Chereads / PERGI UNTUK PULANG / Chapter 5 - AWAL LANGKAH

Chapter 5 - AWAL LANGKAH

Setelah turun dari kapal, dan keluar dari pelabuhan Tanjung Periuk, Firman dan Gilang bergegas untuk pulang ke rumah kontrakannya.

Tak berapa lama di perjalanan dari Tanjung Periuk, sampailah Firman di rumah kontrakannya.

"Masuak Gilang! Iko lah rumah kontrakan awak Lang," (masuk Gilang! Ini lah rumah kontrakan ku)

.

"Mudah-mudahan Gilang bisa betah dan nyaman tingga disiko," (mudah-mudahan Gilang bisa betah dan nyaman tinggal disini)

.

" Iyo Man," Gilang masuk dan melihat kondisi ruangan yang di dalam.

Ruangannya tidak besar tapi juga tidak sempit.

"Pilih sajo Gilang dima rasonyo yang bisa nyaman dan lamak untuak lalok," (pilih saja Gilang dimana tempat yang bikin nyaman dan enak untuk tidur) kata Firman kepada Gilang dari dalam rumah.

" Jadi Firman,"Gilang masuk dan meletakan barang bawaannya di sudut kanan ruangan kamar itu.

Waktu begitu cepat berlalu, hingga sudah hampir satu minggu tinggal di rumah kontrakan Firman, sehingga pada malam itu Gilang bicara kepada Firman.

" Firman, sabalunyo awak mintak maaf karano lah saminggu awak disiko alun ado yang bisa wak buek untuk firman,"

(Sebelumnya saya mintak maaf

Sebab udah hampir satu minggu saya disini, belum ada satu pun yang bisa ku lakukan untukmu)

"Jadi rencananyo awak, bisuak pagi awak cubo jalan mancari karajo, awak cubo masuakan lamaran ka kantua yang ado disekitar ko dulu, mano tau ado karajo untuak awak," ( jadi remcananya saya, besok pagi saya coba jalan untuk mencari pekerjaan, dan saya coba masuk kan lamaran ke kantor- kantor yang ada di sekitar sini dulu, mana tau ada pekerjaan untuk saya.)

" Iyo Gilang, awak pun mintak maaf, karano awak alun bisa mancarian karajo untuak Gilang, lai lah awak cubo batanyo ka kawan- kawan alun ado juo batambah orang lai," ( iya Giang, saya pun mintak maaf, sebab saya belum bisa mencarikan pekerjaan untukmu, meskipun sudah coba tanya ke teman-teman tapi belum juga ada tambah orang )

.

" Bisuak pagi awak mulai masuak karajo, jadi bisuak pagi Gilang anta wak dulu ka kantua, habistu pakailah motor awak untuak cari karajo (besok pagi saya mulai masuk kerja, jadi tolong antar saya ke kantor dulu, setelah itu bawalah motor saya untuk mencari kerja) kata Firman ke Gilang.

" Sakali lai, tarimokasih banyak Firman," ( sekali lagi , terimakasih Firman) jawab Gilang kepada Firman, dan Firman hanya menganggukan kepalanya sambil mengacungkan jempol tangannya kepada Gilang.

Esok paginya , setelah selesai shalat subuh, Gilang sudah selesai menyiapkan surat lamarannya, terlihat ada sekitar lima amplop tersusun diatas tasnya.

" Hai, salamaik pagi kawan ku, tampak nyo lah siap ko untuak mancari karajo

,"

( Hai, selamat pagi sahabat ku, sepertinya sudah siap nih untuk cari kerja).

"Awak doa kan mudah-mudahan hariko ado kantua yang manarimo surat lamaran kawan amboko dan ditarimo karajo," (Saya doa kan mudah- mudahan hari ini ada kantor yang mau menerima surat lamaran mu dan diterima kerja )

" Amiin," jawab Gilang sambil tersenyum kepada Firman.

" Ayo, sabalun kito jalan kito minum dulu, tu di balakang alah awak buek kopi duo galeh, ambiaklah pado beko taburu dingin," ( ayo, sebelum kita berangkat kita minum dulu, tuuh dibelakang sudah ku buat kan dua gelas kopi, ambilah dari pada nanti ke buru dingin) kata Firman yang barusan selesai mandi.

Setelah Firman dan Gilang selesai minum., kedua nya siap untuk berangkat.

" Apakah kamu sudah siap untuk merasakan kejamnya ibu kota sobat?" Tanya Firman ke Gilang sambil bercanda.

"Apapun yang terjadi aku siap untuk mencari harapan baru untuk hidupku, walaupun hanya setitik aku akan selalu mengejar dan mencarinya sobat," jawab Gilang dengan lantang kepada Firman.

" Ayo, kita buktikan omongan mu," balas Firman memberikan semangat dan tantangan buat Gilang.

Firman memacu sepeda motor nya dengan kencang, sehingga tak berapa lama ke dua pemuda itu sampai di sebuah kantor.

" Disiko kantua nyo Firman?" (disini kantor mu Firman?) Tanya Gilang ke Firman.

" Iyo, singgah dulu ndak Lang? (Iya singgah dulu nggak?) Jawab Firman sambil memawarkan Gilang tuk mampir di kantornya.

" Ahh ndak lah, lain kali sajo, takuiknyo beko talalu siang awak mamasukan surek lamaran karajo awak ko," ( ah nggak lah , lainkali aja, takut nanti terlalu siang saya untuk masukan lamaran kerja saya ini.)

" Ok Gilang, hati-hati dan semoga berhasil," jawab Firman.

" Oh, iyo Man beko pulang jam bara? Bia awak japuik ka siko," ( oh iya Man, nanti pulang jam berapa? Biar saya jemput)

" Ndak usah bia beko awak pulang samo kawan disiko sajo, ado yang sa arah nyo," ( tidak usah, biar nanti aku pulang sama kawan se kantor aja, ada yang searah kok)

.

" Yoo lah kalau takah itu awak jalan dulu Man," ( Baik kalau begitu saya jalan dulu )

.

Tidak berap lama setelah itu Gilang pun berlalu dari hadapan Firman.

Sambil membawa sepeda motor, mata Gilang terus melihat kiri kanan, mencari – cari kantor mana yang bisa untuk masukan lamarannya.

Sesaat sepeda motor yang di pakai Gilang berhenti di depan sebuah perkantoran, Gilang turun dari motornya dan melangkah menuju pos satpam yang ada di depan kantor tersebut.

"Selamat siang pak! Apakah di kantor ini ada buka lowongan untuk karyawan baru?" Tanya Gilang kepada pak satpam.

" Maaf belum ada penerimaan karyawan, jawab pak satpam singkat kepada Gilang.

"Terimakasih pak," balas Gilang.

Begitu seterusnya dari kantor yang satu sampai ke kantor yang lainnya, Gilang masih belum dapat pekerjaan, hingga perutnya pun terasa lapar.

Kuurtt...

kuurtt...

Terdengar perut Gilang berbunyi saking laparnya.

'Ondeeh, paruik lah lapa pulo, samantaro karajo yang dicari alun juo dapek," (aduh perutku terasa lapar, sementara pekerjaan yang dicari belum juga dapat)

.

"Lebih baik aku shalat zuhur dulu, setelah itu baru mencari makan," Batin

Gilang , lalu mengarahkan sepeda motornya ke sebuah mesjid di daerah itu.

Setelah selesai shalat, Gilang melanjutkan mencari makan untuk mengisi perutnya yang dari tadi sudah menahan lapar.

Tak berapa lama pun Gilang selesai makan.

"Allhamdulillah, semuanya sudah beres sekarang aku harus lanjutkan untuk mencari pekerjaan," kata Gilang kepada dirinya sendiri.

Disaat Gilang hendak menghidupkan sepeda motornya, tiba-tiba terdengar suara dari sebalik jalan.

" Tolooong! Toloooong! jambreeet!"

Gilang melihat di balik jalan terjadi penjambretan, tampak seorang pria yang di jambret oleh dua orang yang memakai sepeda motor.

Entah kenapa Gilang yang tadinya ingin mencari pekerjaan sekarang malah mengejar ke dua penjambret.

Kedua sepeda motor itu saling kejar – kejaran dijalan, hingga sampai di jalanan yang agak sepi.

***

*Ambo = Saya

*Uda = Abang