Chereads / Be My Umbrella / Chapter 8 - BMU 07

Chapter 8 - BMU 07

Kedua sejoli itu terlalu asik dalam kegiatan membaca mereka sampai melupakan fakta bahwa makanan pendamping yang mereka beli sebelumnya telah dingin akibat terabaikan, mereka tidak ada menyentuh makanan itu sama sekali. Sangat disayangkan jika makanan yang sudah dipesan tidak mereka makan kala itu.

"Apa kau tidak lapar? Makanan itu tidak enak lagi kalau kita abaikan lebih lama lagi." Celetuk Leo yang menyadari kalau mereka masih memiliki makanan yang belum di makan.

Mendengar itu, Felix menghentikan kegiatannya dan meletakkan bukunya seraya melihat ke arah Leo.

"Astaga, aku lupa!" Kata Felix seketika teringat makanan yang ia beli.

Saat itu juga mereka menghentikan kegiatan membaca mereka sejenak yang kemudian mereka menyantap makanan serta air minum yang sudah dingin akibat dibiarkan begitu saja. Ternyata selain pizza yang enak, makanan pendamping yang mereka pesan juga tidak kalah enak itu kini menjadi dingin.

Menit demi menit, jam demi jam pun berlalu. Tiba lah waktu menunjukkan pukul enam sore. Langit biru sudah mulai berubah menjadi kehitaman, sinar surya mulai tenggelam di ufuk barat menandakan waktunya untuk menghentikan sementara kegiatan sebelumnya dan menyiapkan makan malam.

Kali ini Felix tidak ingin memesan makanan lagi karena sebenarnya bahan makanan masih ada di dalam lemari es. Hanya saja ia ingin sesekali menjamu Leo yang sedang mengunjunginya.

"Lihat, ternyata sudah sore. Kita membaca sangat lama. Aku rasa sudah waktunya makan malam. Kau ingin makan makanan apa? Akan aku buatkan. Kebetulan aku tidak akan menghancurkan dapur, jadi tenang saja." Imbuh Felix sedikit meledek pada Leo yang tidak bisa memasak satu makanan pun.

"Aku tidak ingin makanan gosong, itu saja. Kalau aku yang buat, nanti yang ada kita malah masuk rumah sakit karena sakit perut. Aku bisa makan apa saja asal bukan jamur. Kau tidak lupa bukan kalau aku alergi jamur?" Tanya Leo pada Felix yang sedang mencari bahan makanan di dalam lemari es.

"Aku tidak akan lupa saat kamu dibawa ke rumah sakit karena makan sembarangan di jalan. Kamu itu, seharusnya dulu bilang pada Ibu penjaga kantin sekolah kalau kau alergi jamur. Setidaknya itu bisa menghindarimu dari bahaya."

"Paling tidak, tanya dulu bahan pembuatnya sebelum kau makan. Aku kan panik saat kau tiba-tiba sesak nafas saat itu. Untungnya guru kita sigap membawamu ke rumah sakit." Felix mengomeli Leo yang dulu tidak bisa menjaga dirinya dengan baik, tapi sekarang ia sudah bisa lebih hati-hati lagi saat makan masakan diluar rumahnya.

"Iya, dulu aku sangat ceroboh. Maka dari itu, sekarang aku sudah berhati-hati. Aku akan memastikan bahan masakannya mengandung jamur atau tidak. Aku benar-benar takut, bagaimana kalau tiba-tiba aku pingsan di jalan. Wah, aku tidak bisa membayangkannya." Sahut Leo sambil menggelengkan kepalanya.

"Baik, baik. Akan aku buatkan masakan istimewa ala Chef Felix, hahaha... Masakan enak tanpa jamur di dalamnya, tapi diganti dengan bumbu cinta. Cinta pada masakannya ya bukan padamu, hahaha... Cintaku hanya pada makanan." Kata Felix sambil melihat Leo dengan tatapan sedikit bercanda.

"Iya, baik Tuan Muda Felix. Sebagai tamu yang takut menghancurkan dapur pemiliknya, aku hanya akan melihatmu memasak. Ingat, jangan hancurkan dapurmu juga sepertiku, mengerti?" Sahut Leo sambil menegaskan perkataannya.

"Tentu, aku akan mulai memasak. Kau bisa duduk dulu dimanapun kau mau, tapi jangan menghancurkan barang. Julukanmu dari dulu masih belum berubah, itu yang ku pikirkan."

Felix sangat tahu tentang hal-hal yang berkaitan dengan sahabatnya ini. Bahkan ia tahu kalau setelah Leo menghancurkan dapur, ia diberi julukan 'Destruction Boy' atau 'Anak Penghancur'. Julukan itu diberikan bukan karena alasan lain tapi karena memang dari kecil Leo sering menghancurkan barang. Puncaknya ketika ia membuat teko air Ibunya gosong.

Sejak saat itulah julukan tersebut melekat pada dirinya. Namun julukan itu tidak dianggap buruk oleh Leo dan keluarganya, itu hanya sebagai candaan saja mengingat keluarga mereka begitu harmonis.

Beberapa menit berlalu, aroma masakan yang dibuat Felix tercium sampai ke hidung Leo. Aromanya sangat harum seperti aroma daging yang sedang dipanggang. Ada juga aroma seperti sayuran segar yang dimasak dalam api sedang. Felix membuatnya dengan sangat baik dan bersih. Tidak lupa ia memberikan daun bawang yang akan menambah rasa dari makanan yang ia buat.

Tepat pukul tujuh malam, masakan yang dibuat Felix telah selesai dan siap dihidangkan. Terlihat dari kejauhan terdapat olahan daging sapi panggang, beraneka macam sayuran, telur gulung dan kimchi. Mungkin ada yang bertanya mengapa ada kimchi di rumah Felix, itu karena ia sangat suka masakan Korea. Ia bisa menghabiskan setengah kimchi kubis sendirian sambil ditemani makanan utama.

Mereka pun mulai mencoba masakan yang dibuat Felix. Mulai dari daging, sayur, dan kimchi. Semua makanan mereka cicipi dengan penuh semangat. Leo tampak sangat menyukai masakan yang dibuat Felix.

Ia pun tidak berhenti kagum dengan kemampuan sahabatnya itu. Ia bahkan tidak bisa mengolah satu makanan pun sampai saat ini.

"Apa yang tidak bisa kau lakukan? Cepat katakan padaku, jawab yang jujur." Leo tiba-tiba menanyakan pertanyaan asal pada Felix yang sedang ingin mengambil kimchinya.

"Maksudmu bagaimana? Aku tidak mungkin bisa melakukan semua hal di dunia ini, sangat mustahil. Kau ini ada-ada saja." Sahut Felix heran dengan pertanyaan yang diajukan Leo padanya.

"Kau bisa memasak, kau pintar, kau selalu menang di permainan saat melawanku, kau juga suka membaca, apalagi yang tidak bisa kau lakukan? Aku sangat iri huhu~ aku seperti tidak bisa melakukan apapun." Leo berkata sambil mengerutkan dahinya dan menaikkan bibirnya. Ia masih tidak menemukan jawaban.

"Oh, kalau soal itu... Itu bukan sesuatu yang sulit dilakukan. Aku yakin kau pasti bisa melakukannya jika ada rasa suka pada hal yang kau kerjakan. Mungkin kalau ditanya apa yang tidak bisa ku lakukan, saat ini ada satu hal. Aku tidak bisa berenang. Itu karena waktu kecil saat sekeluarga menikmati liburan di kolam renang yang ada di Hotel, aku tenggelam dan pingsan. Untungnya Ayah dengan cepat membawaku ke pinggir kolam. Kalau tidak, aku tidak tahu lagi."

Felix menceritakan sedikit kilas balik kisah masa lalunya. Masa lalu yang mungkin akan selalu ia ingat untuk waktu yang lama. Ia juga takut untuk kembali belajar berenang akibat kejadian itu. Ia takut tenggelam, dasar kolam yang ia bayangkan sangatlah dalam. Terlalu dalam hingga seperti menarik kakinya ke bawah dan menguncinya di sana, hingga ia tidak bisa naik ke atas permukaan lagi.

Leo yang mendengar cerita Felix hanya bisa mendengarkan dan sesekali menepuk pundak Felix agar tidak terlalu memikirkan cerita sedih. Ia ingin Felix hanya memikirkan hal-hal yang bisa membuatnya bahagia saja.

Meja makan kala itu menjadi ramai dengan bincang-bincang kedua sahabat ini. Sampailah dimana mereka harus mengakhiri obrolan dan membereskan piring kotor dan membersihkan dapur.

Kali ini Leo yang bertugas mencuci piring, sedangkan Felix yang bertugas membersihkan Pan yang ia gunakan untuk memasak. Mereka membagi tugas dengan sangat baik.

----

Waktu pun berlalu, Felix kemudian menanyakan apakah sahabatnya ini akan menginap atau akan dijemput oleh orang tuanya. Pasalnya saat ini sudah malam dan biasanya Leo sudah harus pulang jika ia berkunjung ke rumah Felix.

Leo pun menjawab bahwa ia akan menginap hari ini. Ia ingin meluangkan waktu setidaknya sehari ini untuk sahabatnya agar ia tidak merasa sendirian. Pasalnya Ayahnya Felix yang bernama Bennedict Walt, kepala keluarga Walt sangat jarang bahkan hampir tidak pernah di rumah, begitu juga di malam hari.

Malam yang panjang akan mereka lalui dengan keseruan dan penuh dengan cerita yang mereka utarakan satu sama lain.