tidak kotor lagi tangan nya kan mas?" Tanya Putri sambil tersenyum.
"Udah mbak, tangan saya tidak kotor lagi," jawab Gilang sambil membalas senyumnya Putri.
"Wah, rupanya kalian berdua sudah kenal? Baguslah kalau begitu," Tukas pak Rahman kepada mereka berdua.
"Iya pak, tanpa sengaja kami pernah bertemu, dan kebetulan mas Gilang membantu saya menukar ban mobil saya waktu itu, dan sekarang tidak menyangka saya bisa ketemu mas Gilang lagi," jelas Putri pada Pak Rahman.
"Baiklah, kalian berdua ke ruangan saya dulu, soalnya ada yang sangat penting yang mau saya bicarakan,"
" Baik pak," jawab mereka serentak.
Mereka langsung menuju ke ruangan pak Rahman.
Gilang dan Putri duduk bersebelahan tepat di depan Pak Rahman.
"Begini Gilang dan Putri , sesuai dengan hasil pembicaraan kita di ruangan meeting tadi mengenai agenda kerja perusahaan , yang akan saya sampaikan kepada kalian berdua ini adalah salah satunya," terdengar suara pak Rahman membuka pembicaraan.
"Tiga hari lagi ada acara penawaran proyek di PT KENCANA , dan saya mau kalian berdua ikut dan bisa memenangkan penawaran proyek tersebut, proyek ini adalah salah satu dari tiga proyek yang sangat besar di banding proyek yang lainnya ditahun ini. Dan untuk biayanya saya sudah buatkan proposalnya. Kalian berdua bisa membaca dan mempelajarinya, kalau seandainya ada yang kalian ragukan bisa tanyakan langsung kepada saya," tutur pak Rahman menerangkan kepada Gilang dan Putri.
"Dan untuk Gilang, saya yakin kamu pasti bisa memenangkan penawaran ini, karena saya lihat dirimu mempunyai kemampuan untuk itu, ini adalah tantangan baru buatmu, ditambah lagi nantinya kamu akan bekerja sama dengan Putri untuk memenangkan proyek ini, jadi kamu tidak perlu takut, apalagi bagi Putri ini bukan yang baru untuk kamu, Putri sudah biasa melakukan pekerjaan ini, dan saya juga yakin Putri bisa menyelesaikannya," Tambah pak Rahman menerangkan masalah pekerjaan ini kepada Gilang dan Putri.
Gilang dan Putri hanya diam mendengar arahan dari pak Rahman.
"Ok, kalau kalian tidak ada pertanyaan berarti saya anggap kalian sudah paham dan mengerti, dan untuk selanjutnya saya serahkan pada kalian berdua,"
"Siap pak, kami akan pelajari lagi dan berusaha untuk mendapatkan hasil yang terbaik," jawab Gilang kepada pak Rahman.
Mendengar kata Gilang, Putri hanya tersenyum.
"Oh iya satu lagi, saya hampir lupa, untuk kamu Gilang, kamu bisa pakai ruangan yang ada di sebelah untuk kamu bekerja," tukas pak Rahman lagi.
"Baik pak, terimakasih pak," jawab Gilang.
***
Setelah semua urusan pekerjaan selesai.
"Mas Gilang, boleh saya tahu berapa nomor handphone-nya? biar nanti lebih mudah menghubungi mas Gilang," tanya putri.
"Boleh mbak," Gilang memberikan nomor handphone-nya ke Putri sekalian juga menyimpan nomornya Putri.
"Oh iya mas, jangan panggil mbak, panggil Putri saja, biar lebih enak terdengarnya," kata Putri ke Gilang.
"Baiklah kalau begitu, aku akan panggil Putri saja," jawab Gilang sambil menganggukkan kepalanya.
Keduanya saling bincang hingga sampai di parkiran kantor.
"Mas, pulang dengan apa?"
"Aku pulang sama motor,"
"Baiklah mas, aku pulang duluan ya!" Pamit Putri.
"Iya Put hati-hati," jawab Gilang.
Tak berapa lama kemudian, Gilang pun beranjak meninggalkan halaman parkiran kantor.
***
Setengah jam perjalanan, Gilang pun sampai ke kontrakannya.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam,"
Tampak Firman membuka pintu untuk Gilang.
"Ba a Gilang, lai lasuah karajo nyo hari ko? Ambo liek agak latiah bantuaknyo," (gimana Gilang, ada enak kerjamu hari ini? Saya perhatikan agak lelah kayaknya), tanya Firman ke Gilang.
"Iyo Firman, kalau karajo indak ado yang barek rasonyo do, tapi pikiran yang barek, soalnyo karajo yang takah iko alun pernah dicubo," (iya Firman, kalau kerja tidak ada yang berat rasanya, cuma pikiran yang berat, soalnya pekerjaan ini belum pernah saya coba), jawab Gilang.
"Tanang Gilang, ambo yakin dan picayo kalau Gilang pasti bisa manyalasaikannyo, dan bisa berhasil," (tenang Gilang, saya yakin dan percaya kalau Gilang pasti bisa menyelesaikannya dan berhasil).
"Amiin," jawab Gilang.
Gilang masuk ke dalam rumah dan selanjutnya pergi mandi.
Tak berapa lama setelah itu, jam menunjukkan jam 20.00 wib, Gilang baru saja selesai shalat isya.
Gilang membuka tas nya yang berisikan proposal penawaran proyek yang tadi siang diberikan oleh pak Rahman.
"Ya Allah. Sungguh besar kekuasaan-Mu, hingga sampai hari ini Engkau memperlihatkan kebesaran-Mu, Engkau berikan hamba pekerjaan yang sangat luar biasa padaku, sungguh aku tak pernah menyangka akan mendapatkan pekerjaan yang sangat besar ini, tolong hamba Ya Allah, agar hamba bisa dan dapat menyelesaikan pekerjaan ku ini," batin Gilang.
Gilang membaca isi proposal dengan teliti, tak satu baris pun dari isi proposal pengajuan proyek tersebut terlewati oleh nya.
Hingga tiba-tiba terdengar suara Firman memanggilnya.
"Gilang! Awak nio pai kalua sabanta, nio ikuik ndak? Bia bisa meringankan kapalo tu," (Gilang, saya mau keluar sebentar, apa kamu mau ikut? biar bisa meringankan pikiran kamu).
"Jadi Man, awak pai ciek," (jadi Man saya ikut) jawab Gilang.
Tidak berapa lama kemudian Gilang berlari keluar menyusul Firman yang sudah dulu berada diatas motornya.
"Kama kito Firman?" (kemana kita Firman?) tanya Gilang.
"Alaaah, tanang sajolah duduk di belakang, kito puta-puta sajo, cari angin, suntuak di umah," (udah tenang saja duduk di belakang, kita putar-putar saja , cari angin jenuh kalau dirumah terus ) jawab Firman.
Malam itu Firman dan Gilang melepaskan rasa jenuh mereka dari kegiatan dan aktivitas pekerjaan mereka masing-masing.
Mereka asyik bercanda gurau satu sama lainnya.
"Firman, rancaknyo kito pulang dulu, soalnyo lah hampia jam 02.00 wib, takuiknyo besok kasiangan," ingat Gilang.
(Firman, lebih baik kita balik dulu, karena hari udah hampir jam 02.00 wib, takut besok kita bangun kesiangan).
"Iyo Gilang," (iya Gilang).
Jawab Firman, sambil memacu sepeda motornya balik ke arah rumah kontrakannya.
"Oh iyo Gilang, kito singgah di lapau mak Ani dulu, taragak samo lotek buatan mak Ani, lah lamo pulo ndak ado singgah ka lapaunyo," (oh iya Gilang nanti kita berhenti di warung mak Ani dulu, kangen sama lotek buatan mak Ani, udah lama juga tidak mampir ke warungnya).
"Dakek ma tu lapaunyo Man?" (dekat mana warungnya Man?) Tanya Gilang.
"Jalan sajolah beko awak tunjuakkan," (jalan saja dulu nanti saya kasih tahu).
"Jadi Man," (Ya Man)
Tidak lama kemudian..
"Itu Gilang lapau mak Ani, yang di ujung tu," (itu Gilang warung mak Ani yang paling ujung) teriak Firman kepada Gilang.
Gilang langsung mengarahkan sepeda motornya ke arah warung yang di tunjuk oleh Gilang.
" Malam mak. Bungkus loteknya dua ya mak!" kata Firman kepada mak Ani.
"Malam, oh nak Firman, biasa nak, pedas?" Tanya mak Ani.
" Iya mak,"
Tidak menunggu lama, lotek buatan mak Ani pun selesai dibungkusnya, Firman membayar lotek yang dipesannya.
"Makasih ya mak,"
"Sama-sama nak Firman,"
"Ayo Gilang, kita langsung pulang ke kontrakan!" ajak Firman kepada Gilang.
Tanpa tunggu lama-lama Gilang pun sudah menarik gas motornya menuju rumah kontrakan mereka.
***