Chereads / PERGI UNTUK PULANG / Chapter 4 - HARAPAN BARU

Chapter 4 - HARAPAN BARU

Setelah selesai menyiapkan barang - barang keperluannya, Gilang bersiap-siap menunggu mobil yang akan ditumpangi nya ke Padang (Teluk bayur)

Tidak berapa lama Gilang duduk di depan rumahnya, mobil yang ditunggunya pun datang.

"Mak! Oto yang gilang tumpang lah tibo," (Bu mobil yang gilang tumpangi udah datang) teriak Gilang kepada ibu nya di dalam.

" Iyo, tunggu sabanta," (iya tunggu sebentar)

" Mak, Gilang minta izin untuak pai marantau, doa kan Gilang bisa capek dapek karajo dan berhasil sahinggo bisa tabangkik batang tarandam kito yo mak," (Bu Gilang minta izin untuk pergi merantau, doakan Gilang agar cepat dapat pekerjaan dan berhasil, sehingga bisa merubah nasib kita yang kurang baik selama ini), kata Gilang sambil mencium tangan ibunya dan duduk bersujud di bawah kaki ibunya.

"iyo nak, amak pasti mandoakan, jan lupo sumbayang, ingek ka Allah, mintak mudahkan jalan dan langkah kaki, jan pernah babuek salah di kampuang urang, jujur awak," (ya. Anakku, pasti ibu doakan, jangan lupa shalat, ingat Allah SWT, Minta mudahkan jalan langkah kaki mu, jangan pernah berbuat salah di kampung orang, dan selalu jujur)

"Jadi mak apo yang amak katoan pasti Gilang ingek selalu dan karajoan," (ya bu. Apa yang ibu katakan akan Gilang ingat selalu dan kerjakan), jawab Gilang sambil berdiri dan memeluk ibunya.

Dan sang ibu membalas pelukan anaknya sambil mengelus punggung belakang anaknya yang sebentar lagi akan pergi merantau

" Wulan, Anisa! Kalian baduo jago amak, indak buliah tangka, rajin sakolah jo mangaji yoo!" ( Wulan, Anisa! Kalian berdua jaga ibu, jangan nakal, rajin sekolah sama mengaji ya!)

"Iyo uda," (jadi abang), jawab Wulan dan Anisa serentak sambil memeluk Gilang.

Tiit...

Tiit...

Terdengar suara klason mobil memberi syarat pada Gilang agar segera berangkat.

" Mak, Wulan, Anisa uda barangkek dulu yo," (Bu, Wulan, Anisa abang berangkat dulu)

"Iyo da elok- elok di jalan," (iya bang hati-hati di jalan)

Tak lama kemudian mobil yang ditumpangi Gilang berangkat menuju Padang (Teluk bayur)

Sepanjang perjalanan menuju pelabuhan Teluk Bayur Padang, Gilang lebih banyak diam. Namun dari raut wajahnya tampak sekali banyak beban yang sedang dia pikul.

Dalam lamunanya Gilang dikejutkan oleh suara sopir yang sudah memanggilnya.

"Hoi diak! Ndak katurun? Iko lah sampai di Taluak Bayua," (Hei dek! Mau turun tidak? Ini udah sampai di Teluk Bayur).

" Eh, iyo da," ( oh iya bang), jawab Gilang sambil turun dari mobil.

Gilang melihat ke jam tangannya.

" Allhamdulillah, baru jam 15.00 wib, masih satu jam lagi sebelum kapal berangkat, perkataan Gilang di dalam hatinya.

"Maaf pak, tanyo ciek, tampek informasi untuak kapa yang barangkek ka pulau Jawa hari ko dakek ma yo pak?" (maaf pak, mau tanya, tempat informasi untuk kapal yang berangkat ke pulau Jawa hari ini dekat mana ya pak?) tanya Gilang kepada seorang bapak yang sedang duduk di sebuah warung di pelabuhan.

"Luruih jalanko, beko belok ka suok, habistu ado loket tampek batanyo mah," (lurus aja, nanti belok kanan, disitulah tempatnya) jawab si bapak dengan singkat.

"Tarimokasih pak," (terimakasih pak) balas Gilang setelah mendapatkan jawaban dari bapak tersebut.

Kembali Gilang melangkah menuju tempat informasi yang di beritahu oleh si bapak.

Tak lama sampailah Gilang ke tempat yang disebutkan bapak tadi.

"Maaf buk, tampek malapor untuk kapa barangkek ka Jawa disiko buk?" (maaf buk, tempat untuk melapor kapal yang berangkat ke pulau Jawa disini buk?) Tanya Gilang kepada seorang ibu – ibu yang sedang duduk di sebuah ruangan di dalam pelabuhan.

" Iyo, ateh namo sia?" (iya atas nama siapa?) Jawab petugas tersebut.

"Gilang Ramadhan buk," jawab Gilang singkat.

" Baik, langsung sajo lah naik ka kapa, panumpang yang lain pun alah ado di ateh kapa, sabanta lai kapa barangkek," (baik, langsung aja naik ke kapal, penumpang yang lain juga sudah ada yang naik, soalnya kapal sebentar lagi berangkat) penjelasan dari petugas pelabuhan tersebut.

Gilang langsung menuju pinggir pelabuhan dimana kapal yang akan membawanya ke pulau Jawa berlabuh.

Gilang hanya duduk di bagian ekonomi kapal, tarif yang paling murah pada saat itu.

" Maaf, apo disiko lah ado yang duduak atau alun? (maaf, apakah tempat ini sudah ada yang menempati atau masih kosong?) Tanya Gilang kepada seorang pemuda di dalam kapal.

" Kebetulan alun lai, masih kosong, kalau nio duduak, buliah bia ado bakawan awak," (belum, masih kosong, jika mau duduk, silahkan biar ada teman) jawab pemuda tersebut dengan ramah.

" Oh, iyo tarimokasih, kenalkan, Gilang," jawab Gilang sambil memperkenalkan dirinya kepada pemuda tersebut.

Melihat Gilang mengulurkan tangan si pemuda pun menyambut perkenalan nya dengan Gilang.

"Firman," jawab pemuda tersebut sambil mengulurkan tangan nya pula.

Kedua pemuda itu saling berjabat tangan sambil tersenyum.

" Oh iyo Gilang, di Jawa tingga dima, tu karajo dima?" (oh ya Gilang, di Jawa tinggal dimana? dan kerja dimana?) tanya Firman ke pada Gilang.

" Itu lah Man, iko awal partamo awak pai ka Jawa, alun tau lai dima ka tingga, apo lai karajo, awak ka Jawa untuk mancari karajo, harapan baru supayo hiduik awak bisa barubah Man," (itulah Man, ini adalah awal saya ke Jawa, belum tau mau tinggal dimana, apalagi kerja, saya ke Jawa untuk mencari pekerjaan, harapan baru supaya kondisi hidup saya bisa berubah) jawab Gilang kepada Firman.

"Dunsanak pun indak ado di Jawa Gilang?" (famili pun tidak ada yang tinggal di Jawa Gilang?) kembali Firman bertanya kepada Gilang.

Gilang hanya menggelengkan kepalanya yang artinya dia pun tidak mempunyai saudara di Jawa.

Melihat kondisi dari Gilang, Firman hanya mengangguk–anggukan kepalanya, seraya berkata kepada Gilang.

" Gilo! yo sabana gilo kawan amboko, tapi indak usah takuik, mungkin iko yang lah di tuliskan samo Allah SWT, kalau kito batamu di ateh kapa ko," ( gila, benar-benar gila kamu, tapi jangan takut, mungkin ini yang sudah di tentukan Allah SWT, kalau kita bertemu di atas kapal ini)

" Maksudnyo apo Man?" (maksudnya apa Man ?) Tanya Gilang kepada Firman.

" Maksudnyo, sampai di Jawa bisuak, indak usah takuik, Gilang bisa tingga samo awak, kebetulan di Jawa rumah yang awak kontrak hanyo awak sajo yang tingga surang, dan untuak karajo bia awak cubo carian, untuang-untuang ado lowongan karajo untuak Gilang di Jawa,"

(maksudnya, sampai di Jawa nanti tidak usah takut, Gilang tinggal dirumah saya saja, kebetulan rumah kontrakan saya hanya saya sendiri yang tinggal, dan untuk pekerjaan biar sampai di Jawa saya coba carikan kamu pekerjaan).

***